Ada sebuah tradisi unik di wilayah desa Wonokromo, kecamatan Pleret Bantul. Desa Wonokromo/wilayah Pleret menurut literatur yang ada dahulunya disinyalir merupakan kawasan petilasan jaman Mataram Kerto yaitu ibukota Mataram yang sebelumnya di Kotagede. Kraton yang didirikan oleh Sultan Agung. Peninggalan-peninggalan Keraton Kerta dapat dikatakan sangat minim, hilang dan rusak karena banyak faktor, bisa karena bencana alam, peperangan dan rapuh materialnya . Peninggalan yang minim tersebut, tentu tidak begitu banyak membantu untuk memperkirakan bagaimanakah kira-kira bentuk Keraton Kerta pada zamannya. Potensi fisik yang dipunyai kawasan cagar budaya yang masih tersisa saat ini adalah Masjid, sisa-sisa bangunan kraton, tembok keliling, serta makam Ratu Malang di Gunung Kelir.(http://kec-pleret.bantulkab.go.id)
Dengan begitu, tentu banyaklah kisah-kisah dari keraton yang diabadikan oleh masyarakat yang dahulunya mungkin merupakan suatu tradisi dari kerabat keraton. Yang paling menonjol adalah Upacara ‘Rebo Pungkasan’. Disebut Rebo Pungkasan atau Rebo Wekasan karena upacara ini diadakan pada hari Rabu terakhir pada bulan Sapar/Shofar/ 3. Seminggu sebelum puncak acara diadakan pasar malam di Lapangan Wonokromo. Sebagai puncak acara dalam Rebo Wekasan sekarang ini adalah mengarak lemper raksasa, yaitu dari masjid menuju balai desa selanjutnya dibagi-bagikan kepada para pengunjung (http://kec-pleret.bantulkab.go.id)
Ada literatur yang menyebutkan dimana dahulunya Rebo Pungkasan merupakan ada kaitan dengan pertemuan Sultan Agung dengan Kyai Faqih yang berlangsung pada hari itu dan bulannya Sapar minggu yang terakhir.
Untuk tahun ini puncak acara Rebo Pungkasan telah berlangsung pada Selasa malam, 29 November 2016 pukul 19.30 WIB dengan prosesi Kirab Lemper Agung (Lemper Raksasa) dari Masjid Al Huda Karanganom, Wonokromo diarak sejauh 2 km melalui Jl. Imogiri Timur menuju Balai Desa Wonokromo.
Kirab tersebut diawali oleh Prajurit Kraton, Bregodo Kyai Tanjung Anom, selanjutnya Lemper Agung berukuran panjang 2,5 m dengan diameter 45 cm, Gunungan yang merupakan hasil bumi kemudian diikuti barisan Sembrani, barisan Srikandi serta arak-arakan 7 Kereta Kuda (Andong) dan disaksikan oleh warga masyarakat yang memadati sepajang rute.
Kapolsek Pleret AKP Tony Priyato, SH, SIK bersama Kasihumas Polsek Pleret Aiptu Sawaldi dan jajaran Muspika Kecamatan Pleret turut mengikuti kirab tersebut dengan menunggangi kuda.
Setelah sampai Balai Desa Wonokromo diadakan pemotongan lemper raksasa oleh Bupati Bantul yang sebelumnya telah dibacakan doa. Kemudian lemper tersebut dibagi-bagikan kepada tamu undangan yang hadir dan para pengunjung. Demikian pula Gunungan yang diarak tadi juga dibagikan pada pengunjung bahkan untuk rebutan seperti pada acara Gerebeg Sekaten di Kraton Ngayogyakarta.
Hadir dalam Acara tersebut Bupati Bantul H. Drs. Suharsono, Dinas Pariwisata DIY, Dinas pariwisata Kabupaten Bantul, Muspika Kecamatan Pleret, Lurah Desa Wonokromo H. Edy Pudjono, SIP, MAP, Perangkat Desa Wonokromo, TP PKK Desa Wonokromo, Karang Taruna Sultan Agung I Desa Wonokromo, Toga serta Tomas dan ribuan warga masyarakat yang hadir menyaksikan acara tersebut.(sumber : tribratanewsbantul.com)