Berita Terkini Insiden Tolikara : Menag Telah Kirim Tim Ke Papua

Sebuah langkah stategis telah diambil oleh kementerian Agama dalam mem-back -up insiden di Tolikara dengan segera mengirimkan tim ke sana( Minggu,19/07).

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin meminta tim kementerian yang dipimpinnya Minggu (19/07) ini bertolak ke Tolikara untuk bergabung dengan tim Kanwil Kemenag Provinsi Papua dan Kankemenag Kab. Tolikara. Menag menugaskan tim ini untuk segera berkoordinasi guna mengambil dan mengimplementasikan langkah-langkah yang diperlukan.

“Saya instruksikan Dirjen Bimas Kristen, Kabalitbang-Diklat, dan tim pada ahad ini menuju Tolikara, bergabung dengan Kakanwil Papua dan Kakankemenag yang telah lebih dulu ada di sana,” terang Menag, Jakarta, Minggu (19/07).

“Tim ini akan melakukan langkah-langkah koordinasi dan implementasi yang diperlukan,” tambahnya.

Koordinasi dan implementasi langkah-langkah strategis ini, lanjut Menag, akan dilakukan dengan ormas keagamaan, FKUB, serta tokoh masyarakat dan pihak terkait dalam rangka menjaga kerukunan. “Kemenag bersama ormas keagamaan, FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama), dan tokoh masyarakat akan terus meningkatkan koordinasi guna menjaga dan memelihara kerukunan hidup umat beragama,” jelas Menag.

Menteri Lukman menandaskan, bahwa dalam rapat koordinasi nasional Polhukam antara dirinya dengan Menkopolhukam, Kapolri, Kepala BIN, Dirjen Pol Kemendagri, dan Korsahli Panglima TNI, disepakati bahwa semua pihak, baik pemda, tokoh agama, tokoh masyarakat, maupun aparat keamanan, telah bersepakat untuk membangun kebersamaan menuju kedamaian di Tolikara.

Untuk itu, lanjut Menag, pemerintah bersepakat untuk melakukan sejumlah langkah strategis sebagai berikut:

Pertama, Pemerintah Pusat dan Daerah akan segera lakukan perbaikan masjid dan bangunan kios yang terbakar, serta merawat para korban kerusuhan. Kedua, POLRI akan melakukan penegakan hukum terhadap pelaku kerusuhan dan aktor intelektual di balik kerusuhan.

Dan ketiga, POLRI akan lakukan penyelidikan terhadap tindakan yang dilakukan oleh aparat keamanan, apakah sudah sesuai dengan prosedur.

“Terpenting, Rakornas Polhukam juga menegaskan bahwa situasi dan kondisi di Tolikara saat ini sudah kondusif, aman, dan terkendali,” tegasnya. (mkd/mkd).


 

Sementara itu, Persekutuan Gereja-gereja dan Lembaga Injili Indonesia (PGILII) mengeluarkan pernyataan sikap terkait peristiwa kekerasan yang terjadi pada Jumat (17/07) pada saat umat Muslim sedang melaksanakan Salat Ied di Tolikara. Dalam peristiwa itu, terjadi juga pembakaran masjid dan beberapa kios milik penduduk oleh sekelompok orang, serta ada beberapa orang yang menderita luka tembak.

Akan hal ini, dalam kesempatan jumpa pers di Kantor PGI, Salemba, Sabtu (18/07), Ketua Umum PGLII Pdt. Roni Mandang, didampingi Dirjen Bimas Kristen Oditha R Hutabarat dan bersama Ketum PGI Dr. Henriette T Hutabarat-Lebang, menyampaikan beberapa hal yang dibacakan oleh Sekum PGLII sebagai berikut:

1. PGLII sangat menyesalkan terjadinya peristiwa yang telah menodai kerukunan umat beragama dan kesucian Hari Raya Idul Fitri yang dirayakan oleh saudara-saudari di Tolikara Papua dan tidak membenarkan segala bentuk kekerasan yang menciderai keutuhan persaudaraan

2. PGLII memandang hal ini merupakan peritiwa lokal yang tidak mencerminkan kerukunan umat beragama secara nasional

3. PGLII menyatakan keprihatinan yang mendalam kepada saudara-saudari umat muslim yang oleh karena peristiwa tersebut, kegiatan Salat Id terganggu dan merasa simpatik mendalam atas jatuhnya kurban 12 warga Kristen Jemaat GIDI Toli, 11 orang luka-luka dan 1 orang meninggal dunia.

4. PGLII menyerahkan penyelesaian masalah ini kepada pihak yang berwajib untuk menegakkan hukum yang seadil-adilnya

5. PGLII merasa perlu Pemerintah mendalami akar masalah apakah peristiwa ini merupakan rasa frustasi dari masyarakat yang tersisih.

(ba/mkd)

sumber : kemenag.go.id

Kumpulan Berita Rusuh Tolikara – Papua

kusnantokarasan.com – Pagi-pagi membaca berita yang tidak mengenakkan, membuat hati bersedih, melukai nilai-nilai kearifan toleransi antar umat beragama, melanggar dasar negara pancasila dan UUD 1945. Jum’at 17/07) kemarin di hari nan fitri, dimana umat Islam sedang melaksanakan ibadah sholat Idul Fitri dan merayakan hari Idul Fitri 1436 H, lain hal terjadi di suatu daerah di Tolikara-Papua Irian Jaya warga muslim yang sedang melaksanakan ibadah sholat Ied diserang oleh massa’. berikut kumpulan beritanya;

Kronologi Insiden Tolikara :

Berikut Kronologi Insiden Tolikara

Sebanyak 70 rumah dan kios di Kabupaten Tolikara, Papua pagi tadi dibakar ratusan massa, yang diduga menolak perayaan pelaksanaan Hari Raya Idul Fitri 1436 Hijriah di wilayah tersebut.

Pembakaran diawali dengan aksi pelemparan saat umat Muslim di wilayah tersebut mengumandangkan takbiran sebelum pelaksanaan salat Id 1436 Hijriah pagi tadi.

Penolakan ini, sehubungan dengan seminar tingkat Internasional yang berlangsung di Kabupaten Tolikara pada 13 – 19 Juli 205. Berikut isi selebaran yang menolak perayaan idul Fitri di wilayah tersebut.

“Badan pekerja wilayah Toli memberitahukan bahwa, pada tanggal 13 – 19 Juli 2015, ada kegiatan seminar dan KKR pemuda GIDI tingkat internasional. Sehubungan dengan keguatan tersebut, kami dari pimpinan GIDI wilayah Toli membatalkan dan menunda semua kegiatan yang bersifat mengundang umat besar, dan tingkat jamaat lokal, klasis dan dari yayasan atau lembaga-lembaga lain.

Oleh karena itu, kami (GIDI) memberitahukan bahwa : acara membuka Lebaran tanggal 17 Juli 2015, kami tidak mengizinkan dilakukan di wilayah Kabupaten Tolikara (Karubaga). Boleh merayakan Hari Raya di luar Kabupaten Tolikara / Wamena atau Jayapura. Dilarang kaum Muslim memakai pakaian jilbab”

Namun, umat Islam tetap menjalankan perayaan Hari Raya Idul Fitri, sehingga massa mengamuk, melempari musola yang dijadikan sebagai tempat shalat Id. Massa kemudian menyerang sambil berteriak, bubarkan dan bubarkan.

Massa semakin brutal dan membakar musola serta rumah dan kios milik warga Muslim di wilayah tersebut. Aparat keamanan pun akhirnya mengeluarkan tembakan peringatan untuk menghentikan aksi brutal massa.

“Sampai saat ini, kami masih mendalami apakah insiden pagi tadi disebabkan oleh surat edaran larangan perayaan Idul Fitri oleh panitia KKR pemuda Gereja Injili Di Indonesia (GIDI), atau ada faktor lain, sehingga warga marah dan melakukan pembakaran,” ujar Kabid Humas Polda Papua, Kombes Polisi Patrige, Jumat (17/07/2015).

Kemenag Desak Sinode GIDI Minta Maaf

Direktur Jenderal Bimas Kristen Oditha R Hutabarat mendesak agar Sinode GIDI meminta maaf kepada umat Islam terkait peristiwa di Tolikara, Papua, saat salat Ied, Jumat (17/07/2015) pagi. Dirjen Bimas Kristen telah mengambil beberapa langkah terkait peristiwa di Tolikara, Papua.

Pertama, menghubungi Ketua Sinode GIDI agar bisa segera membuat surat penjelasan kronologis kejadian sekaligus pernyataan permohonan maaf kepada umat Islam Indonesia terkait dengan peristiwa tersebut.

Oditha mengungkapkan Ketua Sinode akan membuat surat tersebut dan mengirimkannya via email. Kedua, menghubungi Persekutuan Gereja dan Lembaga Injili Indonesia (PGLII) yang merupakan persekutuan di mana GIDI merupakan anggotanya, agar bisa bersama-sama melakukan langkah-langkah strategis dalam menyikapi persitiwa ini.

Sabtu 18 Juli besok, Dirjen Bimas Kristen bersama PGI akan mengadakan konferensi pers di Kantor PGI untuk memberikan penjelasan sekaligus menyampaikan permohonan maaf kepada umat Islam.

Oditha menegaskan bahwa Umat Kristen di Indonesia sangat prihatin atas terjadinya penundaan sholat Ied dan pembakaran rumah ibadah di Tolikara. Justru terjadi pada saat hari raya Idul Fitri yg merupakan hari kemenangan bagi umat muslim.

“Atas nama pemerintah kami mohon maaf atas peristiwa yg melukai hati umat muslim yang adalah saudara-saudara kami sebangsa dan setanah air. Kami berharap agar masalah ini dpt diselesaikan sesuai dg peraturan perundangan yg berlaku,” tutupnya.

Wali Gereja Desak Investigasi Rusuh Tolikara

Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) menilai ada ‘faktor x’ di belakang aksi pembakaran masjid yang terjadi di Kaburaga, Kabupaten Tolikara, Papua, sekira pukul 07.00 WIT hari ini. Menurut pihak KWI, untuk mengungkap kasus tersebut, semestinya segera dibentuk tim khusus yang akan melakukan investigasi.

“Ada faktor x atau faktor lain di balik kejadian itu. Makanya, perlu dibentuk tim khusus investigasi sesegera mungkin,” ujar Sekretaris Konferensi Wali Gereja Indonesia, Romo Benny Susetyo, Jumat (17/07/2015).

Romo Benny menjelaskan, jika ditelaah lebih dalam, selama ini tidak pernah ada konflik antar warga yang disebabkan masalah agama.

“Berdasarkan sejarah, tidak ada itu kerusuhan di Papua yang didasari persoalan agama. Apalagi sampai ada pembakaran tempat ibadah,” kata Romo Benny.

Ia menambahkan, tidak adanya konflik yang didasari masalah agama karena masyarakat Papua sangat memegang teguh nilai-nilai kearifan lokal. “Local wisdom mereka sangat kuat,” ungkap Romo Benny.

Hal itu, lanjut Romo Benny, tercermin dari seringnya dilakukan diskusi atau kegiatan yang menyertakan warga dari berbagai agama. “Di sana itu sering diadakan diskusi lintas agama. Saya sering ke sana dan berdiskusi dengan para pemuka agama serta tokoh adat setempat,” kata dia.

Seperti diketahui sebelumnya, sejumlah massa melakukan penyerangan kepada warga yang tengah salat Id di Karubaga, Kabupaten Tolikara, Provinsi Papua sekira pukul 07.00 WIT hari ini. Tidak berhenti sampai di situ, massa tersebut juga membakar masjid dan sejumlah rumah yang berada dekatnya.

Alim Ulama Kutuk Pembakaran Masjid

Presidium Aliansi Alim Ulama Indonesia (AAUI) langsung bersikap terkait insiden pembakaran Masjid di Talikora Papua, apalagi saat dipakai Salat Idul Fitri. AAUI mendesak agar masalah ini segera diselesaikan.

Berikut ini pernyataan lengkap AAUI yang diterima Redaksi KRjogja.com:

PERNYATAAN SIKAP PRESIDIUM AAUI ATAS INSIDEN TOLIKARA PAPUA

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalaamu ‘Alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.

Kami Presidium Aliansi Alim Ulama Indonesia (AAUI), bersikap tegas mengenai Insiden Tolikara Papua:

1. Sangat menyesalkan yang sedalam-dalamnya dengan terjadinya Insiden Tolikara, yang meretakkan kerukunan Umat Beragama di Indonesia.
2. Mengutuk keras kelompok penyerang yang telah melanggar hukum dan prinsip-prinsip toleransi di negeri ini. Apalagi dengan semakin besarnya toleransi yang diberikan oleh kaum muslimin.
3. Mendesak aparat keamanan (Polri) segera menangkap para pelakunya dan memproses mereka secara hukum dengan secepat-cepatnya.
4. Menghimbau para tokoh muslim agar menenangkan dan mengontrol umat dan anggotanya untuk tidak melakukan tindakan pembalasan.
5. Mendesak majelis agama dan para tokoh kristen agar serius mendidik umatnya untuk menghargai hukum dan  toleransi yang diberikan oleh kaum muslimin yang mana mereka mayoritas mutlak di negeri ini.
6. Menghimbau semua pihak agar mewaspadai pihak-pihak tertentu yang bermain, mengadu domba antar umat beragama dan menjadikan sentimen agama sebagai komoditas politik, yang akan merusak stabilitas nasional.
7. Meminta Dewan Gereja Indonesia memanggil pengurus GIDI, minta pertanggung jawaban atas suratnya, memberi sangsi tegas terhadap oknum pengurus GIDI dan menyerahkan mereka ke pihak yang berwajib.
8. Menghimbau kepada tokoh-tokoh Islam, Kristen dan agama-agama lain, agar mengedepankan kerukunan antar umat beragama dan menjaga toleransi beragama, dalam rangka untuk menjaga keutuhan bangsa Indonesia yang beradab dan berkemanusiaan.

Demikian Pernyataan Sikap kami, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih. Mohon pesan ini disebarkan, untuk menjaga perdamaian dan kerukunan dalam beragama.

Wassalamu alaikum Warahmatullahi Wabarokaatuh.

Jakarta, 17 Juli 2015, Pukul 19:00 WIB.

Atas nama Presidium Aliansi Alim Ulama Indonesia (AAUI)
1. KH. Shohibul Faroji Azmatkhan. (Ketua Presidium)
2. Habib Muhsin Alattas.
3. KH. A. Cholil Ridwan
4. KH. Tengku Zulkarnain
5. Dr. Amirsyah Tambunan.
6. Dr. M.Zaitun Rasmin, Lc, MA
7. KH. Bakhtiar Nasir, Lc.MM
8. KH. Fahmi Salim, MA
9. Ust. Iin Sholihin
10. Dr. H. Manajer Nasution
11. Ust. Mifta Huda, S.Pd.I, MESy
12. H. Mochammad Yunus, M.Pd.I
13. Drs. H. Natsir Zubaidi
14. Prof. Dr. Habib Muhammad Baharun, SH.MH
15. Drs. H. Zainal Arifin Husain
16. Dr. Rahmat Abdurrahman, Lc.MA
17. Ust. Nur Hamim, S.Ag
18. KH. Ainul Yaqin
19. Dr. H. Muhammad Anda Hakim, SH
20. Brigjend Pol (Purn). KH. Anton Tabah
21. Dr. dr. H. Taufik Pasiak, MA
22. KH. Muhammad Faiz Syukran Makmun
23. KH. Auzai Mahfuzh
24. KH. Ahmad Shobri Lubis
25. KH. Buya Yahya
26. KH. Nur Bahruddin
27. Hj. Fahira Fahmi Idris, SE, MH
28. H. Muhammad Lutfi Hakim, SH, MH
29. Brigjend Pol (Purn) Dr. H. Supriyadi, SE.SH.MH
30. Drs. H. Nasrullah, ME
31. H. Abdullah Qamaruddin, Lc
32. Muhammad Ikhwan Abdul Jalil, Lc, M.Pd.I
33. KH. Nur Muhammad Iskandar, SQ

Dan akhirnya ,

Pagi Nanti Kemenag dan PGI Jelaskan Rusuh Tolikara

Kementerian Agama dan Pesekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) akan menggelar jumpa pers. Mereka akan memberikan keterangan perihal kejadian pembakaran rumah Ibadah di Tolikara,Papua.

“Besok jumpa pers jam 9 di PGI,” jelas Dirjen Bimas Kristen Othida R Hutabarat, Jumat (17/07/2015).

Othida menjelaskan, dirinya telah melakukan beberapa langkah terkait rusuh pembakaran rumah Ibadah di Tolikara, Papua, saat ibadah salat Ied, Jumat pagi tadi. Dia sudah menghubungi Ketua Sinode GIDI (Gereja Injili di Indonesia). Komunikasi kurang berlangsung lancar, karena lokasi Tolikara yang merupakan pedalaman Papua.

Tapi, dalam komunikasi tersebut, dia telah menyampaikan bahwa surat yang dikeluarkan Sinode GIDI Tolikara yang berujung pada pembakaran rumah ibadah tidak dapat dibenarkan, dengan alasan apapun.

Dia pun meminta Ketua Sinode GIDI untuk membuat kronologis peristiwa tersebut, mengapa bisa terjadi. “Dia akan kirim via email malam ini,” ujarnya. Agar, pihak Kemenag dapat mengetahui secara lengkap mengenai apa yang terjadi.

Setelah didapat kronologis peristiwa, pihak Kemenag akan menggelar jumpa pers bersama PGI, menyikapi peristiwa tersebut. Dalam kesempatan itu, Othida mengakui bahwa Sinode GIDI terdaftar di Kementerian Agama. Tapi, dalam website PGI mereka tidak terdaftar.

Sinode GIDI terdaftar sebagai anggota PGLII (Persekutuan Gereja dan Lembaga Injil Indonesia). Dalam daftar nama anggota PGLII 2011-2015, GIDI terdaftar dengan nomor induk 45/PII/Grj/1995 dengan nama Ketua Umum Pendeta Ferdinan Ayomi dan Sekretaris Umum Animban Alibi.

 

sumber : krjogja.com