Lagi : Tukang Tambal Ban Cantik Dari Salatiga, Ternyata Seorang Polwan

kusnantokarasan.com – lagi nih tukang tambal ban cuantik dari Salatiga, berikut berita komplitnya,

Menjadi seorang polisi wanita (Polwan) tak membuatnya berpangku tangan. Lantaran ayahnya harus dirawat di rumah sakit, wanita berparas ayu yang bertugas di Sabhara Polresta Salatiga ini bekerja paruh waktu menjadi penambal ban.

Foto-foto bripka eka polwan yang 'nyambi' tambal ban

Foto-foto bripka eka polwan yang ‘nyambi’ tambal ban

Foto-foto saat wanita yang belakangan diketahui bernama Bripda Eka itu diunggah oleh akun Facebook Diky Penne CB Kere di grup CB Indonesia, Rabu (25/2/2015) sekitar pukul 11.00.

Polwan dari Unit Shabara Polresta Salatiga ini menjadi tukang tambal ban, membantu ayahnya yang sedang sakit.” tulis Diky pada unggahan kolase empat foto Bripda Eka.

Dua action dalam satu frame foto yang diunggah memperlihatkan Eka sedang menambal ban motor Honda Beat pada waktu malam hari. Berambut pendek dan mengenakan kaos merah, Eka terlihat sedang menekan ban dalam menggunakan alat press, untuk kemudian dipanaskan.

Sementara pada foto lainnya memperlihatkan Eka mengenakan seragam saat menempuh pendidikan Secaba bersama seorang temannya.

Satu foto lain menunjukkan adegan ketika Eka sedang menyuapi pria (diperkirakan sang ayah), yang sedang terbaring di bed ruang perawatan, lengkap dengan infus dan selangnya.

Tak pelak foto ini mengundang ratusan komentar pada grup tersebut. “bripda eka,” tulis akun facebook Yoyoe Soebagyoe pada kolom komentar foto itu.

Nyimak kr kdu nnges.. Lek eroh model nginiki,” (Menyimak sekaligus ingin nangis kalau melihat seperti ini), tulis akun Bang Jeck.

Meski demikian, tak sedikit pula yang meragukan keaslian dari foto-foto itu. Seperti yang diutarakan akun, “Pencitraan tok,” tulis Angghie Praghasta.

Bripka Eka lagi beraksi 'nambal ban'

Bripka Eka lagi beraksi ‘nambal ban’

Eka Yuli Andini, polwan berpangkat bripda yang menjadi tukang tambal ban ternyata sempat dilarang saat akan mendaftar polisi. Adalah sang ibu yang terang-terangan tak membolehkannya menjadi aparat penegak hukum.

Sang ibu, Darwanti (40), mengaku tak mengizinkan anaknya menjadi polisi karena tak punya biaya. Sebab, keluarga Eka bukanlah dari kalangan ekonomi berada.
“Ora usah wae, mengko malah mbayar akeh nek mlebu polisi. Sebab crita-critane neng njaba ngono kuwi (tidak usah saja, lantaran kalau mendaftar polisi pasti membayar. Sebab diluaran beredar cerita seperti itu),” kenang Darwanti kepada Tribun Jogja, Rabu (25/2/2015).
Saat itu, Eka terus saja meyakinkan sang ibu. Dirinya menyebut, bahwa pendaftaran polisi tak berbayar.
Lulusan SMKN 2 Salatiga, jurusan Komputer Jaringan itu akhirnya nekad mendaftar sebagai anggota Polri. Langkang itu didukung dengan sokongan semangat, dari sang guru Mara Tilovashanti.
Singkat cerita, Eka pun lolos tahap demi tahap seleksi Polri. Ia mendaftar bersama 20 orang rekannya sekelas. Namun 18 diantaranya gugur. Hanya dirinya dan seorang rekannya, yang kemudian berhasil menapaki jenjang pendidikan bintara.
“Saya yakin, dan memang terbukti selama pendidikan hingga sekarang tidak mengeluarkan uang sepeser pun. Memang ada biaya, tapi itu untuk kebutuhan pribadi. Dan hal itulah yang saya yakinkan kepada ibu saya,” tuturnya.
Menjadi Polwan sebenarnya adalah dunia baru bagi Eka. Dalam benaknya, tak pernah terbersit untuk menjadi polisi. Hobi mengutak-utik komputer dan gambar, ia bercita-cita untuk bekerja dibidang penyiaran. Namun takdir menentukan lain.
Kini setelah pangkat tersemat dipundaknya, Eka bercita-cita membahagiakan kedua orang tuanya.
“Nanti mulai sedikit demi sedikit membantu perekonomian keluarga. Mungkin membangun rumah, karena yang sekarang ditempati adalah kontrakan. Kalau cita-citanya sih menghajikan ayah dan ibu,” akunya.

 

(tribunjogja.com)

Tinggalkan komentar