“Gigi 1” Untuk Tanjakan Mangunan – Dlingo

 

Screenshot_2016-06-29-16-32-48

Jalan Mangunan – Dlingo merupakan jalan alternatif dari Jogja menuju Wonosari.

Karena daerah ini merupakan pegunungan tak ayal jalanannya banyak tanjakan,  turunan, dan tikungan tajam, dan bukan tanjakan-turunan biasa, tapi bisa dikatagorikan ekstreme. Karena Banyak tanjakan & turunan disana dengan sudut kemiringan yang lebih dari 45°. Tanjakan menukik , turunan curam dan tikungan tajam.

Memang saat ini jalan Mangunan-Delingo telah bagus dan halus dengan telah di aspal hotmix, namun begitu tidak serta merta merubah karakter tanjakan, turunan dan tikungannya.

Dengan 3 karakter jalan tersebut maka sering lah terjadi kecelakaan disana, yang kebanyakan merupakan kecelaaan tunggal yang disebabkan oleh kegagalan kendaraan dalam menanjak. Yang disinyalir kesalahan pengendara dalam menggunakan gigi persneling, yang harusnya menggunakan gigi 1 saja.

Saya kutip dari situs Polres Bantul yakni tribratanewsbantul.com , atas inisiatif warga sekitar bersama Polsek Dingo memasang rambu khusus yakni tanda peringatan kepada para pengguna jalan agar menggunakan “Gigi 1” saat menanjak.

Bukan tanpa alasan, mengingat tanjakan-tanjakan disana dikenal sangat curam dan ditambah akses jalan yang sempit. Agar tidak terjadi hal yang diinginkan, makanya pengguna jalan diminta menggunakan gigi satu saat menanjak.

 

Hal tersebut disampaikan Kapolsek Dlingo AKP Amir Mahmud, Rabu, 29 Juni 2016, “Pemasangan rambu tanda peringatan tersebut juga terkait dengan Hari Raya Idul Fitri 1437 H dimana arus lalu lintas diprediksi bakal mengalami peningkatan yang sangat signifikan,” terangnya.

 

AKP Amir Mahmud juga menambahkan, kendati rambu tanda peringatan yang dipasang hanya apa adanya dan bersifat sementara, namun ia berharap manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat sehingga bisa meminimalisir terjadi kecelakaan lalu lintas.

 

“Sebenarnya kami sudah berkoordinasi dengan instansi tekait yang berwenang memasang rambu tanda peringatan, namun hingga saat ini belum ada tindak lanjut,” ujarnya.

 

AKP Amir Mahmud berharap, pemakai jalan atau pengendara senantiasa sadar agar menjaga keselamatan selama berkendara.

 

“Rambu dan marka sejatinya bukan sekadar aturan agar pemakai jalan raya tunduk para pemerintah atau sekadar karena takut pada aparat kepolisian. Marka dan rambu jalan sejatinya adalah tanda-tanda teknis yang menjadi peringatan penjaga keselamatan berkendara,” tutupnya.

Kapolsek Dlingo bersama salah seorang warga memasang rambu khusus " Gigi 1"

Kapolsek Dlingo bersama salah seorang warga memasang rambu khusus ” Gigi 1″

(Sihumas Polsek Dlingo)

Dua Remaja Asal Playen-GK Tenggeam Di Sungai Oya Dlingo Bantul

53bantul+ngeri+bocah

Cahyo Riski Presetyo (19 tahun) dan Diki Iksan Saputra (16 tahun) dua remaja dari dusun Ngasemrejo, Ngawu, Playen, Gunung Kidul, terhanyut dan tenggelam di sungai Oya di wilayah dusun Dodokan, Jatimulyo, Dlinggo, Bantul saat mencuci karpet Masjid, Minggu,  22 Mei 2016 Jam 11.15  WIB.

Berikut kronologi yang dijelaskan Kapolsek Dlingo, AKP Amir Machmud, awalnya kedua korban beserta dua rekan lainnya berangkat ke sungai Oya untuk mencuci karpet Masjid.

Saat mencuci karpet, tiba tiba karpet beserta korban Cahyo hanyut terbawa arus yang lumayan deras. Melihat hal tersebut kemudian korban Diki berusaha mengejar untuk menolongnya namun malah keduanya hanyut dan tenggelam.

 

Melihat kedua rekanya tenggelam, kedua rekan korban lainya segera minta tolong ke warga dan langsung dilakukan pencarian dan penyelaman oleh penduduk sekitar.

 

Satu jam kemudian kedua korban ditemukan didasar sungai Oyo dalam keadaan meninggal dunia selanjutnya dibawa ke Puskesmas Dlingo.

 

Setelah diadakan pemeriksaan pada kedua tubuh korban oleh Petugas Kepolisian dan Medis tidak ditemukan tanda tanda penganiayaan selanjutnya kedua korban diserahkan ke Keluarganya untuk dimakamkan.

 

(Siumas Polsek Dlingo)

Sumber: humas Polres Bantul

Haru Biru: Menikah Di Bangsal RSUD Dr. Sarjito Yogyakarta

nikah-di-sardjito_1_20160312_174918

Untung tak dapat diraih malang tak mampu ditolak, sebuah kiasan bagi Windu Cahyo Saputro (25), sekitar sebulan yang lalu (10Februari) yang mengalami kecelakaan lalu lintas di bilangan Gamping , Sleman. Hingga kakinya harus dia relakan untuk di amputasi.

Dibalik kejadian naas tersebut ternyata hari ini Sabtu (12/03) adalah hari yang besar bagi Windu karena direncanakan merupakan hari pernikahannya dengan kekasihnya Yuniar Dias Sutisna (25), asal Palangkaraya.

Dan ternyata dengan kejadian naas yang dialami oleh Windu tidak memadamkan niat dari kedua sejoli ini, maka keduanya tetap melangsungkan acara pernikahan mereka, namun dengan tempat dan suasana yang berbeda.

Di bantu oleh pihak rumah sakit RSUD Dr Sarjito Yogyakarta, kamar di tata sedemikian rupa hingga berkesan bak mahligai pelaminan.

Maka rasa haru biru menghiasi janji suci Ijab-Qabul antara Windu dan Yuniar, yang dipersaksikan oleh keluarga mempelai, perawat, dokter, tamu undangan mereka, dan media.

Saya ucapkan selamat dan berbahagia, Sakinah, mawadah wa rohmah.

 

Sumbet : http://www.tribunjogja.com

Lakalantas Motor Vs Kambing Di Sedayu Bantul

Duh kasian si kambing (lihat anak panah merah) yang ga segera di bawa ke UGD.

Sempat tertawa tipis membaca berita kecelakaan lalu-lintas kali ini yakni antara kambing dengan motor, atau motor dengan kambing, loh mengapa dibolak-balik??? Ya karena terkadang kebaanyakan si hewan yang menabrak kita…

Ini terjadi di hari Jum,at kemarin (20/11),  yakni antara sepeda motor Honda No. Pol AB-4353-DK dengan hewan Kambing di jalan Pedes Godean Sedayu, pada pukul 11 siang.

Kanit Lantas Polsek Sedayu Iptu Agus Samiyo menjelaskan, “awalnya, Honda No. Pol AB-4353-DK melaju dari arah utara menuju selatan, sesampainya di TKP tiba tiba ada kambing lari menyeberang jalan. Karena jarak sudah terlalu dekat akhirnya terjadi kecelakaan. Yang mengakibatkan pengendara sepeda motor Rizki (17 tahun) pelajar warga Ngebel, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul mengalami luka lecet, sedangkan si Kambing milik warga setempat mengalami patah kaki ,” jelas Kanit Lantas.

Atas kejadian tersebut pemilik kambing ngotot minta ganti rugi kepada Rizki. Sedangkan Rizki bersikukuh tidak mau ganti rugi karena dirinya merasa tidak bersalah.

Untuk mengansipasi terjadinya hal hal yang tidak diinginkan, selanjutnya Kanit Lantas mengajak keduanya untuk musyawarah meyelesaikan masalah tersebut dengan baik baik.

Setelah Kanit Lantas memberikan penjelasan tentang hak dan kewajiban antara pengembala kambing dan pemakai jalan, pada akhirnya pemilik kambing menyadari kelalainya serta iklas tidak jadi minta ganti rugi.

Musyawarah berakhir dengan damai situasi dalam keadaan aman tertib.

Buat pengalaman bagi kita semua agar waspada akan hewan yang ada di pinggir jalan., karena kebanyakan kita malah yang ditabrak hewan tersebut.

(sumber : humas Polres Bantul – Sihumas Polsek Sedayu)