Kerja Sampingan : Menjadi Pramusaji Di Sebuah Pesta Pernikahan

Dibalik gemerlapnya  pesta pernikahan, kegembiraan pasangan pengantin, bersuanya keluarga kedua-belah pihak mempelai/besan, berpadunya sanak-saudara, kerabat, sahabat & handai-taulan, hiburan musik, riang-canda-tawa semua berpesta, melimpahnya aneka sajian makanan, dan minuman,

ternyata ada orang-orang, ada sosok-sosok yang ada namun boleh dianggap tidak ada. Meskipun bersifat hanya membantu, akan tetapi kehadirannya yang melayani dengan sepenuh hati itu sangat berperan penting.

Merekalah para ‘Serve the Servant‘ atau para pelayan atau lebih tepatnya disebut dengan para pramusaji, pramuladi(Jawa). Saya menyebutnya ‘serve the servant’ yang entah apa arti sebenarnya, yang mana saya terinspirasi dari salah satu judul lagu Nirvana, tapi saya artikan pelayan/ pramusaji.

Sebenarnya Mereka membantu pekerjaan dari pada penyedia jasa pembuatan makan/ Catering. Mereka bekerja dikala dipanggil oleh pihak catering yag mana mendapat permintaan untuk jamuan pesta pernikahan. Yang mana kebanyakan pastilah mengambil dari hari-hari libur, yakni akhir pekan (Sabtu & Minggu), karena kebanyakan dari pesta pernikahan dihelat pada waktu-waktu itu. Mereka menjadikan pekerjaan ini sebagai side-job atau pekerjaan sampingan disamping dari pekerjaan utama-mereka.  Mereka terdiri dari pria maupun wanita, tapi kebanyakan atqu lebih banyak pria-nya, ada yang tua ada yang muda. Yang wanita meracik makanan dan nanti menjaga gubug.

Mereka rela meninggalkan keluarga di saat waktu libur mereka, yang semestinya digunakan untuk berlibur, atau setidaknya untuk bercengkerama dengan keluarga, tapi mereka gunakan untuk mencari tambahan penghasilan.

Di wilayah seputaran Bantul dan Yogyakarta, saat ini mereka diberi upah sebesar antara 50-70 ribu rupiah, dengan durasi waktu bekerja selama sekitar 7-8 jam. Pemberian upah tergantung mandor pencari jasa pramusaji. Sedang mandor bekerja tetap pada catering. Kalo sang mandor baik hati, maak beruntunglah para pramusaji.

Lalu apa saja yang mereka lakukan akan pekerjaannya sebagai pramusaji?

Mereka bekerja membantu mempersiapkan hidangan makanan dari awal hingga akhir sebuah pesta, yang-mana telah di sanggupi oleh sebuah catering, diawal waktu sekitar 3 jam sebelum  acara pesta dimulai, mereka telah memulai pekerjaannnya dengan menyeka/ mengelap semua perabot alat makan untuk tamu, diantaranya ada; piring, mangkuk, sendok, dan gelas, yang jumlahnya menyesuaikan dengan jumlah tamu, sekitar 500-2000 an buah dari masing-masingnya di satu even pesta pernikahan.

Mereka mengerjakan itu selama sekitar 2 jam, disamping juga mereka membantu menurunkan olahan makanan dari mobil box untuk ditaruh ke belakang gedung/rumah yakni suatu pojok tempat yang nantinya akan digunakan oleh pihak catering untuk penataan dan penempatan di area makan.

Tapi tunggu sebentar, meskipun mereka bekerja dibawah catering tapi para pramusaji merupakan pekerja lepas dari catering.

Setelah mereka menyeka ratusan hingga ribuan perabotan tadi, mereka beristirahat sebentar untuk makan nasi bungkus, sembari menunggu tamu datang.

Selang beberapa saat kemudian tamu-tamu mula berdatangan, …. pesta pernikahan baik dirumah maupun digedung, yang berkonsep standing-party, atau tamu datang bertemu pengantin salam-salaman, lalu menikmati aneka-rupa hidangan makanan dan minuman, lalu pulang.

Begitu juga para ‘serve the servant’, mereka memulai pekerjaan di sesi keduanya, para pelayan ini telah stand-by di beberapa sudut berdiri dengan gagahnya, memakai seragam yang disediakan oleh pihak catering. [Konon jumlah para pramusaji ini mengikuti atau menyesuaikan jumlah tamu dengan prosentasi perbandingan, dengan perbandingan dimana 1 pramusaji melayani untuk 50 tamu.]

****

Para tamu pesta mulai menikmati aneka hidangan, terserah mereka mau ambil apa duluan, makan berat / makan nasi dan lauk-pauknya di buffet boleh, maupun ambil aneka panganan, bakso, sate ayam, soto, atau aneka minuman, teh , soft drink, dawet, rujak, es degan, es krim, juga boleh, terserah mereka.

Yang pasti para pramusaji siaga untuk mengambil piring, mangkuk gelas bekas makan, bekas minum para tetamu. Mereka sigap melihat dibawah kursi para tamu , jika saja ada piring & gelas yang sudah terpakai makan dan minum, atau yang disodorkan tamu, ada juga tamu yang menaruk sendiri di kotak tempat perabot bekas makan\ minum.

Perabot bekas dipakai untuk makan atau minum tadi diambil untuk dikumpulkan disebuah wadah/ kotak, yang di bedakan penempatannya antara, piring, gelas dan sendok. Ini untuk memudahkan petugas cuci dari pihak catering.

Nah setelah wadah/kotak bekas piring, gelas sendok tadi telah penuh terisi, lalu mereka (dua pramusaji) membawanya ke belakang untuk dicuci.

Begitu lah terus secara kontinyu para pramusaji bekerja hingga pesta pernikahan selesai, hingga para tamu habis sesuai waktu yang ditentukan oleh yang punya hajat.

Disamping juga ada beberapa pramusaji yang kebanyakan pramusaji wanita yang ditugaskan untuk menjaga buffe-buffe, stand-by di stand-stand semisal kedai/gubug sate, bakso, eskrim, dawet, dan semuanya.

Para penjaga stand bertanggung-jawab akan ketersediaan makanan/ minuman, serta perabot yang di hadapnya. Jika berkurang maka harus segera di tambah.

Begitulah mereka bekerja hingga waktu yang telah ditentukan. Meskipun masih ada segelintir tamu yang datang, mereka mulai membereskan, mengumpulkan dan menutup kedai ,sembari terkadang masih melayani segelintir tamu tadi.

Dan sembari beberes, mengumpulkan, dan membantu membongkar kedai-kedai, meja-meja makan dan memasukkan perabot ke dalam mobil box catering.

Dan setelah selesai memasukkan aneka perabot ke dalam mobil box, saatnya yang dinanti oleh para pramusaji, yakni saatnya gajian , saatnya menerima upah akan kerja keras mereka seharian  hingga berpeluh-ria.

Begitulah seputaran apa yang dilakukan oleh para ‘serve the servant’, para pelayan , para pramusaji dalam sebuah pesta pernikahan berkonsep standing party

 

Miris Pembuangan Orok Bayi Di Jodog Pandak

Lokasi pembuangan orok bayi di jl. Jodog-Sedayu.

Lokasi pembuangan orok bayi di jl. Jodog-Sedayu.

Saat ini Bantul Selatan sedang gempar dengan kabar ada pembuangan orok bayi, dan yang membuat miris adalah disinyalir si pelaku masih berusia belia, menurut saksi, seumuran anak SMP. Kasus ini telah ditanggani (segera saat kejadian) oleh pihak kepolisian Bantul, dan bayi juga sudah dimakamkan dengan semestinya.

Lalu bagaimana kronologinya?

Berikut saya kutipkan postingan dari  Achmeda Stevan Vergara yang di postkan pada grup ICJ di facebook :

Kasus pembuangan orok bayi dengan cara ditimbun genteng disebuah bangunan kosong di bulak Jodog Gilangharjo Pandak Bantul benar-benar membuat orang bergidik. Bahkan dua pelaku yang tega berbuat keji itu ditengarai masih seusia anak SMP. Hingga kini polisi terus mengusut kasus pembuangan bayi berkelamin laki-laki tersebut.

Pelaku mengendarai sepeda motor Yamaha Vixion AB….XT
Kronologi :
Berniat nongkrong habiskan waktu sore, tiga remaja tanggung asal Dusun Jodog, Desa Gilangharjo justru pergoki dua orang remaja misterius tengah memendam bayi di sebuah bangunan kosong yang ada di tepi sawah, tepatnya di kawasan Jl. Sedayu-Palbapang, Dusun Jodog, Gilangharjo.

Ketiga remaja tanggung itu masing-masing adalah Aura Faladela, 19, Yoga Novianto, 19, dan Bangun Surya, 18.
Saat ditemui di kediaman salah satu dari mereka, Jumat (23/9/2016) pagi, ketiga remaja itu menjelaskan, Kamis (22/9/2016), sekitar pukul 17.00 WIB, mereka sempat mencurigai adanya satu unit motor Yamaha Vixion merah terparkir di tepi jalan. Tak jauh dari motor itu, ada seorang remaja yang tengah berjaga.
Khawatir bangunan kosong itu disalahgunakan untuk aktivitas pesta minuman keras, Yoga Novianto pun mendatangi kedua remaja itu.

“Salah seorang dari mereka saya tanyai. Katanya cuma alasan mau makan dan buang air kecil saja,” kata Yoga.
Mendapatkan jawaban seperti itu, Yoga pun kembali ke dua kawannya. Tak lama, dua remaja mencurigakan itu pun bergegas meninggalkan lokasi bangunan yang sudah setahun lebih kosong setelah tak lagi digunakan sebagai rumah produksi nata de coco.
“Karena masih curiga, kami pun segera mendatangi bangunan itu,” timpal Aura Faladela.
Ternyata benar, ketika memeriksa seisi bangunan itu, perhatian mereka bertiga tertuju pada tumpukan bekas gergaji kayu di salah sudut bangunan itu. Di tumpukan gergaji itu ternyata ada sebuah bungkusan tas plastik hitam yang dipendam tak lebih sekitar 30 sentimeter saja.
“Saya curiga, akhirnya saya tarik keluar saja tas plastik itu. Awalnya saya curiga bungkusan itu berisi botol minuman keras. Ternyata begitu saya buka isinya adalah bayi yang masih berdarah segar. Dua kawan saya lalu mengejar dua remaja tadi, tapi sudah tak terkejar,” tandas Bangun.
Dijelaskan Bangun, ketika bungkusan itu dibukanya, bayi yang dalam kondisi tengkurap itu tampak tengah menindih 1 strip bungkus obat bermerk Gastrul Metrosol, satu sachet susu cokelat, serta beberapa lembar tissu berlumuran darah.
“Ini, Mas tissunya masih ada,” kata Bangun sambil menunjuk ke arah semak di sisi timur bangunan.
Terkait hal itu, Kasatreskrim Polres Bantul AKP Anggaito Hadi Prabowo mengatakan pihaknya kini tengah menyelidiki kasus tersebut. Selain itu, pihaknya pun telah mengejar pelaku.
“Kami terus lakukan pengembangan kasus ini,” katanya.

Begitulah kronologi dari berita yang menggemparkan ini. Semoga bisa menjadi pembelajaran buat kita semua.

Sumber ; disini