Sensasi Diatas Awan : Pengalaman Pertama Naik Pesawat Terbang

This plane for my first flight

Hmmmm….Ndeso…katrok ….boleh jadi naik pesawat terbang menjadi hal yang biasa saja bagi sebagian orang terlebih horang kayah.  Bahkan bagi sebagian orang terkenal(selebriti) ada yang bilang naik pesawat Jakarta-Singapura ibarat naik angkot saja…..

Tapi bagi saya administrator blog ini(minmin), yang memang wong ndeso dan bukan horang kayah….naik pesawat, menjadi satu hal yang luar biasa dan mungkin tidak akan terjadi sepanjang hidup.

Terbang/ naik pesawat, yang tidak pernah minmin angankan sebelumnya, ternyata benar terjadi, patut bersyukur Alhamdulillah dan berterimakasih sebesar-besarnya kepada pihak Astra Honda Motor(AHM) Yogyakarta(pusat penjualan, suku cadang &bengkel motor Honda di Jogja) yang telah memberi kontribusi untuk bisa naik pesawat terbang.

Namun bukan agenda utama aktifitas ‘terbang’ (naik pesawat) yang melatar belakangi AHM Jogja mengajak saya, ada agenda besar di kota Karawang nun jauh di Jawa Barat sana. Jadi naik pesawat ini hanya sebagai perantara penyingkat waktu, dan akomodasi yang lebihlebih dari mereka. Adisutjipto – Halim Perdana Kusuma(HPK) menjadi destinasi minmin kali pertama naik pesawat, pergi-pulang.

Karena satu hal yang diluar kebiasaan, maka rencana hingga seminggu sebelum hari H, menjadikan bayang-bayang semu,  bagaimana sensasi naik pesawat terbang selalu mengiringi hari demi hari, meskipun itu tidaklah terlalu besar, karena ada agenda lain tadi yang dirasa begitu penting, dan begitu menarik (bagi minmin) dengan AHM Jogja tadi.

***

Dan tibalah waktu yang telah ditentukan, Sabtu pagi (15 Juli 2017), minmin berangakat dari rumah pukul 04.00 WIB(dwngan dalil mengejar sholat shubuh du bandara), dan tiba di bandara Adisutjipto Yogyakarta 04.30 WIB, untuk boarding-pass take-off first flight.

Pendamping dari pihak AHM Jogja sudah mewanti-wanti untuk tidak melupakan membawa bukti jadi diri yakni KTP. Tiba di area bandara 1 jam sebelum jam terbang(take-off). Berhubung waktu sholat shubuh Setengah lima, saya pun tiba disana 5 menit sebelumnya. Pendamping terlihat juga baru saja datang, setelah cap-cus sebentar, saya ijin untuk sholat shubuh terlebih dulu di mushola area bandara Adisutjipto, kebetulan masih kebagian jamaah, meski hanya separo, Alhamdulillah.

Selepas sholat, ketemu rekan rombongan, yang juga selesai dari sholat shubuh. Well jam 5 pagi kurang beberapa menit, rekan-rekan lain yang berjumlah 8 orang mulai berdatangan, hingga jam lima lebih sedikit komplit lah rombongan termasuk 1 pendamping. Sedikit ‘breafing’ dan kata pengantar dari petinggi AHM Jogja , kami mulai masuk area  ‘boarding pass’, yang telah ada petugas check-in untuk meneliti calon penumpang pesawat. Yang mana calon penumpang meski menunjukkan tiket (baik sudah di print maupun masih di dalam gadget)/dan bukti identitas diri(KTP) [sempat terbesit tanya, bagaimana ya jika tidak punya KTP?]

Setelah itu masuk ke pemeriksaan, baik barang bawaan maupun orang(badan penumpang), semua barang masuk mesin pemindai/scan, termasuk barang elektronik, gadget, aksesoris dari logam. Dan dua kali pemeriksaan ini dilakukan, wow berlapis yaa..

Setelah semua clear saat nya ‘boarding-pass’,  mendata penumpang dan mencetak/ print tiket. Setelah-nya menuju ruang tunggu. Yang mana diminta berada di ruang tunggu 40/menit sebelum jadwal keberangkatan.

Ruang tunggu bandara Adisutjipto Yogyakarta

***

Waktu terbang sudah tiba, ada panggilan suara dari petugas bandara untuk menuju pesawat, melalui pintu gerbang/gate yang telah di tentukan di e-tiket, para penumpang berbaris menuju gate kembali ada petugas dari maskapai melihat dan menyobek sebagian dari tiket juga KTP. Para penumpang antri melalui gate yang telah ditentukan, begitu keluar dari ruang tunggu suara bising pesawat yang sedang ‘stasioner’ begitu memekakkan telinga.  semua penumpang termasuk rombongan kami menuju pesawat yang telah ditentukan.

My first ticket aeroplane

Langit  masih belum terang betul, masih remang-remang karena seperti belum waktu nya matahari terbit. Beriring-iringan para penumpang menaiki 2 tangga depan dan belakang pesawat, untuk masuk ke badan pesawat, disambut dua pramugari. Kebetulan saya dapat kursi no 31D,  jadi masuk dari pintu belakang. Dan ternyata benar-benar paling belakang sendiri.

Tempat duduk penumpang pesawat, mirip dengan tempat duduk saat naik bus. Kursi berderet & berjejer, berderet kebelakang, 31 dan berjejer 3 – 3 dalam setiap barisnya. Jika dikalkulasi seluruh penumpang ada 6 x31=186. Ditengah sebagai akses untuk berlalu lalang/berjalan. Jarak antar kursi pun sama seperti di bus standar (mungkin ini untuk kelas biasa/ekonomi kali ya).

Seperti halnya moda angkutan lain, setiap baris ada jendelanya , tapi dipesawat bentuknya oval dan kecil terdiri dari dua lapis kaca, jadi bisa melihat luar. Jika ingin menikmati atau mengetahui keadaan diluar pesawat saat di udara, pilihan duduk dipinggir adalah yang terbaik. Tapi saat keberangkatan ini saya dapat di pinggir dalam, jadi yaa tidak bisa begitu melihat suasana luar. Dan sempat diajak tukar tempat duduk oleh mbak-mbak, dan menjadi posisi di tengah. satu baris, mbaknya, saya lalu bapak di pinggir dekat jendela.

***

Saatnya lepas-landas/ take-off, namun sebelumnya pilot menyapa serta memberi sedikit keterangan akan penerbangan dengan dua bahasa(Indonesia & Inggris), dilanjutkan dengan demonstrasi pramugari memperagakan beragam keselamatan penumpang mulai dari pemakaian seat bealt/ sabuk pengaman hingga peragaan memakai pelampung dan masker udara.

Siap-siap take-off, deru mesin semakin kencang seiring melajunya pesawat Air bus 320-200 , laju semakin kencang dan…dan….wuuush….pesawat melesat meninggalkan bandara Adisutjipto. Seiring melesatnya pesawat naik meninggalkan bumi, begitu juga badan kita serasa dihempas kebelakang, seperti diayun seperti saat naik ayunan  , ada sedikit gaya gravitasi terasa dibadan. Dan pesawat terus naik dan naik  bahkan berasa menukik, yaa seperti kendaraan darat saat melewati jalan tanjakan,  saat naik ditanjakan. Menukik dan menukik terus hingga pada ketinggian yang di inginkan/ditentukan.

Oiya berhubung saya berada di posisi kanan , selepas bandara saya melirik lewat jendela, saya sempat melihat jalanan Jl solo, juga sepintas melihat Transmart, namun karena saya berada di kursi tengah , sedangkan sebelah kanan yakni bapaknya tadi juga tidak kenal dan tidak berkenalan maupun bertegur sapa,  jadi saya juga kurang begitu leluasa mengamati keadaan luar melalui jendela pesawat.

 

Selanjutnya terlihat gunung Merapi-Merbabu, dan dibarengi dengan seluet langit kuning jingga diufuk Timur, indah sekali, karena saatnya sunrise atau matahari terbit….panorama diatas awan sungguh indah sekali, diufuk timur masih jelas seluet kuning kejinggaan, sedang sisi utara , berderet gunung berselimut kabut….’Sumbing, Sundoro, Slamet, seakan menyapa ku….

Gunung Merapi

***

Setelah pesawat sudah  berada di posisi datar, pesawat seakan berhenti, hanya awan yang berlalu…pelan-pelan….Oh begini toh rasanya naik pesawat….yaa seperti naik bus hanya saja lebih terasa tanpa guncangan, mungkin karena cuaca cerah kali yaa…hanya sesekali terdengar buangan gas dari sisi belakang.

Perjalanan masih cukup lama, baru dapat 10 menit, masih tersisa 50 menit, hmmm lagi mau ngapain ya,  saya amati penumpang lainnya pada tidur, ada yang baca-baca majalah. Sda yang lalu-lalang sepertinya ke toilet, oiya kita juga bisa memesan makanan, makan berat, maupun makan ringan, bayar tapi dan lebih mahal tentunya.

Oiya lama perjalanan udara/ dengan pesawat komersil Jogja-Jakarta atau Adisutjipto-Halim Perdana Kusuma adalah 60 menit atau 1 jam, tadi sempat sudah dijelaskan oleh pilot, juga sudah ada dalam e-tiket. Ini berarti 10 kali lipat lebih cepat dari perjalanan darat menggunakan bus/ mobil, sedang jarak Jogja – Jakarta sekitar 500 km.

***

Dan…Menikmati negeri diatas awan dibalik pesawat Citilink Air Bus 320 – 200, horizontal mata  melihat gugusan awan-awan putih berjajar dan berlapis, berlatar belakang birunya cinta langit, sedang nun jauh dibawah sana, hamparan bumi terpampang tempat bertenggernya pulau Jawa, juga laut Jawa di sebelah utara. Melihat kecil-kecil bangunan, rumah-rumah yang hanya terlihat atapnya, jalan-jalan, sungai, pegunungan, seiring pesawat melewati gumpalan-gumpalan awan putih, membayangkan awan yang di naiki ‘Sun Go Kong'(si kera sakti…😁)

~~☁☁

Sejurus kemudian memasuki wilayah udara Jawa Barat, namun langit nya tidak secerah wilayah sebelumnya, awan kelabu, jadi teringat cerita orang yang naik pernah naik pesawat disaat melewati awan hitam atau cuaca mendung, maka duduknya akan terasa bergetar dan bergoyang-goyang. Dan benar adanya, saat melewati gumpalan awan hitam, pesawat bergetar, seperti saat bus melewati jalan tidak rata.

10 menit menjelang landing/pendaratan, ada pengumuman dan permintaan maaf dari pilot yang menjelaskan bahwa akan ada delay/ keterlambatan pendaratan karena di Bandara Halim PK sedang ada persiapan tinggal-landas / take-off rombongan kepresidenan, jadi akan ada delay selama 20 menit.

Jadi selama itu pesawat mutar-mutar diatas perairan udara Halim Perdana Kusuma. …

***

Setelah 20 menit berlalu, kembali pilot mengumumkan para penumpang untuk siap-siap mendarat, seperti halnya saat lepas-landas, penumpang diwajibkan untuk mengenakan sabuk pengaman. Ada sedikit tegang nih, terbayang saat melihat di film-film, pesawat mulai menukik ke bawah dan terus menukik serta berkurangnya laju pesawat, dan pesawat mendarat dengan lembut…Alhamdulillah touchdown/ sampailah di Jakarta bandar udara Halim Perdana Kusuma(HPK).

Bandar udara Halim Perdana Kusuma Jakarta

*****

 

****~**

Singkat cerita, setelah agenda’ di kota Karawang selesai, sehari setelah nya,  kami kembali terbang menggunakan maskapai pesawat yang sama karena tiket telah dipesan untuk pergi dan pulang, Minggu (16/7/2017), seperti halnya saat berangkat, saat kembali melalui bandara HPK, juga mengalami ceck-in yang sama seperti di bandara Adisutjipto, pemeriksaan dua kali, boarding pass, dan menunggu saat terbang, kode flight : QG 100, boarding  time 10:50_ gate 6, seat : 5F_class: Y.

Dan saat terbang balik pukul 11:20, sampai Jogja 12:35, dan benar sesuai jadwal, teringat pengalaman kemarin, saya mempersispkan  kamera DSLR untuk mengabadikan melalui jendela oval, dan setelah naik ke badan pesawat, Alhamdulillah nomor  kursinya berada di paling pinggir/dekat jendela, dan termasuk deretan depan.

Saat lepas-landas terasa lembut, lebih lembut dari saat berangkat kemarin. Kembali merasakan sensasi negeri diatas awan, birunya langit, awan-awan putih, panorama laut samudera Hindia, karena posisi saya berada di kanan/ jadi melihat selatan, sepertinya jalur penerbangan pesawat berada di atas jalur selatan, terlihat garis pantai selatan, begitu masuk perairan Jawa tengah, kembali melihat daratan dari ketinggian, jalan-jalan, bangunan ,rumah-rumah, deretan pantai, yang deburan ombaknya terlihat diam. Memasuki wilayah Yogyakarta, terlihat waduk sermo, dan pesawat mulai sedikit membelok ke utara, terlihat sungai progo, jembatan bantar, pertamina , kampus Unwama, masuk kota jogja, melihat ring road barat, dan alun-alun utara serta keraton Jogja, ring road timur seiring mulai turunnya pesawat, dan terlihat jelas pengunjung museum dirgantara, mereka terlihat melihat pesawat kami. Dan beberapa detik kemudian pesawat mendarat dengan sempurna, penerbangan balik lancar dan tanpa delay, tiba di bandara Adisutjipto pukul 12:35.

*#*

Padat nya rumah penduduk, terlihat dari ketinggian/ dalam pesawat(Jawa Barat)

 

Ini menarik, entah pembangunan apa, tapi masih di wilayah Jawa Barat

Awan putih seperti tunggangan Sun Go Kong bukan…..😁😀

Waduk Sermo

Jembatan Bantar

Malioboro, Alun-alun utara, dan keraton Yogyakarta

 

20 thoughts on “Sensasi Diatas Awan : Pengalaman Pertama Naik Pesawat Terbang

Tinggalkan komentar