Sempat penasaran dengan bahasa yang digunakan oleh para Abdi Dalem Keraton Yogyakarta, kira-kira bahasa atau kalimat atau kata-kata apa yang mereka pergunakan? ternyata memang ada dan dinamakan dengan bahasa ‘Bagongan’.
Bahasa Bagongan ini sedikit berbeda dengan bahasa Jawa pada umumnya, ada beberapa kosa kata yang bisa di bilang kata lain, yang terkesan asing ditelinga.
Dalam sejarahnya bahasa Bagongan ini telah ada sejak pada masa Kerajaan Mataram sebagai pendahulu keraton Jogjakarta, yang mana di dipimpin oleh Raja Sultan Agung. Tujuan Raja Sultan Agung memberlakukan Bahasa Bagongan untuk dipakai dalam keseharian dengan tujuan untuk menghilangkan kesenjangan di antara para pejabat istana dan keluarga raja. Begitu pula dengan para Abdi Dalem yang menggunakan bahasa bagongan.
Dalam keseharian merekapun saling memanggil dengan sebutan “kanca” yang berarti teman.
Dan dalam bahasa Bagongan terdapat 11 (sebelas) kosa kata yang menjadi ciri khasnya. Sedangkan selain kata-kata tersebut, menggunakan kata-kata dalam bahasa Jawa umum, terutama dari jenis krama inggil.
Berikut sebelas kata tersebut antara lain:
saya: manira
anda: pakenira
ya: enggih
tidak: mboya
bukan: seyos
saja: mbesaos
ini: puniki
itu: puniku
apa: punapa
ada: wenten
mari: nedha
Contoh kalimat:
bahasa Indonesia: Saya pilih itu saja.
bahasa Jawa ngoko: Aku pilih kuwi wae.
bahasa Jawa krama: Kula pilih punika kemawon.
bahasa Jawa bagongan: Manira pilih puniku mbesaos.
Sumber ; wikipedia
.
Bagongan.. lagi ngerti kang..tapi memang penting sih buat mengurangi kesenjangan
https://motomazine.com/2017/03/24/yamaha-pede-ngebanderol-all-new-r15-di-angka-rp-345-juta-gak-khawatir-sama-gsx-r150/
SukaDisukai oleh 1 orang
Padahal wis kawit jaman Mataram, hehe..Iyo mas, betul, apik koyone yen iso ngapalke
SukaSuka
Lha aku wong brang kene e kang
SukaDisukai oleh 1 orang
Dulu waktu saya masih di kampung pada usia SMP/SMA, ibu dan bapak saya biasa mendengarkan wayang orang/kulit atau kethoprak, Nah pada saat sampai di bagian Punakawan keluar kan isinya percakapan yang lucu-lucu.Di situ ibu saya biasa bilang mereka lagi “bagongan”. jadi saat saya membaca judul tulisan mas Kusnanto, saya kira bahasa ‘Bagongan” itu bahasa seperti “lawakan”, ternyata bukan ya mas?
Tapi saya jadi tambah pengetahuan dengan tulisan mas ini. Terimakasih ya mas
SukaDisukai oleh 1 orang
Ya mungkin maksud ibu begitu, bahasa yang mereka (punakawan) gunakan ya bahasa ‘bagongan’ , mesti pasti ada kerancuan karena ada nama salah satu punakawan bernama ‘Bagong’. Iya sayapun merasa asing dengan istilah bahasa ‘bagongan’ dan 11 kosa katanya, meskipun kenyataannya bahasa ini sudah dipakai sejak zaman Raja Sultan Agung keraton Mataram, yaa mungkin karena bahasa ini hanya berlaku/ digunakan bagi kerabat atau Abdi Dalem didalam lingkup keraton , jadi tidak meluas di masyarakat
SukaDisukai oleh 1 orang
Oh iya betul, berarti saat itu saya salah pengertian, mungkin maksud ibu punakawan menggunangan “bahasa bagongan” bukan ngelawak, tapi yang saya pahami ngelawak dan anehnya saya tidak bertanya pada ibu saya saat itu he..he…
SukaDisukai oleh 1 orang
Atau “jagongan” mungkin hehe… Tapi memang jika pas lakon punakawan yang dinamakan ‘Goro-goro’ yaa memang banyak bercandaannya/ lawakannya, itu juga banyak penonton wayang yang menunggunya
SukaDisukai oleh 1 orang
Bukan mas, kalau jagongan kan duduk2 bercerita kan?
Betul pas lakon punokawan disebut “goro-goro” ya dan memang banyak candaannya. Sejak di Sulawesi saya tdk pernah lg mendengarkannya wk wk wk
SukaDisukai oleh 1 orang
Oh kirain jagongan. Oh sekarang di Sulawesi, kalau kangen wayang coba saja streaming radio dari Jogja, masih ada koq yang siarkan wayang kulit , 3 x dlm seminggu.
SukaDisukai oleh 1 orang
OK, makasih mas infonya
SukaDisukai oleh 1 orang
Iya sama2 Nur
SukaSuka