Pulsar 200NS si “Golden Boy” Kawasaki Sudah Ada di Bantul Yogyakarta

Mas-mbak sekalian, kuda besi varian naked di tanah air semakin ramai saja. Terlebih pabrikan dari luar Jepang berani bersaing. Entah siapa yang menggaet atau yang digaet disini, yang jelas pulsar yang milik merek bajaj pabrikan India, kini pulsar 200NS bertengger sejajar di altar dealer-dealer Kawasaki seantero nusantara. Desain pulsar 200NS yang hampir mirip dengan Kawasaki Z250.

Pulsar 200ns warna Merah

Pulsar 200ns warna Merah.

 

kawasaki Z250

kawasaki Z250

Bermesin lumayan besar yaitu 200cc, 4-tak kini dengan tampilan inovatif. Tersedia dalam  varian warna yaitu; Kuning, Putih, Merah, dan Hitam.
Di daerah Bantul Yogyakarta, di dealer PT. Sumber Buana Motor yang ada di Jl. Bantul Km.8,5 Pendowoharjo Sewon Bantul, pulsar 200NS di banderol dengan harga RP 25.000.000,00 (25 juta rupiah).

Berikut fitur dan tampang Bajaj Pulsar 200NS;


Mesin

Dengan kapasitas 200cc-nya, DTS-i membakar 3 busi dalam cara optimal untuk mewujudkan efisiensi pembakaran terbaik. ECU (Electric Control) selalu menentukan waktu pengapian terbaik berdasarkan derajat bukaan throttle, rpm mesin dan temperatur mesin. Sehingga menghantarkan tenaga yang stabil dan mudah di kontrol, juga irit penggunaan bahan bakar.

Rangka Kuat
Rangka perimeter kekar berongga menjamin handling terbaik. Di tambah garpu depan teleskopik berdiameter 37mm yang berkontribusi pada kemudahan berkendara. Di belakang, peredam kejut tunggal nitrogen memeberikan kenyamanan berkendara pada segala medan. Rem petal depan dan belakang menghantarkan tenaga berhenti yang stabil dan pakem.

Desain
Kotak saklar di kanan dan kiri disinari LED, memudahkan pengendara saat malam hari. Desain bodi belakang bergaya tajam. Pulsar 200NS memiliki bodi ramping. Penutup mesin besar dan lampu depan menggunakan halogen memberikan kesan agresif dan liar. tampilan speedometer bergaya futuristik namun mudah dibaca. lampu belakang dan rem menggunakan LED. Konsumsi daya sangat rendah namun memberikan penerangan yang baik.

Spesifikasi Kawasaki Bajaj Pulsar 200NS
Tipe mesin : Pendingin cair, 4-tak tunggal
Kapasitas mesin : 200cc
Diameter dan langkah : 72*49 mm
Perbandingan kompresi : 11,0: 1
Sistem katup : SOHC 4 katup
Sistem bahan bakar : Karburator : UCAL UCD33Pengapian : CDI
Starter : Electric
Transmisi : 6 kecepatan
Daya maksimum : 17 kW/9.500 rpm
Torsi maksimum : 18,3 Nm/ 8.000 rpm
Tipe rangka : Rangka baja perimeter press
Jarak putar : 26 derajat
Trail : 85mm
Suspensi depan : 37mm teleskopic fork
Suspensi belakang : Mono shock
Ban depan : 100/80-17 M/C 52P (Tubeless)
Ban belakang : 130/70-17 M/C 62P (Tubeless)
Rem depan : Single 280 mm petal disc
Rem belakang : Single 230 mm petal disc.

Bajaj Pulsar 200NS

Bajaj Pulsar 200NS

Demikianlah sekelumit tentang Kawasaki Bajaj Pulsar 200NS di Bantul, Yogyakarta.
Semoga bermanfaat.

Kawasaki Ninja 250 RR Mono Telah Hadir di Bantul Yogyakarta

Mas-mbak sekalian, kini telah hadir di dealer Kawasaki Bantul, si adik dari Ninja 250, dialah Kawasaki Ninja 250 RR Mono. Walaupun di jalanan di Bantul, saya belum pernah sekalipun menjumpainya. Namun telah ada (ready stock) di dealer Kawasaki PT.Sumber Buana Motor, yang ber-alamat-kan di Jl. Bantul Km.8,5 Pendowoharjo Sewon Bantul. Di sana Kawasaki Ninja RR Mono di banderol dengan harga 43juta, tepatnya Rp 43.400.000,00 untuk non ABS dan untuk ABS di hargai Rp 49.400.000,00 (untuk bulan juni 2014). Saat di dealer yang tersedia warna merah(ABS) dan warna hijau. Untuk warna Putih, dan warna Kuning, harus dipesan/inden dulu. Si Mono memang terlihat ramping di bandingkan dengan Ninja 250 FI ataupun Ninja RR. Saat saya mencoba menaiki si Mono, kaki harus jinjit balet,hihihi…maklumlah tinggi saya pas 160cm mas-mbak. Yang
z250 malah lebih pendek dari si Mono, kalau si 250 FI, adeww beratnya minta ampun.
Berikut tampang asli si Ninja RR Mono hasil jepretan saya;

Raut muka tampan si Ninja 250 RR Mono warna Hijau.

Raut muka tampan si Ninja 250 RR Mono warna Hijau.


Tampak samping depan Ninja 250 RR Mono.

Tampak samping depan Ninja 250 RR Mono.

Belakang Kiri Ninja 250 RR Mono.

Belakang Kiri Ninja 250 RR Mono.

Buritan Ninja 250 RR Mono.

Buritan Ninja 250 RR Mono.


Jok/seat Ninja 250 RR Mono.

Jok/seat Ninja 250 RR Mono.

Berikut FEATURE & FACELIFT NINJA RR Mono:

MESIN
4 tak-250cc-4 valve-DOHC Fuel Injection
Dibekali mesin 250cc FI, 6 kecepatan, mampu menyemburkan tenaga 28hp/9.700rpm, dan torsi 22,6 Nm/8.200rpm

SISTEM PENGEREMAN ABS
Dengan bekal rem cakram di roda depan (290mm, dual piston kaliper)
dan roda belakang (220mm, dual piston caliper) memberikan suplai
pengereman yang paten. Sementara pengendalian dan kenyamanan tetap terjaga dengan dicangkokkannya garpu teleskopik 37mm (depan)
dan bottom link unitrack dengan 5way adjustable preload(belakang).

RINGAN
Meski menggunakan full fairing, Ninja RR Mono diklaim memiliki bobot yang ringan hasil dari pencapaian pengurangan berat sehingga serupa dengan pembuatan motor balapan, serta mendapat suntikan dari DNA Ninja juara Superbike.

PERFORMA BALAP
Motor ini didesain khusus untuk pengendara berorientasi sport. Bobot yang ringan berkontribusi pada akslerasi cepat dan pengendalian yang gesit untuk performa menikung yang baik.

Agar lebih sporty, Ninja RR Mono juga telah dilengkapi dengan setang Clip-On bergaya balap. Alhasil ideal untuk street riding yang sporty tanpa membuatnya terlalu agresif.

Selain itu, desain tangki bahan bakar kini menjadi langsing berlekuk, serta jok bertingkat. Pada bagian lampu depan terlihat agresif dengan desain lampu depan bohlam tunggal dan multi reflecktor yang terang sehingga memperjelas pandangan pada malam hari.

RANGKA TRELLIS
Rangka ini original terbuat dari pipa utama high tensile-steel untuk menjamin keseimbangan optimal. Berkontribusi pada bobot ringan, pengendalian gesit, dan juga paket ringkas secara keseluruhan.

VELG RINGAN
Setiap komponen Ninja RR Mono dibuat untuk meminimalkan bobot dan membantu mencapai berat seringan 151 kg. Ban yang ramping berkontribusi untuk pengendalian yang ringan dan sporty.

PENGATURAN PANAS
Radiator ringkas menyajikan pendinginan efisien untuk mesin performa tinggi. Ketika terjebak macet, tehnologi inovatif cover radiator mengalirkan udara panas ke bawah dan menjauh dari pengendara.

Dan berikut,
Spesifikasi Kawasaki Ninja 250 RR Mono
Tipe Mesin : Pendingin cair, 4-tak 1Cyl DOHC
Kapasitas Mesin : 249 cm3
Diameter dan langkah : 72,0 * 61,2mm
Perbandingan kompresi : 11,3:1
Sistem katup : DOHC, 4 katup
Sistem bahan bakar : Fuel injection 038 mm * 1
Electric : Starting
Lubrication : Force Lubrication, wet sump
Tenaga Maksimal : 20.6kW / 9,700 rpm
Torsi Maksimal : 22,6 N.m{ kgf.m}/8,200 rpm
Kecepatan maksimal : 153 km/h
Transmisi : 6-speed, return
Suspensi Depan : Telescopic Fork
Suspensi Belakang : Bottom-Link Uni-trak swing arm
Dimensi : 1.935 mm * 685 mm * 1,075 mm
Kapasitas Bahan Bakar : 11 liter
Berat : 151 kg

Demikianlah sedikit informasi tentang Kawasaki Ninja 250 RR Mono di dealer Bantul Yogyakarta.
Semoga bermanfaat.

Biaya Perawatan Bayi pada Ruang Khusus Di RSUD Panembahan Senopati Bantul

Bila bayi terlahir kurang / tidak normal, semisal berat badan bayi di bawah normal, ataupun sebab-sebab lainnya, maka pihak Rumah Sakit (dalam hal ini RSUD Panembahan Senopati Bantul) akan memberikan  perawatan khusus pada bayi tersebut. Adik bayi akan di tempatkan di ruang khusus atau bangsal tersendiri, selalu di jaga ke-steril-an tempatnya, hanya perawat, dokter, dan ibu si bayi saja yang boleh masuk ruang tersebut. Privasi-pun amat di jaga di ruang ini, dengan tidak boleh mengambil gambar atau mem-foto. Dan bangsal khusus bayi di RSUD Panembahan Senopati Bantul ini dinamakan Ruang Teratai (peristri). Jika kita berkunjung di ruang Teratai, hati pastilah akan senang terharu, lucu-lucunya bayi-bayi . Melihat banyak bayi-bayi mungil di balik kaca. Bayi-bayi yang baru dilahirkan ditempatkan pada box-box di dalam ruangan. Namun kita hanya dizinkan melihat bayi-bayi tadi dibalik kaca jendela dan pada jam jam bezuk Rumah Sakit. Di pagi hari pada pukul 10.00-12.00WIB dan sore hari pada pukul 17.00-18.00WIB.

Berikut saya sampaikan biaya perawatan Bayi setelah lahir di ruang khusus ( ruang Teratai) di RSUD Panembahan Senopati Bantul, Untuk kelas 3A, dirawat selama 8hari (Tgl.08/05/2014-16/05/2014);                                                        Total biaya sebesar Rp. 2.285.384,00 (Dua juta. dua ratus delapan puluh lima ribu. tiga ratus delapan puluh empat rupiah), dan rinciannya sebagai berikut;

-Pendaftaran pasien baru        1 : Rp. 5.000
-Injeksi 1 jenis obat/hari       1 : Rp.  9.000
-Pengambilan darah vena         7 : Rp. 56.000
-Fototerapi per 12 jam           3 : Rp. 300.000
-Resusitasi bayi pd partus dg penyulit SE 1 : Rp. 157.000
-Akomodasi perinatal                      9 : Rp. 675.000
-Asuhan keperawatan berat                26 : Rp. 429.000
-Visite S.Larasati.Dr.Sp.A                2 : Rp.  70.000
-Visite anik Dwiyani.Dr.Sp.A              7 : Rp. 245.000
-Alat kesehatan                           2 : Rp.  26.113
-Obat                                     2 : Rp.   8.771
-Pelayanan Laboratorium                  12 : Rp. 304.000

Demikianlah  yang dapat saya sampaikan.
Semoga bermanfaat.

Kembali

Pesan Anda telah terkirim

Peringatan
Peringatan
Peringatan
Peringatan
Peringatan

Peringatan!

Proses Persalinan di RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

Manusia boleh merencanakan, akan tetapi Tuhan-lah yang menentukan. Bunda mana yang tidak menginginkan hamil dan melahirkan dengan proses yang normal. Dari sisi manapun pastilah menguntungkan dan menyenangkan dengan metode melahirkan/persalinan yang normal, enggih to mas-mbak?
Dari biaya pastilah murah, dari segi waktu pastilah relatif singkat, dari sisi kesehatan (penyembuhan, pemulihan ibu nifas, dan tumbuh kembang adik bayi) pastilah lebih cepat.

Rencananya sih kami akan melahirkan di Bidan saja, namun berhubung volume kandungan di bawah normal, atau berat-badan bayi dalam kandungan di bawah normal, maka menuntut Bu Bidan untuk merujuk kami ke Rumah Sakit. Mau tak mau, ya menurut Bu Bidan saja.

Dan inilah cerita saya sewaktu proses Persalinan/melahirkan isrti untuk anak kami yang ke dua  di RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL.

Hari senin, 5 Mei 2014 saya mengantar Istri periksa rutin kehamilan 2minggu sekali di Bidan Handayati. Saat itu usia kehamilan tepat 39minggu/9bulan lebih beberapa hari. Sebenarnya 2hari sebelumnya, istri sudah mulai merasakan perut mulas dan kencang-kencang. Namun di karenakan kami nilai belum waktunya, hanya di rasa sambil lalu saja. Setelah di periksa oleh mbak asisten bidan(asbid), dan diberi obat kami-pun pulang, dan di sarankan kembali dalam waktu 3 hari bila masih terasa sakit. Namun setelah pulang, beberapa waktu di rumah, rasa sakit mulas dan kencang-kencang tak kunjung hilang, malah terasa lebih sering dan lama. Tidak sampai 3hari sesuai yang dianjurkan oleh mbak asisten bidan(yang harusnya hari Kamis), kami kembali lagi memeriksa ke Bidan Handayati pada hari Rabu, 7 Mei 2014. Jam 8pagi kurang beberapa menit, kami tiba. Kebetulan Bu Bidan Handayati masih dirumah, baru akan berangkat dinas ke RSUD. Lalu beliau memeriksa istri yang semakin merintih menahan rasa mulas dan kencang-kencang. Dan setelah diperiksa jalan bayi, ternyata sudah buka 1(satu). ” Ini sudah waktunya persalinan” kata beliau. Dengan usia kehamilan 39+2(39minggu, 2hari), dan dirasa usia telah matang. Kami disarankan untuk mempersiapkan perlengkapan persalinan. Namun karena seperti yang saya bilang di atas bahwa kondisi kehamilan istri dari sisi berat-badan kurang atau di bawah normal. Setelah beberapa kali dilakukan pemeriksaan yang intensif dengan Ultrasonography(USG) kondisi hamil berat badan istri tidak/kurang ideal, atau dibawah normal. Jika diprediksi dan di hitung-hitung oleh mbak asbid, berat badan janin dalam kandungan kurang dari 2kg. Demi kebaikan semua, maka kami dirujuk untuk melakukan proses persalinan/kelahiran di Rumah Sakit saja. Hati kami bebarengan terasa ‘down’ saat itu. Kata Rumah Sakit seakan menjadi ‘momok’ bagi kami, terlebih bagi istri saya. Seakan terbesit banyak hal beban berat yang akan kami tanggung, tentang persalinan cesar, biaya yang tinggi, ketidak tauan apa-apa tentang Rumah Sakit,dan lain-lainnya. Namun saya pasrah, dan menurut apa kata bu Bidan, saya coba menenangkan hati istri dan dengan berat hati Kamipun menyanggupinya, walau istri dari awal ingin sekali melahirkan di bidan saja, tapi apa boleh buat, bu bidan juga tidak mau ambil resiko. Akhirnya kami dirujuk ke RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL, sebagai satu-satunya Rumah Sakit Negeri yang berada di bawah naung wilayah Kabupaten Bantul.

Entah apa ya di balik Rumah Sakit, banyak rumor miring yang mengatakan kalau pelayanan di RSUD kurang begini dan begitu. Tapi saya tidak peduli dengan itu semua. Yang penting kita baik sangka saja. Belum tentu rumor/gosip miring itu benar adanya. Alhamdulillah di tempat periksa Bidan Handayati, segala prosedur persiapan rujukan yang bersifat administratif telah dipersiapkan dengan baik. Juga perlengkapan medis telah ada. Dan mereka(pihak Bidan Handayati)-pun tidak memaksa. Mereka menawarkan mau menggunakannya silahkan, mau beli sendiri juga monggo. Dan saya mending pasrah dan memilih untuk dipersiapkan oleh pihak Bidan Handayati, jadi perlengkapan medis persalinan yang meliputi:

-Perlak khusus untuk persalinan
-Pembalut ibu nifas, dan
-Kendil,

Telah dipersiapkan, dan kita tinggal mengganti uang saja, yang relatif murah.

Sembari menunggu bu Bidan Handa-yati memberi kabar kepada kami, saya di minta mengambil perlengkapan perawatan persalinan pribadi yang meliputi:

-Beberapa pakaian bayi
-Selimut bayi
-kain lebar(kain jarik-orang jawa)
-perlengkapan mandi bayi & ibu.

Perlengkapan tadi biasanya memang telah dipersiapkan sebelumnya karena termasuk salah satu anjuran prosedur persiapan persalinan. Jadi saya tinggal mengambilnya saja, sementara istri tetap tinggal di ruang istirahat Bidan. Diiringi dengan perasaan yang campur baur, antara senang/bahagia akan lahirnya sang buah hati yang kedua, kecemasan akan kondisi istri, biaya yang harus kami tanggung, dan keribetan-keribetan lainnya, semua jadi satu di pikiran saya. Hanya selang beberapa menit(karena jarah antara rumah kami dan bidan Handayati hanya sekitar 2-3km saja), saya telah tiba kembali di Bidan, dengan membawa tas yang berisikan perlengkapan persalinan tadi dan beberapa lembar uang. Hari itu waktu terasa berputar lambat sekali, bak jalannya siput. Apalagi sesekali tempo rintihan kecil sang istri menahan mulas dan kencang-kencang perutnya, seakan menghentikan waktu.

Menit-menit berlalu, waktu telah berganti jam. Bu bidan Handa-yati belum memberi kabar kepada kami. Kami mencoba bersabar menunggu, dengan diiringi keresahan kami. Kebetulan yang periksa di Bidan, pagi itu sepi, jadi mbak asisten bidan terfokus pada kami. Keadaan istri secara kontinyu dicek, tekanan darah istri dan denyut jantung janin terpantau dengan baik. Mbak asbid pun selalu mengingatkan kami untuk tetap tenang.

Selang beberapa waktu kakak dan tante saya datang, setelah beberapa waktu sebelumnya telah saya kabari. Dengan kedatangan mereka, membuat kami merasa agak lebih tenang. Hari mulai siang, bu Bidan Handa-yati yang juga bertugas dinas di RSUD sana, belum menyuruh kami datang kesana, “belum ada kamar untuk kami,” kata beliau. Hingga sore menjelang, masih belum ada kabar dari Bu Bidan Handa-yati. Untuk sementara waktu, kakak dan tante pulang dulu, untuk mengurus rumah mereka masing-masing. Kami tetap bersabar, dengan iringan istri menahan rasa sakit. Sementara suasana tempat periksa Bidan Handayati mulai ramai. Ibu-ibu hamil dan balita datang silih berganti untuk periksa. Mbak asisten bidan pun telah berganti, bu Bidan Handayati telah pulang dinas dari RSUD, dan kembali memeriksa keadaan istri, memeriksa jalan bayi, hasil masih sama, masih buka 1. Namun rasa nyeri mulas, dan kencang-kencang yang dirasa istri kian menjadi dan intensnya kian sering, tiap setengah jam rasa sakit itu datang dalam durasi lama/3menit-an, tapi cairan di jalan bayi tidaklah banyak, hanya sedikit.

Saya pernah dengar bahwa kriteria Persalinan ada dua macam;
-persalinan tipe basah dan
-persalinan tipe kering(orang jawa menyebutnya -wot kidang).

Nah, tipe persalinan istri saya yang kedua kali ini adalah kriteria tipe persalinan kering, dulu waktu melahirkan anak yang pertama juga begini, menurut banyak info yang saya peroleh, tipe ini memang begitu terasa menyiksa. Memang semua persalinan terasakan begitu amat menyakitkan, bahkan ada yang mengatakan proses persalinan/kelahiran adalah proses mati-matian, proses perjuangan titik penghabisan. Walaupun ada juga sebagian kecil, ibu melahirkan tidak terasa sakit sama sekali, terasa selayak ingin BAB saja. Ah Andai istri saya begitu ya.

Petang berlalu, kakak dan anaknya, juga anak saya datang menemani. Beberapa saat kemudian, sekitar pukul 7malam, bu Bidan Handayati mengabarkan bahwa RSUD telah siap menerima kami, lalu kami diminta siap-siap. Selang setengah jam, istri dan kandungan kembali diperiksa ulang, dan keadaan normal. Setelah menyelesaikan administrasi di Bidan, kami pun berangkat. Istri dan perlengkapan persalinan diantar mobil pribadi milik bu Handayati, sedang saya mengikuti dibelakangnya dengan sepeda motor. Sedang kakak, keponakan dan anak pertama saya disuruh pulang saja, “sitkon Rumah sakit tidak layak untuk anak-anak”, saran dari bu Bidan. Tepat pukul 8malam, kami tiba di IGD RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL. Suasana Rumah Sakit begitu riuh ramai, begitu pula Ruang IGD, seakan sibuk dengan urusan masing-masing. Begitu istri tiba langsung disambut perawat, dan menggunakan kursi roda dorong istri dan langsung dibawa masuk ke ruang Instalasi Gawat Darurat, sebuah layanan Rumah Sakit guna melakukan tindakan medis yang sifatnya mendadak dan darurat.

Setelah menurunkan barang-barang perlengkapan persalinan, saya disuruh mendaftarkan istri saya di tempat pendaftaran IGD. Selain didata, saya juga diminta untuk mengisi beberapa isian formulir pendaftaran.

Sesi pendaftaran telah selesai. Lalu saya diminta menunggu istri di dalam ruang IGD tersebut. Saya harus benar-benar fokus mengikuti mbak suster yang berbaju warna biru tadi. Dengan ribet barang bawaan yang saya tenteng di tangan kanan dan kiri, saya mengikuti mbak perawat yang mendorong kursi roda istri saya menuju sebuah ruang khusus periksa persalinan masih di dalam IGD. Suasana riuh masih terasa di ruang IGD, sepertinya banyak pasien korban kecelakaan lalu-lintas(laka lantas). Sambil sedikit nyanyi-nyanyi sembari di iringi pertanyaan- maupun pernyataan lucu, mbak perawat memberi layanan pada kami, jadi membuat cair suasana, dan sedikit mengurangi rasa tegang kami. Kembali keadaan istri diperiksa, jalan bayi istri diperiksa oleh mbak asbid tadi, telah buka 2, saya juga tidak paham maksudnya bagaimana, yang jelas kata istri, kalau waktu diperiksa rasanya sakit banget. Setelah selesai diperiksa, mbak perawat memberitahukan bahwa, istri harus opname/rawat inap, karena sudah siap melahirkan dengan usia janin sudah matang. Saya-pun ya hanya mengangguk, mengiyakan. Setelah saya setuju untuk rawat inap, lalu dipasanglah selang infus di pergelangan tangan istri, dan saya disuruh antar berkas diagnosa ke dokter di bagian depan IGD.

“Pokoknya panggil nama dokternya saja, yang keras ya.” kata mbak asbid/perawat tadi. Benar juga, sibuk sekali dokter-dokter di dalam ruang jaga/kontrol IGD, satu dokter saja melayani beberapa pasien. Dengan petunjuk mbak suster/perawat tadi, saya berhasil menyerahkan berkas diagnosa istri. Menunggu hasil diagnosa, saya disuruh kembali ke ruang periksa istri saya tadi. Kembali dan tak henti-hentinya saya mencoba memberikan semangat dan rasa ketenangan untuk istri saya. Setelah beberapa saat, mbak perawat yang ramah dan lucu tadi memanggil nama istri saya. Kembali beliau menanyakan perlengkapan persalinan. Setelah dirasa komplit, dan dan saya disuruh membawa semua perlengkapan, kami diantar ke Ruang Bersalin yang berada di dalam Rumah Sakit. Dengan kursi roda,mbak perawat mengantar istri, dan saya menguntit dibelakangnya. Keadaan tenang didalam area Rumah Sakit, kamipun memasuki Ruang Bersalin, setelah proses serah terima antara suster/perawat tadi dengan perawat Bersalin, istri di masukkan ke sebuah kamar khusus bersalin. Kamar yang hanya di sekat kain hijau tebal itu, terdiri sekitar 5 kamar. Suasana riuh kembali terasa, mbak-mbak suster saling ngobrol santai kesehariannya, sedang rasa mencekam mendera bagi kami. Kami berada di posisi ditengah-tengah kamar, kanan dan kiri ada pasien yang sama, ibu-ibu buncit perutnya yang akan melahirkan. Dikamar ada photo adik bayi yang baru lahir namun terlihat bersih berada di dada ibunya yang terbuka. “Ups..jika diluar ruangan ini pastilah disensor” bathin saya. Tapi tentu tidak untuk ruangan ini, sebagai lelaki yang menemani istri, saya jamin libido pasti akan hilang di Ruang Bersalin ini. Jam dinding tepat di atas kamar kami menunjukkan pukul 9malam. Keadaan istri masih intens merasakan mulas dan kencang-kencang. Perawat Ruang Bersalin mulai memeriksa keadaan istri. Denyut nadi, tekanan darah istri, detak jantung bayi diperiksa, keadaannya normal. Memberikan sedikit ketenangan pada kami. Beberapa saat kemudian, ada seorang ibu berbaju motif bunga warna coklat, berkaca-mata agak tebal dan berhijab warna krem yang ternyata dokter spesialis kandungan, memeriksa dengan alat USG, ditemani satu perawat dan 2 perawat berbaju putih(adik-adik yang sedang praktikum). Dengan seksama, bu dokter itu memeriksa isi perut istri, cukup lama juga. Mereka kadang ngobrol dengan bahasa medis, yang jelas saya tidak paham. Saya tidak tau apa-apa, hanya bengong saja. Takut dan sungkan, jadi tidak tanya-tanya juga. Ah biarkan beliau-beliau bekerja, kami manut saja.

Setelah pemeriksaan dokter dirasa cukup di tandai dengan print out USG, dokter tersebut keluar dari ruang kami,dengan alat USG dibawakan adik-adik praktikum tadi. Kembali perawat menanyakan perlengkapan persalinan. Wah penting banget ternyata ya, suatu persiapan itu. saya tidak membayangkan bila malam-malam harus membeli;

-Perlak khusus persalinan
-Pembalut khusus ibu nifas, dan
-Kendil

Harus beli dimana coba? Dan Meninggalkan istri sendirian diruangan bersalin lagi.

Saran saya untuk saat-saat seperti ini, persiapkanlah segala perlengkapan dengan baik dan ajaklah setidaknya satu orang lagi (walaupun diluar ruangan, karena yang wajib menemani waktu persalinan di Ruang Bersalin hanya 1 orang saja.)

Pukul 10malam, Kembali istri didera rasa sakit yang tak tertahankan. Rasa mulas, kencang kencang selalu datang setiap 15menit, mbak perawat menyarankan bila rasa mulas dan kencang-kencang datang, untuk mengatur pernapasan, ambil napas dari hidung, lalu buang napas lewat mulut. Bila masih terasa, istri disuruh untuk memiringkan badan.
Waktu seakan berjalan lambat, detik dan menit begitu terasa lama. jam-jam terberat bagi kami, terutama sang istri. Merintih menahan rasa mulas dan kencang-kencang perutnya.
Suasana sibuk ruang bersalin benar-benar terasa, entah sudah berapa ibu terbantu melahirkan oleh ibu-ibu/mbak-mbak perawat-perawat dan, entah sudah berapa banyak bayi terbantu terlahirkan oleh ibu/mbak perawat yang cekatan malam itu .
Pukul 11, pukul 12, jam 1 dini hari, waktu-waktu yang di hiasi susana ngeri dan bahagia, Rasa Ngeri timbul saat mendengar dari ruang sebelah seorang ibu merintih, mengerang saat mengejan mati-matian untuk mengeluarkan janin dari rahimnya, Rasa Bahagia saat mendengar dari ruang sebelah tangisan bayi yang baru saja dilahirkan.
Prosedur pemeriksaan tekanan darah, denyut nadi isri, detak jantung janin dilakukan setiap 30menit sekali, sedangkan pemeriksaan jalan bayi prosedur-nya dilakukan setiap 4jam sekali. Jadi semua menunggu proses bersalin berjalan normal. Dan saya tidak bisa berbuat apa-apa lagi, disaat istri merengek meminta dipanggilkan mbak perawat, berulang kali saya menipunya.
Saat sakit datang ya hanya disuruh atur pernapasan, tarik napas panjang lewat hidung, lalu keluarkan lewat mulut. Jika tak tertahankan kembali disuruh memiringkan badan. Tindakan itu terus menerus berulang-ulang kami lakukan, dengan modal pengalaman persalinan yang pertama, saya mencoba mengarahkan istri, untuk tidak mengejan bila belum waktunya atau bila belum disuruh bu perawat.
Pukul 2 dini hari, entah sadar atau tidak istri memanggil keras bu perawat, bahwa istri sudah terasa mengejan sendiri, terasa ingin buang air besar. Dengan sigap beberapa perawat menghampiri ruang kami. Setelah di cek benar adanya bahwa istri benar hampir melahirkan, cairan mengalir, tanda air ketuban telah pecah. Segala persiapan dilakukan, prosedur dan posisi mengejan secara singkat diajarkan oleh perawat pada istri, dan saya membantu mengarahkannya. Detik-etik menegangkan dimulai, saat dirasa semua telah siap, sang istri mulai diarahkan untuk mengejan, hanya benar-benar disaat yang tepatlah istri harus mengejan, yaitu saat perut dirasa mengeras. Karena jika tidak mengindahkan, maka akan sia-sia saja melepaskan tenaga. Posisi mengejan-pun juga harus benar-benar tepat, agar lebih efektif dan efisien. Saat ini yang dirasa istri hanyalah terasa mengejan dan mengejan, dan hanya memilih waktu yang tepatlah yang akan membawa keberhasilan. 15menit perjuangan awal, posisi mengejan miring, agak susah juga istri konsentrasi dengan posisi mengejan, tak henti saya membantunya. Dan posisi mengejan badan miring Kiri benar-benar memberi jalan lebar sang jabang bayi. Dengan bijak perawat menyuruh istri istirahat sejenak. Ibarat pertandingan sepak bola, turun minum bagi para pemainnya. Begitupun dengan kami, istri saya disuruh minum dulu, raut muka wajah istri terlihat pucat. Sambil mengatur napas, air teh hangat saya suguhkan, beberapa teguk air teh hangat membasahi kerongkongan istri, memberi sedikit tenaga baru. Sekitar 5-10menit kami rehat, kembali beberapa perawat mengarahkan istri, dan di bantu 2 adik sekolah yang sedang praktikum membantu proses persalinan istri. Sembari Istri mengumpulkan sisa-sisa tenaga, sambil terus saya bantu mengarahkan Posisi mengejan lainnya, yaitu posisi tidur jongkok, kaki mengangkang lebar menempel perut, kepala nunduk/masuk, dan kedua tangan memegang paha, menjadi posisi mengejan season ke dua, dan saya membantu menyempurnakan posisinya. Juga saya memberi aba-aba sesuai dengan mbak perawat, kapan harus mengejan, kapan harus ambil napas. Sekuat tenaga, sang istri mengejan atas arahan mbak perawat. Berkali-kali mengejan, dan mengejan. Ambil napas lagi, mengejan lagi. Dan akhirnya kepala bayi keluar, di sambut oleh seorang perawat, dan perawat yang lain membantu sang bayi keluar sempurna. Daaaan akhirnya tangis pertama anak saya terdengar, bayi telah keluar sempurna dari rahim istri saya, Alhamdulillah puji syukur kepada ALLAH SWT………anak saya yang kedua terlahir sempurna, berjenis kelamin perempuan, sesuai hasil dari beberpa USG sebelumnya, dan sesuai harapan kami tentunya. Linangan air mata saya tak terbendung lagi, rasa haru, lega, bahagia jadi satu, dan tak lupa ku kecup kening istri.
Jam dinding di atas kami menunjukkan pukul 2:30 dini hari.

Kembali

Pesan Anda telah terkirim

Peringatan
Peringatan
Peringatan
Peringatan

Peringatan!

……………

Biaya Persalinan di RSUD Panembahan Senopati Bantul

Persalinan atau proses kelahiran adalah suatu proses keluarnya bayi/janin melalui jalan bayi(alat vital wanita) dari dalam kandungan/perut ibu hamil. Proses yang dimana diawali dengan kehamilan seorang ibu, dimana pada masa modern ini, akan di pantau dari awal masa kehamilan, proses persalinan/melahirkan, hingga bayi berusia 5tahun. Setiap awal periksa ibu hamil lazimnya akan di berikan sebuah buku, yang di sampulnya bertuliskan “BUKU KESEHATAN IBU DAN ANAK” dan dibawahnya bertuliskan nama Ibu dan Anak, atau bukuini biasa disebut buku KIA. Buku yang wajib dibawa setiap periksa kehamilan ataupun periksa adik balita(bayi di bawah lima tahun) dan diserahkan kepada petugas kesehatan setiap kali ke Posyandu, Polindes, Puskesmas, bidan/dokter praktek swasta dan rumah sakit. Dimana didalam buku tersebut berisi catatan kesehatan ibu (hamil, bersalin dan nifas) dan anak (bayi baru lahir, bayi, dan anak balita), serta berbagai informasi cara memelihara dan merawat kesehatan ibu dan anak.
Salah satu isi arahan /petunjuk didalam buku tersebut adalah Persiapan Melahirkan (Bersalin), adalah mempersiapkan dana/uang untuk biaya persalinan. Dimana biaya bersalin tidaklah sedikit, yang jelas dan pasti, menurut pengamatan saya, biaya persalinan di Rumah Sakit adalah dua kali lipat dari biaya melahirkan di Bidan.
Untuk pertengahan tahun 2014 ini, atau tepatnya bulan Mei, saya sempat tanya ke Bidan, bahwa biaya persalinan di bidan adalah sekitar 700ribu rupiah. “Itu perhitungan nilai minimal, jadi bisa lebih dari itu”, kata mbak asisten bidan.
Dan ternyata benar adanya, tidak jauh meleset dari pendapat saya, bahwa biaya persalinan normal di Rumah Sakit yaitu di RSUD Panembahan Senopati Bantul adalah sebesar Rp 1.822.191,00, dan berikut rinciannya;
-Akomodasi Ranap Bangsal Alamanda 3 3 : Rp 75.000,00
-Pendaftaran pasien baru 1 : Rp 5.000,00
-Akomodasi gizi 2 : Rp 30.000,00
-Pemeriksaan Dr. Tri Wijaya/IGD 1 : Rp 32.500,00
-Injeksi 1 jenis obat/hari 3 : Rp 27.000,00
-Perawatan luka kecil 1 : Rp 17.000,00
-Perawatan luka sedang 2 : RP 64.000,00
-Pelepasan infus 1 : Rp 15.000,00
-VT 2 : Rp 86.000,00
-USG OBSGYN 1 : Rp 150.000,00
-Partus dengan episiotomi 1 : Rp 812.500,00
-Asuhan keperawatan sedang 5 : Rp 45.000,00
-Asuhan keperawatan berat 1 : Rp 14.000,00
-Modified intensif care IGD 1 : Rp 13.000,00
-Tindakan medis sederhana IGD 1 : Rp 23.500,00
-Ambil sampel darah 1 : Rp 21.000,00
-Visite Bambang Basuki.Dr.SPOG 1 : Rp 35.000,00
-Visite Ani Ashari.Dr.SPOG 1 : Rp 35.000,00
-Visite I Nyoman Tritia Widiantara,SP.OG 1 : Rp 35.000,00
-Alat kesehatan 2 : Rp 79.693,00
-Obat 4 : Rp 51.498,00
-Pelayanan laboratorium 5 : Rp 155.500,00
____________________
Rp 1.822.191,00

(untuk rawat inap 2hari, Tgl 07/05/2014-09/05/2014, Ruang Alamanda 3, kelas 3A)

Demikianlah sedikit tulisan saya tentang biaya persalinan di RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL.
Semoga bermanfaat.

Kembali

Pesan Anda telah terkirim

Peringatan
Peringatan
Peringatan
Peringatan

Peringatan!