Fashion Show Pengantin Di Malioboro Sambut ‘Nikah Bareng Indonesiana 14 Mei 2018’

Fashion Show Manten di Malioboro street 27 Maret 2018

Jika anda kemarin pagi (Selasa,27/03) sempat berada di Malioboro, dan melihat sebuah peragaan busana pengantin, maka inilah jawabannnya… Kemarin pagi sekitar pukul 10.00 WIB di jalanan pedestrian serta halte bus di kawasan pedestrian Malioboro telah diadakan pagelaran busana atau Fashion Show untuk menyambut event Nikah Bareng Indonesiana yang akan digekar pada 14 Mei mendatang.

Acara yang cukup menyita oara wisatawan Malioboro kemarin, digawangi oleh FORTAIS serta Paguyuban Rias Kinasih Jogja yang didukung oleh UPT Malioboro, menampilkan 4 pasang model, 2 diantaranya calon Pengantin pada Nikqh Indonesiana yakni pasangam; Basri+ Musiyem, dan Johny+Elisabeth, dan 2 pasangan alumni peserta nikah bareng Jefri+Yulis dan Eendi+Mulia.

Disamping mereka bersolek di  kawasan pejalan kaki tersebut mereka juga berlenggang-lenggok di halte bus TransJogja.

Rencananya Nikah Bareng Indonesiana akan digelar sitempat yang sama yakni di kawasan pedestrian Malioboro pada 14 Mei 2018 pada pukul 15.00 WIB. Nantinya akan berkonsep Bhagolek, ata sebua adat pernikahan dari daerah Riau, dengan berarak tabak, khatam Al-Quran, cacah inai, dan surat kapal.

Nah bagi yang ingin ikut Nikah Bareng Indonesiana,  bisa segera mendaftarkan diri dan pasangannya hingga tanggal 1 Mei 2018, karena acara ini terbuka untuk umum san gratis serta full fasilitas ( biaya nikah, mahar(bendera merah-putih+teks Pancasila), cincin kawin, rias/ busana pengantin nusantara/ modern, bulan madu, bingkisan nikah, dll). Segera daftarkan ke KUA Danurejan, Kompleks Masjid Lempuyangan Yogyakarta ( 0274-543857). Atau bisa hubungi panitia 08157908232(Ryan).

 

Jogoboro Akan Tertibkan ‘Pengamen’ di Kawasan Pedestrian Malioboro

Kawasan Pedestrian Malioboro

Jogoboro atau  Jogo/jaga(penjaga) Malioboro atau sebuah instansi Unit Pelayanan Terpadu(UPT) di kawasan Malioboro dari Dinas Pariwisata Yogyakarta, memberi ketegasan bahwa melalui kanitnya yakni Syarif Teguh Prabowo angkat bicara perihal adanya wisatawan yang mengeluarkan unek-uneknya di sosial media terkait adanya oknum pengamen yang mengintimidasinya  kawasan Malioboro.

Lagi lagi ‘the power of sosmed’ kembali manjur memberi kontribusi menjembatani keluhan masyarakat perihal ketidaknyamanan dikawasan Malioboro.

Kawasan pedestrian Malioboro yang diharapkan menjadi sebuah tempat yang nyaman untuk bersantai, duduk-duduk, dinodai dengan ‘pengamen’ yang memaksa untuk diberi imbalan. Inilah yang membuat rasa nyaman hilang.

Pengamen dalam tanda kutip tersebut diatas,  yang mobile, pindah sana-sini atau keliling, menurut Kanit Jogoboro tadi bukanlah pengamen, melainkan gelandangan.

“Pengamen seperti itu sangat berhimpitan dengan perilaku sosial macam b*nci(waria), gelandangan dan anak jalanan. Dalam perda tersebut sudah dijeskan bahwa yang namanya pengamen itu tidak mobile (keliling-red), tapi menempati beberapa titik dan mereka tidak memaksa dalam mencari upah,” ujar Pak Syarif yang dihubungi tribunjogja via telepon(Minggu, 9/7/17).

Sebagai orang yang diberi amanah langsung oleh pemerintah Provinsi, Syarif ogah melabeli mereka dengan sebutan pengamen. Pasalnya keberadaan pengamen sudah diatur dalam peraturan daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 1 tahun 2014.

Yang murni pengamen adalah mereka yang menetap disuatu tempat, dan menaruh suatu kotak untuk penghargaan musik mereka, dan idak memaksa untuk dikasih/beri uang.

Jogoboro tidak tinggal diam untuk menindak para pengamen imitasi tersebut, mereka akan di data, lalu dibina dan diarahkan,sesuai perintah Gubernur, pihaknya akan segera menertibkan keberadaan gembel, dan para gelandangan yang keberadaanya mengusik kenyamanan wisatawan.

 

Jogyes lah begitu…..tuh ga pemirsa?

.

Final : Penjelasan Pengurus ICJ Terkait Viralnya #save4juta

Saat pengurus ICJ klarifikasi/ tabbayun kedua belah pihak masalah viralnya taggar save 4 juta

Dua atau tiga hari terakhir media sosial facebook, khususnya komunitas di jogja yakni grup ICJ, gempar dan heboh terkait akan taggar /#4juta, #save4juta, #patangyuta, yang kesemua menyangkut sebuah nominal uang empat juta. Jadi status apa saja ditanggapi dengan taggar tersebut.
Lalu apa sebenarnya di balik kehebohan diatas?

Bagi yang ingin tau silahkan simak penjelasan dari pengurus grup ICJ yakni mas Yanto ‘Antok’ Sumantri yang di share melalui wall grup ICJ,  yang secara gamblang disertai tabayyun/ klarifikasi dari kedua belah pihak, yuuk kita simak bersama-sama…

#Final
Serius, namum saya sampaikan dengan santai, sesuai gaya bahasa ICJ mawon.
Bagi yang merasa tidak punya cukup waktu membaca dan memahami postingan ini harap abaikan.
Bagi yang merasa ini tidak penting, bukan urusan saya, atau apapun, harap jangan meneruskan membaca postingan ini.
Yang mau protes kalau katanya di ICJ tidak boleh munggunakan kata KLITIH tapi ini Admin malah menggunakanya silakan protes sama tembok, dan berfikir sendiri kenapa kali ini Kami harus menggunakan kata tersebut.
Yang sekiranya akan berkomentar “dawane semono mosok kon moco kabeh”, segera tinggalkan postingan ini.
Hanya untuk yang mau tahu dan mau cari tahu saja…!
Informasi ini murni hanya untuk meluruskan kehebohan di ICJ saja, tanpa ada tujuan lain.
———————————————————————————–

Menanggapi Post beberapa hari yang lalu oleh Saudara Ilham,

Atas Ijin Kapolresta Yogyakarta dan kesediaan kedua pihak, Kami dari ICJ sudah bertemu dengan kedua pihak untuk masing-masing memberikan informasi yang sesuai tentang kejadian tersebut.

Kami memang tidak berkepentingan atas kejadian itu, hanya saja Kami merasa punya kepentingan atas VIRALnya kiriman tersebut di ICJ.

———————————————————————————–

Karena panjangnya kronologi kejadian, tidak semua bisa Kami beberkan detail, namun hanya point-pont utama terkait postingan di ICJ, bukan terkait kejadian dan proses hukumnya.

Bila masih ada yang mangganjal dan Anda merasa perlu mengetahuinya, silakan menghubungi yang bersangkutan.

———————————————————————————–

Adapun hasil pertemuan Kami dengan kedua pihak dan difasilitasi pihak Kepolisian menghasilkan point berikut.

Pihak 1 = pelapor

Pihak 2 = pihak Ilham/terlapor

– Kedua pihak sama-sama terposisi sebagai pelaku dan juga sekaligus korban. Kedua pihak tidak/belum saling mengenal sebelumnya.

– Kejadian tersebut bukanlah tindakan KLITIH. Namun murni pertengkaran spontan antara kedua pihak, tidak ada sajam, tidak ada target sasaran dan terjadi saat masih sore hari, bukan seperti kejadian KLITIH yang seperti asumsi pada umumnya.

– Pihak 1 saat kejadian masih menggunakan seragam SMU, karena hebohnya pemberitaan tentang KLITIH, saat kejadian timbul kekhawatiran jangan-jangan Dia akan diklitih.

– Begitupun pihak 2, karena informasi pelaku KLITIH rata-rata masih SMU, maka dia mengasumsikan bahwa dia mengalami kejadian di KILITH.

– Jadi kedua pihak sama-sama berfikir akan di KLITIH, padahal ini murni pertengkaran spontan mereka di jalan. Bukan AKSI KLITIH.

– Sesaat setelah kejadian, kedua pihak diamankan oleh Kepolisian, lalu selanjutnya datang keluarga masing-masing. Dalam hal ini POLISI tidak ikut berunding, hanya memberikan tempat untuk mereka berunding.

– Dari pihak 2 yang berunding bukanlah Mas Ilham, namun orang tua dari Temannya yang terlibat saat kejadian.

– Angka 4 juta adalah kesepakatan dari perundingan kedua pihak keluarga, tanpa melihat siapa pelaku dan siapa korban, melainkan melihat biaya pengobatan yang diperlukan.

– Pihak kedua mengganti biaya pengobatan 4juta, patungan 2 keluarga masing-masing 2juta, diserahan ke pihak 1, dan dan sejumlah tersebut ternyata memang sudah habis untuk berobat, itupun proses berobat belum selesai, bagi yang penasaran sakitnya apa lukanya apa diobatai apa koq mahal. silakan cek langsung ke pihak 1, kalau saya yang cerita…ndak dikiro gawe-gawe.

– Angka 4 juta keluar pada perundingan ke2, perundingan pertama belum memutuskan hasil tersebut, namun menunggu proses pemeriksaan di RS, dll.

– Dana 4juta diterima pihak 1, bukan POLISI.


Kesimpulan 1 …

Jogja tetap tidak mentolelir KLITIH.

Bedakan KLITIH dengan perseteruan, bukan semua kejadian adu fisik adalah KLITIH.

Silakan membela diri bila mengalami ancaman keselamatan, tidak perlu khawatir kehilangan 4Juta.

Sik njaluk 4 juta kui yo wargamu dewe, iso dadi kancamu dewe, masyarakatmu dewe. sedulurmu dewe, tonggomu dewe, bolomu dewe utowo sopo wae…

Sesama warga…tapi sayang POLISI lagi jadi korban.

Intine 4juta bukan cuma beli betadine…biaya rumah sakit tidak sedikit.

———————————————————————————–

Seiring perjalanan waktu, sebenarnya peristiwa ini sudah dianggap selesai,

namun karena adanya efek psikologi, mas Ilham dalam hal ini bagian dari pihak kedua memposting di ICJ atas kejadian yang dia alami.

Berharap mendapatkan masukan dari teman-teman ICJ.

Mas Ilham mengaku merasa terusik dengan statusnya sebagai tersangka, karena merasa juga dalam posisi yang sulit, mendapat tekanan dan dicap sebagai pelaku klitih oleh lingkungan sekitar,merasa tidak nyaman bersosialisasi.

Masalah status jawaban pihak POLISI yang menjelaskan terkait apa tidak percaya POLISI atau POLISI tidak manjawab pertanyaan dalam pertemuan kemarin tidak dibahas, bagi yang masih mempermasalahkan silakan klarifikasi langsung pada mas Ilham selaku pembuat post pertama.

———————————————————————————–

Kesimpulan 2 …

Masyarakat (dalam hal ini member ICJ) masih sangat butuh hiburan, masih banyak yang trauma dengan pihak POLISI di masa lalu, masih banyak yang intinya cuma ingin ada situasi yang ramai, yang bagi sebagian dianggap menghibur,

“tidak masalah kalau Anda lemas, yang penting Saya puas”

tapi tidak semua.

Masih banyak membrr ICJ yang bijak, mau mencari tahu informasi sebenarnya, dan tidak mudah terprovokasi oleh berita apapun. Dan tidak suka membully.

Hal ini juga sudah saya sampaikan ke pihak Kepolisian.

———————————————————————————–

Tambahan …

Jangan mudah terprovokasi, cari tahu sebelum menyimpulkan.

Banyak pihak yang sudah berbenah, dari Instansi Pemerintahan, Kepolisian, proses birokrasi dan banyak hal di Jogja sudah lebih baik

Bukan karena ICJ, tapi karena masyarakat YOGYAKARTA yang ISTIMEWA….!!!

Kalau mereka saja bisa berubah, masak Kita tidak….!

Mari menjadi warga yang juga bisa menerima bahwa pemerintahan Kita juga sudah berusaha berubah, masak kita WARGA masih mau ogah-ogahan…

masih mau pakai gaya-gaya lama…

Move On Brooo….!!!

Buat Bapak-bapak POLISI…

Tetap semangat, jangan tipis telinga dan lanjutkan bertugas, berikan yang terbaik buat warga Jogja sekalipun kadang harus korban perasaan.

Masih banyak yang mendukungmu…

———————————————————————————–

Sementara ini yang dapat Saya sampaikan, kalau ada kurang lebihnya Saya mohon maaf.

Kalau ternyata ada kesalahan pengetikan atau informasi yang masih dirasa tidak sesuai oleh pihak 1 ataupun pihak 2 silakan menghubungi saya untuk Saya update.

Dan setelah ini bila ada post/komentar yang masih membahas 4juta dan terhapus oleh Admin, harap dimaklumi.

Kami hanya manusia, dan Kami tidak selalu benar, walaupun Anda kadang merasa tidak mau dianggap salah…hehehe…

Kami juga banyak medapat masukan dan keluhan, kok di mana-mana komentarnya 4 jt, kasian yang butuh informasi lainya. Piye iki mas Amdin….?

Bagi yang merasa Admin dapat tekanan…silakan sowan ke Admin…ditunggu tekananya, bisa dalam bentuk Cash atau juga barang….hehehe….!

Jangan cuma berani nulis doang.

Mari kembali ke aktivitas masing-masing…

Ojo lali…bentar lagi lebaran , masih banyak kegiatan lain yang perlu kita kondisikan, dari pada hanya sekedar membully di MEDSOS tapi nek dijak ketemu kokehan alasan…hehehe…

S.A.G.

#Lanjutan_klarifikasi(dari mas Hartanto Wijaya)

 

Masih banyak yang belum memahami & penasaran dari penjelasan awal dan menanyakan #4juta untuk siapa dan siapa yang menerima (kepo style)

:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Saya menambahkan keterangan dari Pak Yanto Sumantri bahwa uang #4juta adalah kesepakatan sebagai biaya berobat korban dari pelaku karena luka mengenai organ vital ( mata) dan kemarin 3minggu setelah kejadian pun mata mas Rafian masih belum sembuh (bahkan 4juta itu sudah habis buat CT scan dan bolak balik periksa dokter mata [gambar& video terlampir]

Kesepakatan mereka sudah clear jadi jangan ada pertanyaan lagi mengenai rincian dan lain2 karena itu tidak ada masalah antara korban dan pelaku lagi.

:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Mengenai asumsi ‘klithih’ adalah pemikiran pelaku dan korban sendiri karena runtutan kejadian yang diceritakan mereka, Rafian merasa dibuntuti dan dipepet dan menendang motor, lalu Ilham narik jaket Rafian berusaha memberhentikan tapi malah dipukul sama Rafian sampai jatuh, tidak terima merasa di klithih juga Ilham dan teman tidak terima lalu mengejar sampai taman pintar dan memukul korban dengan helm dahulu dan lalu memukul mengenai mata sampai didatangkan Polisi dari Polsek Gondomanan.

JADI INI MURNI BUKAN KLITHIH TAPI HANYA SALAH PAHAM DIJALAN

::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Semoga bisa menjadi paham semua untuk kalrifikasi ini.

Dan jangan pernah berfikir Admin di intervensi polisi, kami lakukan ini adalah mencari kebenaran fakta saja.

Masalah percaya atau tidak kembali pada pola pikir kalian (kabeh ra iso podo)

Hanya karena penataan kalimat dan asumsi saat posting saja yang menjadikan opini publik berasumsi negatif.

Sekian & terimakasih

#Stop_hastag_4juta

#SalamAspalGronjal

Terjadi Percobaan Penculikan Anak Di Dukuh-Mantrijeron Jalan Bantul

Ilustrasi – tempo.o

Akhir-akhir ini santer berita tentang percobaan penculikan di wilayah Bantul, sebelumnya di kabarkan oleh tribratranewsbantul .com telah terjadi percobaan penculikan di wilayah Ganjuran Bambanglipuro Bantul.

Dan baru saja kemarin (Senin, 20 Maret) kasus serupa terulang.

Berikut kronologinya yang di lengkapi oleh Adi Repoeblic(grup facebook ICJ JOGJA)..

Kabar dari rekan, Melaporkan pada hari Senin tanggal 20 Maret 2017 sekitar pukul 11.00 wib di Jalan Selokan Tanjung Kiri ( sebelah timur Perumahan Puri Dukuh Asri ) Gedongkiwo Mantrijeon Yogyakarta telah terjadi Kejahatan Percobaan Penculikan Anak .

Pelapor :
Ibu Komarudin/Parwini, asal Wonogiri, alamat Dongkelan Rt 07 Rw – Desa Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul.

Korban : MDP, Pelajar kelas 3 SD Gedongkiwo Mantrijeron Yogyakarta, alamat : Dongkelan Rt 07 Rw – Panggungharjo Sewon Bantul.

Uraian Kejadian :
Pada hari Senin tanggal 20 Maret 2017 sekitar pukul 11.00 wib sewaktu pulang dari sekolah dari Utara ke Selatan , tiba-tiba ada mobil warna hitam berhenti disebelah kanan saya kemudian ada seorang laki- laki memakai pakaian warna dan kaca mata hitam, kemudian memegang tangan saya kanan saya dan menariknya untuk diajak masuk ke dalam mobil,dengan kejadian itu tangan orang tersebut saya gigit dan pegangan tersebut terlepas , pada saat itu ada pengendara sepeda motor datang dari Utara kemudian pelaku masuk ke dalam mobil dan jalan ke arah selatan.

Catatan :
– Korban awalnya berjalan bertiga sama temannya tetapi ditinggal lari dan korban hanya jalan kaki pelan pelan sendirian.

 

– Saat ini dari pihak kepolisian Polsek Mantrijeron sedang cek di TKP dan mengecek cctv yang ada dilokasi untuk penyelidikan.

 ***

Patut Bersyukur kejadian berhasil digagalkan oleh korban.

Mari kita tingkatkan kewaspadaan pada anak-anak kita, peka dengan lingkungan sekitar, lingkunan jalan dan lingkungan Sekolah.

 

 

Wisatawan Kawasan Pedestrian Malioboro Dimanjakan Dengan 10 Titik Wifi Gratiss

Pedestrian Malioboro dengan lajur untuk difabel

Pedestrian Malioboro dengan lajur untuk difabel

Kawasan pejalan kaki yang ramah dengan lingkungan dan siapa saja yakni Kawasan PedestrianMalioboro ini akan dipasang jaringan internet wi-fi gratis di 10 titik.

Kesepuluh titk hotspot wifi tersebut tersebar disepanjang Malioboro mulai dari sisi Utara yakni Inna Garuda hingga ujung Selatan ata titik 0 kilometer dengan nama JOGJA_ISTIMEWA bisa diakses secara gratis oleh siapa saja yang berada di kawasan tersebut, tanpa password/ kata kunci dan sepanjang waktu(24 jam) dengan kapasitas hingga 10 Mbps.

Diharapkan dengan adanya ada 10 titik di sepanjang Malioboro jadi meskipun kita jalan-jalan tetap akan tersambung dan tidak putus-putus.

Pemda DIY hanya berpesan agar masyarakat menggunakan fasilitas wifi gratis untuk mengakses konten positif dan mengembangkan sisi ekonomi pariwisata. “Bisa diakses tidak perlu pasword dan kami berharap masyarakat mencoba apabila nanti sudah lambat maka kita naikkan lagi kapasitasnya,” ujar Sugeng Wahyudi, Kepala Bidang Pengembangan Layanan Teknologi dan Manajemen Informatika Pemda DIY.

Pemda juga berencana menambah 13 titik wifi gratis lainnya di kawasan Jalan Mangkubumi sebanyak 3 titik, Taman Parkir Abu Bakar Ali 1 titik, Alun-Alun Utara 4 titik, Alun-Alun Selatan 2 titik dan Tahura Alas Bunder Gunungkidul 3 titik. Proyek ini sendiri menggunakan dana istimewa sebanyak Rp 830 juta.

Wifi ‘Jogja Istimewa’ di Malioboro, tiap titiknya memiliki daya jangkau 200 meter dan bisa 250 orang per titik. Selama ini di Malioboro masih mencukupi 20 Mega Byte.

Pada saat pengadaan untuk 10 titik wifi Jogja Istimewa di Malioboro dulu, Sugeng mengatakan bahwa itu memakan biaya besar yakni sekitar Rp 1,2 miliar, yang masih bersumber dari danais. Selanjutnya, setiap tahun dilakukan perawatan dengan biaya Rp 170 juta.

 

Sumber : krjogja.com & tribunjogja.com