Mas dan mbak sekalian, kali ini pertama kalinya akan saya haturkan tulisan tentang kejadian nyata belum lama ini terjadi, tepatnya Kamis malam 16 Oktober 2014.
Jika boleh di kasih judul maka saya beri judul .
“Seorang Ibu dan Cucu Perempuan-nya “
Ini terjadi tadi malam, Kamis tgl 16 Oktober 2014.
Cerita ini berawal saat sehabis saya berjamaah sholat Isya’ dan berada di halaman depan Masjid. Di keremangan terlihat perbincangan antara seorang muda yang menanyai seorang Ibu yang disampingnya bergandengan seorang adik perempuan. Terdengar hasil pembicaraan mereka, ternyata si ibu tadi kemalaman. Si Ibu yang kira-kira berusia 60 tahun bersama seorang adik perempuan yg kira-kira berusia 12an tahun. Saya mendekat dan ikut mencoba masuk dalam percakapan. Saya bersama kakak saya sebut saja mas K. Awal-awal kami hanya mengikuti alur solusi untuk Ibu tadi, dari si pemuda dan dua bapak-bapak yang mereka juga habis dari berjamaah shalat Isya’, mereka adalah pegawai sebuah rumah sakit yang berada di dekat Masjid. Kami (pemuda, dua orang bapak-bapak, saya dan mas K) mengusulkan dan menyarankan kepada si Ibu tadi untuk bermalam/menginap saja di masjid maupun rumah sakit, dan menyarankan ke Ibu tadi untuk melanjutkan perjalanan esuk paginya. Karena memang sudah malam (jam 7 lebih), angkutan kendaraan umum juga sudah tidak beroperasi. Namun sepertinya Si Ibu bersi-kukuh untuk pulang, si ibu berujar setidaknya lebih mendekat ke daerah terdekatnya yakni Imogiri, oiya Sang Ibu tadi berdomisili di daerah Trowono, Saptosari, Wonosari.
Setelah lama dalam perundingan sang ibu masih tetap kekeh ingin melanjutkan perjalanan pulang ke rumahnya. Seakan kami kehabisan akal untuk membujuk sang Ibu tadi. Sang pemuda dan dua orang bapak akhirnya undur diri, sembari mereka bertiga memberikan uang yang entah berapa karena memang mereka sengaja di diam-diam dalam memberiakan pada ibu tadi. Sebelumnya pun mereka bertanya kepada si Ibu yang ternyata bekal uang nya hanya tinggal 2ribu rupiah saja, haahhh..hanya tinggal segitu??? yang pastinya uang segitu tidak akan cukup buat ongkos naik bus/angkutan….
Mereka bertiga kembali ke rumah sakit untuk melanjutkan tugas mereka. Saya bersama kakak sepupu saya, iya mas K tadi mencoba mengambil alih tindakan, dan kembali membujuk si Ibu agar supaya si Ibu dan si adik perempuan yang ternyata adalah cucunya, untuk menginap di masjid saja, namun kembali si ibu ingin tetap melanjutkan perjananan pulnnya setidaknya sampai ke daerah Imogiri, dareah yang mendekati rumah mereka. Aduh…susah juga membujuk sang Ibu.. Tak lama seorang teman datang menghampiri kami, sebut saja mas H, kasihan juga pada si ibu yang telah berulang kali menjawab beberapa pertanyaan yang sama, maka saya dan mas K menjelaskan kepada mas H akan masalah yang ada. Kami bertiga berembug, pastinya si Ibu dan si adik lapar dan haus,lalu tanpa di komando mas H langsung berinisiatif ingin mencarikan makanan dan minuman buat si Ibu dan si cucu, saya dan mas K mengiyakannya. Sembari menunggu mas H membeli makanan dan minuman saya dan mas K bergantian menanyakan hal-ihwal tentang si Ibu. Bahwa Si Ibu tadi habis menemui anak dan menantunya di suatu pondok Pesantren daerah C di Kulon Progo, namun ternyata tak bisa menemui si anak dikarenakan si anak dan menantu ya orang tua dari si adik perempuan tadi telah pindah ke Pondok Pesantren lain di daerah Temanggung…ooo jauh-jauh namun tidak bisa bertemu dengan yang di cari, yang kata si Ibu telah 1 tahun tidak kirim kabar maupun tidak pulang ke rumah. Alangkah malangnya si Ibu dan si adik yang sekiranya bisa bertemu dengan orang tuanya namun gagal.
Kesedihan dan kecapekan yang mendalam dapat kami lihat dan rasakan dari si adik tadi. Mungkinawalnya penuh harap akan bertemu dengan orang tuanya, namun kenyataannya tidak bisa kesampaian, Yang ternyata kata si Ibu, si adik perempuan tadi masih sekolah di tingkat Sekolah Dasar kelas 6, dan lagi dia mash punya dua adik lagi, yang tengah kira-kira berusia 5 tahun yang sekolah di Taman Kanak-kanak, dan yang kecil berumur 2 tahun..oh teganya si ayah dan ibunya meninggalkan anak-anaknya.
Kronologi kemaleman si Ibu semakin terbaca jelas bagi saya dan mas K, kami hanya mengelus dada mendengar cerita da jawaban -jawaban si Ibu yang penuh dengan kesedihan. Kehabisan bekal biaya yang menjadikan ibu dan si adik ini terlunta-lunta yang harus berjalan dari pondok pesantren daerah C ke arah Timur karah rumahnya nuuun jauh di Timur sana, lalu nebeng Truk angkutan pasir hingga sampai daerah Brosot, karena truk akan ke arah Utara, lalu si Ibu dan si adik berjalan lagi kearah Timur dan menyeberang Jembatan Progo, berjalan dan berjalan hingga sampai daerah kami. Yang mana daerah kami kira-kira 15Km jauhnya dari Jembatan Progo tadi. Hmmmmm tidak terbayang betapa letihnya kaki mereka, betapa haus dan laparnya mereka. Si Ibu menceritka n bahwa memang hari itu merencanakan untuk mengunjungi sang Anak dan Menantunya, si adik perempuan tadi juga telah di pamitkan sehari sebelumnya di sekolah SDnya. Di hari yang telah di rencanakan dari Jam 4 pagi si Ibu dan si adik perempuan telah meninggalkan kampung halaman daerah Trowono, melewati beberapa daerah , seperti Panggang, Ponjong, siluk hingga Imogiri. Lalu dari Imogiri ke arah Utara* ke terminal Giwangan Yogyakarta, lalu naik Bus Jalur Purwarejo/Purwokerto, lalu turun di daerah dekat perbatasan Jogja-Jateng dan menuju Daerah C Kulon Progo di mana si anak bekerja di suatu Pondok Pesantren di sana, sempat juga di temui oleh sang Kiai (Pimpinan Pondok) dan mengatakan bahwa si anak+menantu telah pindah di daerah Temanggung. Sang Kiai juga mimta maaf tidak bia mengantar ke Temanggung karena ada jadwal pengajian, sempat pula disuruh menginap oleh sang Kiai namun si ibu tetap ingin pulang saja.
Saya penasaran kenapa ibu ingin kekeh pulang, sayapun menelisih menanyakan ke Ibu, si Ibu mengatakan bahwa si cucu yang terkecil sedang sakit, sakit tipus, dan hanya di titipkan pada tetangga, jadi dua anak kecil tadi semuanya dititipkan ke tetangga Ibu tadi. Karena si suami Ibu juga telah tiada, si Ibu juga di pesan oleh tetangga yang dititipkan anaknya tadi, bahwa sampai malampun harus di usahakan pulang meskipun sampai malamtetap harus pulang, dimana si kecil juga hanya di tinggali air putih yang di beri gula jawa.
Ibu pun menceritakan akan pencahariannya yang kadang hanya mencari barang-barang bekas, yang kadang si Ibu ikut ngantar sampai Ke Imogiri, makanya si Ibu tadi sedikit tau akan kondisi di Imogiri. Dan ngotot ingin ke Imogiri agar lebih dekat dengan Rumahnya juga. Jadi semisal tidak kami antar sampai ke Imogiri si Ibu pasti kan berjalan kaki menuju sana.
Selang agak sedikit lama mas H datang juga dengan membawa bungkusan nasi dan minuman. Kami pun berulang membujuk si Ibu untuk menginap saja, tapi tetap tidak mau, akhirnyapun kami sepakat untuk mengantarkan si Ibu dan si adik perempuan ke Imogiri. kami bertiga pulang untuk ganti pakaian dan menganbil dompet, bawa helm, pakai jaket. namun sebelumnya kami mempersilahkan si Ibu dan si adik untuk makan dan minun yang telah di belikan oleh mas H tadi. dan saya tegaskan ke Ibu tadi bahwa kami akan mengantar mereka, sampai Imogiri. karena untuk sampai ke Rumah mereka, kami rasa masih tidak yakin akan medan yang akan di lalui nantinya, takutnya malah membahayakan bagi kami semua, karena medan menuju daerah rumah Ibu tadi jalannya memang banyak tanjakan dan turunan yang begitu terjal dan curam, berkelok-kelok. maka kami masih berfikir banyak jika mengantar sampai rumah mereka. Kami belum hafal karakter jalan yang akan dilalui, terlebih lagi kondisi malam hari. Sekali lagi kami takut membayakan kami semua. walaupu sang Ibu juga tidak memintanya untuk di antar sampai rumah.
Sesaat kami telah kembali kehalaman masjid, setelah bersiap-siap kami bertiga berangkat ke Imogiri mengantar si Ibu da si adik permpuan kecil dengan sepeda motor kami masing-masing. Dalam perjalanan hati saya hanya bisa pasrah, sebenarnya tidak tega hanya mengantar mereka sampai di Imogiri. sedang dari Imogiri sampai Trowonwo masih teramat jauuuh. Namun bagaimana lagi. tega tidak tega kami antar ke Imogiri, yang si Ibu meminta di turunkan ke arah jalan Siluk, dengan harapan si Ibu (yang mencoba menjelaskan kepada kami sedari tadi ditempat kami) bahwa akan ada truk atau colt yang naik menuju daerah terdekat dari Trowono yakni daerah Panggang. iya, itu harapan si Ibu, ataupun setidaknya sekitar jam 2 pagi akan ada bus angkutan yang akan menuju ke daerah si Ibu. Kami mengantar sesuai permintaan si Ibu, si Ibu turun dan tak lupa mengucapkan banyak terimakasih kepada kami, jam menunjuk angka pukul jam 8:30 malam, namun kami juga masih termangu akan situasi dan kondisi yang ada, namun bagaimana lagi, kami tega-tegakan meninggalkan mereka. Dan si Ibupun telah merasa cukup di antar sampai situ. Saya dan mas K tanpa janjian, bergantian memberikan sedikit uang kepada Ibu tadi. Ya setidaknya buat ongkos untuk naik angkutan.
Dalam perjalanan pulang saya hanya berdoa, semoga, semoga dan semoga si Ibu lekas dapat nunutan/tebengan untuk sampai daerah rumahnya, dan semoga tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan…amiin
(*= sebenarnya dari Imogiri terus ka Barat, dulu ada trayek/ angkutan, namun memang sekarang sudah tidak ada lagi, tidak ada angkutan dari Imogiri ke arah Barat hingga daerah Wates )



