KOMAT Mendapat Dukungan Penuh Dari Menag Untuk Bangun Kedamaian Dan Toleransi Di Tolikara

Para cendekiawan muslim, aktifis, ulama dan ustadz yang tergabung dalam Komite Umat Untuk Tolikara (KOMAT) bertekad bulat untuk membangun kembali kedamaian dan toleransi di Tolikara, komite ini juga juga bekerjasama dengan Dompet Dhuafa, Rumah Zakat, BAZNAS (Badan Amal Zakat Nasional), Forum Zakat, dan lainnya untuk mengumpulkan dana dari masyarakat untuk program pembangunan fisik dan non fisik di Tolikara. Berikut berita selengkapnya yang saya himpun dari Portal Kementerian Agama Republik Indonesia;

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin Rabu (22/07) pagi ini menerima Komite Umat Untuk Tolikara (KOMAT) di Rumah Dinas Komplek Widya Chandra, Jakarta. Dipimpin Bachtiar Nasir, sejumlah aktivis dan tokoh umat Islam menemui Menag untuk menyampaikan niat dan upaya mereka dalam berkontribusi bagi perwujudan kembali perdamaian dan toleransi di Tolikara.

“Pagi ini, saya menerima delegasi dari Komite Umat untuk Tolikara (KOMAT) yang dipimpin oleh Ust. Bachtiar Nasir dengan beberapa yang lain. Komite ini berangggotakan para tokoh dan aktivis Islam yang memiliki kepedulian yang tinggi, bagaimana agar kasus Tolikara ini bisa dipulihkan kembali,”  demikian penjelasan Menag kepada Pinmas, usai pertemuan dengan Komat, Jakarta, Rabu (22/07).

Tampak hadir dalam pertemuan ini antara lain: Haikal Hasan, Mustofa (Aktivis Media Islam), Zaitun Rasmin (Wahdah Islamiyah), serta perwakilan dari Dompet Duafa Republika dan sejumlah aktivis Islam lainnya.

KOMAT terbentuk pada 19 Juli 2015 di Jakarta,  setelah adanya pertemuan para tokoh, di antaranya Arifin Ilham, Yusuf Mansur, Hidayat Nurwahid, Didin Hafidhudin, Bahtiar Nasir, Aries Mufti, Muhammad Zaitun Rasmin, dan lain sebagainya. Pada pertemuan itu, para Tokoh sepakat menunjuk Bahtiar Nasir sebagai Ketua Harian Komite, dan  Muhammadi Zaitun Rasmin sebagai Wakil Ketua. Sementara itu, Didin Hafidhudin diangkat sebagai Ketua Dewan Syura, dengan Arifin Ilham, Yusuf Mansur, Hidayat Nurwahid, Bahtiar Nasir, Aries Mufti, Bobby Herwibowo  sebagai anggota Dewan Syura. Nama lain di antaranya Haikal Hassan sebagai Sekretaris, Nur Effendi dan Irfan Syauqi Beik ditunjuk sebagai Bendahara. Sementara itu, Jeje Zaenuddin ditunjuk sebagai Tim Advokasi. Selain itu, ada juga beberapa nama lainnya, antara lain:  Ahmad Djuwaini, Arifin Purwakananta, dan Fahmi Salim. Komite ini juga menunjuk Mustofa B. Nahrawardaya  dan Adnin Armas sebagai Jurubicara.

KOMAT juga bekerjasama dengan Dompet Dhuafa, Rumah Zakat, BAZNAS (Badan Amal Zakat Nasional), Forum Zakat, dan lainnya  mengumpulkan dana masyarakat untuk program pembangunan fisik dan non fisik di Tolikara. Melalui Program bertagline “Damai Tolikara Damai Papua”, penggalangan dana ini diharapkan mendapat respon positif masyarakat luas agar pembangunan kembali Tolikara bisa segera dilakukan dalam waktu dekat.

“Mereka ingin ikut memberikan kontribusi, membantu memulihkan kembali kondisi Tolikara ke arah yang lebih baik,” jelas Menag.

Menurut Menag,  proses rehabilitasi nantinya tidak hanya terkait dengan persoalan fisik dan bangunan saja, misalnya: kios, masjid, dan lainnya. Lebih dari itu, proses rehabilitasi  yang tidak kalah penting adalah ikut kembali membangun kedamaian, toleransi di antara umat beragama di Tolikara dan seluruh wilayah Tanah Air.

Menag mengaku sangat mengapresiasi iktikad baik KOMAT dalam ikut berkontribusi bagi kemajuan perdamaian dan tolerasnsi di Indonesia. “Saya mengapresiasi dan mendukung penuh komite ini dan mudah-mudahan mereka diberikan kekuatan untuk terus berkemampuan mewujudkan dan merealisasikan niat baiknya,” ujar Menag.

Menag berharap, gerakan yang diinisiasi oleh para tokoh yang tergabung dalam KOMET ini menjadi salah satu perwujudan kepedulian umat dalam menebarkan kemaslahatan di Indonesia. “Mudah-mudahan ini juga sekaligus wujud dari kepedulian umat Islam melalui para tokoh-tokohnya dalam ikut menebarkan kemaslahatan bagi sesama di Tanah Air tercinta,” harapnya. (mkd/mkd)

Tinggalkan komentar