Ini ‘Asal-Muasal’ Salah Satu Dusun Di Sleman Yang Seluruh Warganya ‘Enggan’ Tidur Beralaskan Kasur

Warga Sekampung di Sleman Takut Tidur Beralaskan Kasur

Wartilah warga dukuh Kasuran, Seyegan, Sleman memperlihatkan tempat tidurnya yang hanya berupa dipan tanpa kasur. (Tribun Jogja | Khaerur Reza)

Di dusun ini sebuah dusun dibawah wilayah kecamatan Seyegan, masuk kabupaten Sleman Yogyakarta, baik kaya raya maupun miskin seakan merata dalam hal alas tidur, seluruh warga se-dusun ini,  mereka sama-sama tidak menggunakan alas tidur yang empuk yang kita sebut dengan ‘kasur’. Hanya dipan dan tanpa kasur.

Kenapa begitu ya? padahal tidur yang paling nyaman adalah tidur dengan beralaskan yang empuk-empuk. Dari pada penasaran mari kita telusuri bersama sebab-musabab maupun asal-muasal kenapa dusun yang dinamakan ‘Kasuran ini seluruh warganya enggan tidur dengan beralaskan kasur.

TERNYATA sebagian besar masyarakatnya enggan menggunakan kasur sebagai alas tidurnya. Bahkan ada keyakinan di antara para warga kalau menggunakan kasur akan mendatangkan hal yang buruk.

Keengganan mayoritas masyarakat tak mau menggunakan kasur sebagai alas tidur dan lebih nemilih dipan ataupun lantai ternyata sudah berlangsung sejak sekitar 600 tahun silam.

Kepala Dukuh Kasuran Wartilah (53) yang juga hanya menggunakan dipan tanpa kasur sebagai alas tidurnya menuturkan, awal mula ada aturan tak tertulis dilakukan warganya.

“Dulu di sini bernama dusun Jaron, waktu itu sekitar 600 tahun silam Kanjeng Sunan Kalijaga dalam perjalanannya istirahat di sini tepatnya di rumah seorang warga bernama bapak Djali,” ujarnya mengawali cerita.

Satu dari sembilan Wali Songo tersebut kemudian minta disediakan kasur dan guling dari kapuk kepada tuan rumah. Waktu itu di Jaron juga ada penganut agama lain yang bernama Sonco Ndalu yang tidak suka dengan keberadaan Sunan Kalijaga.

Apalagi Sunan juga mendirikan padepokan untuk belajar agama yang ramai didatangi masyarakat.

“Dia (Sonco Ndalu) adalah seseorang yang sakti dan disegani masyarakat, Sonco Ndalu lalu mengirim santet melalui kasur yang dipakai Kanjeng Sunan,” ujarnya.

Ketika Sunan Kalijogo bangun dari tidur badannya terasa sakit dan gemetar. Dia sebeanrnya tahu siapa yang melakukan tindakan itu, namun dengan welas asihnya ia hanya membiarkan dan tidak membalas.

Melihat hal tersebut justru Sonco Ndalu yang akhirnya kagum dan masuk islam.

Beberapa waktu kemudian Sunan Kalijogo pergi untuk melanjutkan dakwahnya namun sebelum pergi dia berpesan pada Djali untuk siapapun tidak boleh meniduri kasur itu. Namun pesan itu diubah oleh Djali dengan mengatakan

“Jangan berani menggunakan kasur ini sebelum ilmunya sama seperti aku (sunan)”.

Baca :  Nama Desa Kasuran Bukan karena Warganya Tak Mau Pakai Kasur

“Sehingga sampai sekarang turun temurun warga di sini tidak mau menggunakan kasur terutama kasur berbahan kapuk. Jadi ini cerita yang sudah dibetulkan karena sebelumnya banyak cerita yang beredar dengan berbagai versi,” ujarnya.

Alhasil sampai sekarang mayoritas warga Kasuran yang berjumlah 179 KK tersebut baik yang kaya maupun ekonominya biasa saja, baik warga asli maupun pendatang tidak menggunakan kasur sebagai alas tidur.

sumber : http://www.tribunjogja.com(Khaerur Reza)