Biker Tuh Tangguh & Ga Cemen, Meskipun Lady Biker

Dewi bersama 'bee'

Dewi bersama ‘bee’

Yach…memang begitulah kebanyakan jiwa dari para biker, sosok biker =suka dengan berkendara motor , berjiwa never give up= tangguh dan tidak cemen= tidak cengeng.

Resiko cidera saat berkendara sepedamotor memanglah lebih besar dari berendara mobil, akan tetapi sensasi naik motor sungguh luar biasa dibandingkan jika kita bermobil, terlebih saat touring……hmmm luar biasa mengasyikkan, ……asikknya menyalip zig-zag diantara kendaraan besar, cornering, melewati jalan pegunungan, berkelok dan naik-turun, hempasan angit saat ‘top speed’ dan masih banyak lagi.

Tapi ya begitu, resiko lebih besar cidera lebih besar, mengerem mendadak saja, jika naik motor bisa selip dan terjatuh, sedikit terbentur / bersenggolan juga bisa jatuh. Tapi sekiranya aksiden yang ringan saja, mustinya para rider tetap keep fight, ora popo, ora pasah, tangguh, berjiwa besar dan kuat, segera sadarkan diri, segera berdiri lagi dan berkendara lagi.

Kenapa harus begitu? Kenapa harus segera bangun dari jatuh? Iya karena untuk menghindari bahaya yang lebih besar, siapa tau dibelakang kita ada kendaraan lain. Dan juga menunjukkan bahwa jiwa para rider memanglah begitu, tangguh dan ga cemen, meskipun seorang wanita, seperti kisah dari Dewi Siti Hawa,  si single fighter dari Cirebon

Dewi mengisahkan short touring nya ke Bandung dalam menghadiri event ‘Bandung Supermoto’ dan Aniversary Women On Wheel(WOW)…

Dewi saat di Bandung

Dewi saat di Bandung

Ditabrak angkot di Carefour Kiara Condong ‘ Bandung..

 

Yang namanya musibah itu memang enggak bisa diprediksi , ditebak, meski Minggu lalu baru jatuh di Sumedang.

 

Mobil ngerem mendadak.. Kondisi hujan posisi ditengah jembatan. Badan jembatan dari plat..

 

Aku ngerem yang ada roda jadi selip. Motor oleng dan aku lepas dari kemudi, akhirnya aku terlepas dari motor dan  jatuh duluan, dan motor terkempar 3 meter ke tengah jalan.

 

Alhamdulilah tidak apa-apa, badan tidak ada yang terluka, untungnya saat itu kondisi jalan  sepi, langsung bangun dan  jalan lagi, tetep lanjut tujuan.

 

Sakit siiih tapi selagi masih bisa berdiri ” don’t ever Give up “..

 

Eh malam berikutnya tanggal 15 Oktober ’16, terulang lagi.

Saya sudah hati hati, sudah pelan sudah ngalah, eeee angkotnya nyerudug..gubrak

 

Beruntung ada teman-teman dari klub kings Bandung yang sigap membantu saya bangun juga bee ku..

 

Begini kronologisnya…

 

Entah awal nya bagaimana, tau tau si angkot sudah nyerempet aja ‘ , stang si bee (Yamaha Byson-tungganganku) nyangkut dipintu angkot. Dan detik berikutnya aku  terjerembab jatuh bersam bee dan terseret berapa meter..lumayan jauh dari traffic light.

Si bapak supir angkot rupanya panik, tancap gas dan kabur. Untunglah bapak Polantas-Edwin yang berada tidak jauh dari tkp, cukup tanggap dan sigap akan keaadaan saat itu, dan segera mengejar angkot, aksi kejar-mengejar yang seru berakhir juga, berakhir dengan sedikit tragis sih. setelah angkot menabrak rumah.

 

Aku memilih untuk tidak memperpanjang masalah. Dan aku berpikir kasian juga bapak supirnya karena sudah kena pasal berlapis.

Luka kecil hal yang biasa bagi Dewi

Luka saat di tabrak angkot

Lecet-lecet

Lecet-lecet

 

Tunggangan Dewi

Tunggangan Dewi

 

Yang penting aku selamat sehat , bee juga gapapa.. Aku keingat dan ikut anjuran Nabi SAW….

Dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah SAW bersada yang maksudnya, “Siapa yang melapangkan satu kesusahan orang yang beriman daripada kesusahan-kesusahan dunia, Allah akan melapangkan orang itu satu kerumitan dari kerumitan akhirat. Dan siapa yang memudahkan orang yang susah, Allah akan memudahkannya didunia dan diakhirat. Siapa yang menutup keaiban orang Islam, Allah akan menutup keaibannya didunia dan diakhirat. Dan Allah sentiasa menolong hamba itu selagi hamba itu mahu menolong saudaranya.” (Hadis Riwayat Muslim)

Ngerinya Bermotor Terhimpit Diantara Dua Kendaraan

received_193918481049570

Sebuah kisah yang cukup mendebarkan dan bisa di bilang ngeri dari narasumber saya, yakni sosok lady biker yang gemar berpetualang/berkendara keluar kota sendirian (solo riding touring), dialah Dewi Siti Hawa.

Dewi mengisahkan tragedi traumatiknya, kejadian yang sulit dilupakan, dan menyisakan trauma tentunya. Mari kita simak bersama saya…..

… Pagi itu pulang dari Bromo…

Saya bersama teman saya  ‘Aris’, tapi ternyata terpisah di Jombang, karena ketika saya memberi tanda untuk berhenti, rupanya si Aris tidak melihat dan tidak mengetahuinya.

 

Jadi akhirnya kami pulang sendiri-sendiri, ya meskipun sebenarnya tidak searah sih,  karena Aris dari Semarang, tapi setidaknya sampai Salatiga saya ada teman seperjalanan.

 

Setelah menunggu cukup lama di tugu perbatasan Jawa Timur. Aris tidak juga nampak, sementara hari sudah sangat terik, jam 1.

Jika jalan normal, hitungan  saya hanya butuh waktu antara 7 sampai 8 jam saja, tapi karena dalam kondisi kurang fit (flu karena kedinginan selagi di Bromo), bisa lebih dari itu.

Situasi jalanan padat-merayap, maklum arus balik. Sampai di Salatiga sudah jam 3 sore. Hmmm….sedang asik-asiknya zig-zag – selap-selip dikeramain, tiba-tiba saya dikejutkan oleh sapaan dari dua orang pengendara dari belakang. Yang ternyata satu club, tapi beda chapter, mereka dari chapter Jakarta. Meski saya tidak kenal sebelumnya, tapi alhamdulillah mereka kenal saya.. Istimewa-nya cewek di club ya gitu deh…😊😆

Jam sudah diangka 5 (sore) saat tiba di Pandanaran-Semarang. Berhenti di Indomaret sejenak, berbincang, dan foto-foto, dan juga melepas lelah. Sambil memprediksi waktu dan keadaan. Kami sudah pesimis untuk bisa riding cepat.

Saat rehat sejenak

Saat rehat sejenak

Hampir 30 menit kami istirahat, ketika hari mulai gelap kami melanjutkan perjalanan. Jam sudah menunjuk diangka 7 (malam) ketika sampai di kota Batang. Dengan kondisi jalanan yang sedari tadi macet, hingga menguras tenaga dan emosi. Kembali kami berhenti untuk mengisi perut dan melepas lelah raga. Normalnya 2 jam-30 menit lagi sudah masuk Cirebon. Tapi kalau dengan macet parah begini’ tentu saja tidak mungkin.

Jembatan Comal baru saja ambruk’ dan butuh perbaikan. Sehingga jalan utamanya hanya bisa dilewati dengan sistem buka-tutup & satu arah saja.

Sejak mulai dari kota Batang, kami sudah menggunakan gps. Guna menghindari macet di Comal, kami akan mencoba mencari jalan alternatif.

Tetapi rupanya semua pengendara melakukan hal yang serupa. Jadi tetap saja dari arah manapun tetap terjebak macet. Sampai akhirnya kami memutuskan untuk mengikuti pengendara lain, pengendara setempat yang tau ‘jalan tikus’. Ehhh ternyata jauuuhhh memutar, begitu keluar hanya selisih beberapa kilo’ saja. Hahh….sebel….kalo bukan keadaan terpaksa sih……ogaah banget.

Akhirnya kami berhasil menghindar dari kemacetan,  tapi jam sudah diangka 01.00 dini hari. RC kami memberi isyarat ‘ngantuk’ dan kamipun menepi di masjid kota Brebes .

Di masjid itu, kami melepas lelah dan tertidur bersama pemudik yang lain.

Waktu subuh pun segera datang.. Adzan membangunkan semua dari mimpi termasuk aku dan teman-temanku. Usai sarapan jam 7 pagi kami bersiap melanjutkan perjalanan.

Rupanya di Kota Brebes ini juga macet, hanya saja tidak parah. Padat-merayap sesekali bisa melaju kencang. Berhubung bersama teman, dan mengikuti RC, saya-pun tetap harus jaga-jarak agar tidak ‘hilang’.

RC saya termasuk lihay mencari celah sempit diantara kendaraan dalam  kemacetan. Berkali saya tercekat'(tercecer) untuk mengikuti nya.. Maklum saya kan perempuan….😄😊

Serem juga kalo celahnya hanya dalam ukuran senti saja, hanya pas selebar motor dan hanya lebih sedikit saja, sementara yang kita lalui itu kendaraan besar yang ban-nya setinggi kepala kita…. iya kalo besi-besi itu diam…., bayangkan ....kalo mereka pada bergerak….kanan bus – kiri truk…brrrrr..,ngerih….

Sering-seringya saya menghela nafas panjang sambil mengucap hamdallah..setelah berhasil melewatinya……

Sampai naas juga pada akhirnya terjadi……

Ketika RC saya masuk cela diantara sebelah kanan bus sebelah kiri Toyota Avanza. Celah itu hanya selebar stang lebih sedikit saja. Tapi posisi badan bus tidak lurus melainkan agak menyerong diarah depan hingga saat tiba giliran saya melintas diantaranya, tiba-tiba saja semua kendaraan bergerak.

Posisi saya tepat di roda sebelah kiri belakang bus. Sebelah kiri saya Avansa. Ketika bus berjalan, mau tidak mau akhirnya saya terjepit dikedua kendaraan itu. Bus terus bergerak dan Avansa masih terdiam membuat stang menekan bodi dan bergerak pindah ke kaca Avansa. Semakin bus bergerak, stang saya semakin ikut tertarik keatas dan membuat goresan di kaca Avansa, motor sayapun terangkat.

Saya sadar…..mengalami setiap detiknya…seakan waktu di perlambat…… terdengar ramai gaduh orang berteriak…..allahu-akbar..

Sepersekian detik rasanya begitu cepat dan saya tidak bisa berbuat apa-apa. Dan tiba-tiba si Avanza mulai bergerak yang otomatis membuka ruang gerak pada sebelah kiri dan mampu melepas tekanan pada stang. Sayapun lepas kontrol dan jatuh kearah kiri. Alhamdulillah, tapi sepintas terlihat dikanan mata saya, itu ban bus.

[Untung saja sebelah kiri hanya mobil kecil. Bayangkan jika keduanya bus atau salah satunya truk dan terjepit diantaranya.. Saya tidak bisa membayangkan yang bakal teradi… saya bisa apa???]

Terjatuh dalam keadaan tertimpa motor kesayangan, membuat saya tidak bisa langsung bangun….beraaaat bro.

 

Saya melambaikan tangan, tanda saya baik-baik saja & minta pertolongan, barulah orang-orang mendekat.

Dalam hati saya bersyukur karena saya masih hidup dan motor juga tidak rusak, kecuali di bagian stang saja.

Tapi sepertinya teman-teman saya tidak tahu dan sudah jauh didepan.

Selama 30 menit saya di TKP dan masih di kerumunin orang banyak…masih shock akan apa yang terjadi, selang beberapa saat kemudian akhirnya teman-teman saya kembali, yang membuat saya lega dan besar hati. Setelah menata diri, pikiran dan perasaan, karena saya juga tidak terluka, sembari teman-teman saya membetulkan posisi setang yang miring, lalu kami melanjutkan perjalanan.

Saat teman-teman membetulkan stang

Saat teman-teman membetulkan stang

 

received_193918511049567Dan kami berpisah di Cirebon, teman-temanku melanjutkan ke Jakarta….

….

Dewi Siti Hawa

Dewi Siti Hawa