Ilustrasi MOS – http://www.kampusmedan.com
Dengan banyaknya kasus penyalahgunaan Masa Orientasi Sekolah(MOS) yakni sebuah program pengenalan siswa baru pada sekolah baru untuk SMP maupun SMA, dimana banyak kegiatan yang memberatkan dan aneh-aneh dan juga berupa latihan baris berbaris untuk penjaringan Pleton inti (tonti). Yang biasanya melibatkan siswa kelas 2 maupun 3 atau kakak kelas dan Osis. Hal inilah yang disinyalir sering memicu rasa dendam turun-temurun, berupa pendisiplinan pelaku MOS(siswa baru) secara berlebihan (bahkan dengan kekerasan), mereka yang berdalih, mereka dulu waktu masuk sekolah baru(MOS) mengalami hal begitu’, maka merekapun meneruskan tradisi di siplin dengan berlebihan (bahkan dengan kekerasan) dengan adik kelas baru mereka.
Nah mulai saat ini untuk tahun ajaran baru Tahun ini (TA 2016-2017), dinas terkait yaitu Dinas Pendidikan Menengah dan Non-Formal akan memutus mata rantai tersebut. Maka MOS diganti dengan Pengenalan Lingkungan Sekolah (PLS), formatnya berbeda 180° dari sebelumnya. Pada PLS tahun ini sekolah penyelenggara tidak melibatkan OSIS atau kakak kelas dan latihan baris berbaris untuk penjaringan Pleton inti (tonti) pada saat PLS juga ditiadakan.
Kepala Dinas Dikmenof Drs. Masharun MM menjelaskan penghapusan MOS berangkat dari evaluasi tahun tahun sebelumnya masih dijumpai kegiatan memberatkan dan aneh-aneh. Untuk Tahun ini PLS pada hari pertama siswa baru wajib diantar orang tuanya.
Secara prinsip siswa baru tidak boleh di forsir tenaganya seperti berangkat pagi hari dan pulang petang. Pemilihan baris berbaris juga tidak boleh diadakan selama PLS berlangsung, untuk menghindari dropnya kondisi fisik anak-anak. Pemilihan tonti boleh dilakukan setelah acara selesai dan diatur sedemikian rupa disela pelajaran.
Jika sekolah melanggar, maka Dinas akan memberikan sanksi berupa peringatan lisan, tertulis hingga peringatan keras. Masyarakat juga dihimbau untuk memantau jalannya PLS supaya berjalan lancar.
Sumber : dikmen Bantul
Kusnantokarasan.com 