Kisah Inspiratif : “Sri Lestari” Naik Motor Keliling Indonesia Untuk Beri Dukungan Ke Sesama Difabel

Sri Lestari diatas motor TVS yang telah dimodifikasi menjadi roda 3

 

Sebuah tindakan heroik dan penuh dengan keberanian,  ada pada diri Sri Lestari, seorang wanita penyandang Difabel yang berasal dari Klaten Jawa Tengah., mampu keliling Indonesia untuk memberi dukungan kepada sesama penyandang difabel dan turut memperjuangkan hak bagi yang lain di beberapa wilayah lang dia singgahi. Berikut kisah lengkapnya yang saya kutip dari lifestyle wolipop-detik.com

Disabilitas tak lantas menghentikan ‘langkah kaki’ seseorang untuk terus berbuat kebaikan. Begitu pun bagi wanita bernama Sri Lestari. Wanita asal Klaten itu mengalami kecelakaan di tahun 1997 yang menyebabkan ia terkena paraplegia atau cedera syaraf tulang belakang yang membuat penurunan daya motorik atau fungsi sensorik tubuh.

Selama 10 tahun ia mengaku merasa ‘terpasung’ dengan ruang gerak yang tak bisa sebebas dulu. Sampai akhirnya di tahun 2007 Sri menerima bantuan kursi roda dari sebuah lembaga, United Cerebral Palsy (UCP) dalam program Roda Untuk Kemanusiaan atau biasa disingkat UCPRUK. Yaitu suatu lembaga internasional yang memiliki misi untuk memperjuangkan hak-hak penyandang disabilitas di negara-negara berkembang.

Dari sanalah Sri mulai kembali menyusun mimpi-mimpinya. Berawal dari penerima manfaat UCP, wanita berusia 41 tahun itu pun resmi bergabung sebagai pekerja sosial, pengumpul data para penyandang difabel di daerah-daerah sejak tahun 2009. Sarana untuk membantunya menjangkau para penderita difabel di daerah pun dibuat sendiri, yaitu sebuah motor modifikasi dengan roda tiga; yang terinspirasi dari rekannya sesama penyandang disabilitas.

Mobilitas yang mulai mandiri dengan motor modifikasi itu membuat Sri ingin melakukan semacam turing keliling daerah, dengan tujuan menyadarkan masyarakat betapa minimnya fasilitas umum untuk penyandang disabilitas di Indonesia. Mulailah ia menjajal rute Yogjakarta ke Malang sebagai permulaan di tahun 2013, dengan motor yang didesain khusus sesuai kebutuhan tubuhnya. Jarak tempuh pun semakin bertambah sebagai bukti keseriusannya menjangkau lebih banyak daerah untuk membantu kaum difabel. Ia kembali meneruskan perjalanan dari Jakarta ke Bali di bulan Mei sampai Juni 2013.

Perjuangan gigih Sri bahkan membuat seorang warga asing dari Kanada, Peter Wall tersentuh. Hingga akhirnya pembuat dokumenter yang kini berbasis di Bali itu ingin ikut berperan dan membantu Sri mewujudkan mimpi yang mulia itu. Atas dukungan Peter, setahun berikutnya di bulan September 2014, Sri pun kembali memacu motornya sampai ke Sabang, tepatnya di Aceh dari Jakarta. Namun kali ini, perjalanan Sri ditemani sebuah tim, mulai dari adiknya, pengemudi pengganti yang juga staf UCP, dan tim dokumenter dari sebuah stasiun TV.

“Peter Wall bertanya mimpi saya apa? Saya bilang ingin keliling Indonesia untuk berbagi semangat kepada kaum difabel. Lalu dia tertarik, dia bilang hitung semua biaya hidup selama sebulan, akomodasi dan sebagainya, akhirnya ia mengadakan fundraising selama sebulan dan ini berlangsung cepat sekali,” cerita Sri tentang perkenalannya dengan Peter

Sri tak lantas berkeliling ke daerah-daerah Indonesia dengan motornya. Ia pun menjumpai berbagai institusi pemerintah, swasta dan swadaya masyarakat untuk membantu memberi informasi mengenai hak-hak penyandang disabilitas yang terabaikan. Lewat lembaga-lembaga tersebut, Sri melakukan diskusi terbuka sebagai bentuk penyuluhan agar mereka terbiasa dan diharapkan lebih peka terhadap hak kaum difabel.

Iapun turun langsung memberi motivasi kepada rekan sesama difabel untuk hidup lebih mandiri. Menurutnya, jika mereka sudah bisa hidup mandiri, mereka bisa menyebarkan kepercayaan diri itu kepada orang sekitar.

Tentu bagi Sri, setiap wilayah yang didatanginya punya cerita sendiri. Namun salah satu yang tak terlupakan baginya, dialami saat ia berkunjung ke Kota Jambi.

“Waktu itu ada seorang pria difabel yang 20 tahun belum mandiri hanya berada di tempat tidur saja. Tapi dia hebat telah mendirikan panti asuhan. Nah, setelah dia melihat saya, ia termotivasi akhirnya dia beranikan diri untuk tinggal di panti asuhannya,” tambah wanita kelahiran 1973 itu.

Meski dengan segala keterbatasannya, namun demi misi kemanusiaan itu Sri menganggap jalannya selalu dimudahkan, tanpa tantangan berarti. Iapun berharap agar rekan-rekan sesama kaum difabel untuk lebih percaya diri dan menjadi mandiri.

“Tidak ada tantangan berarti, paling cuma akses saja yang sulit karena ini menjadi masalah umum para kaum difabel yang mendapatkan tak cukup di ruang publik,” tutupnya.

Sri Lestari, Taklukan Sumatera dengan Motor Roda 3

Sri Lestari menggunakan motor TVS yang dimodifikasi menjadi roda 3 berhasil menuntaskan touring Sumateranya.

Sri Lestari, Taklukan Sumatera dengan Motor Roda 3

Selama touring, wanita yang juga dijuluki Superwoman oleh pihak TVS Motor Company Indonesia (TMCI) ini didukung oleh komunitas roda 2 lokal dan jaringan Sales & Service TMCI.

Sri Lestari, Taklukan Sumatera dengan Motor Roda 3

Selama perjalanan, Sri bertandang ke sekolah-sekolah di setiap kota yang dikunjungi. Komunitas kaum difabel di tiap kota itu pun terinspirasi dan termotivasi untuk tetap bersemangat, berprestasi dan memelihara mimpi berkat ketangguha Sri.

 

Demikialah sebuah kisah inspiratif bagi kita semua, semoga bermanfaat.

 

 

 

Horeee..!!! Bantul Juara Dokter Cilik Tingkat DIY Tahun 2015

foto

Kabar gembira bagi masyarakat Bantul, terlebih bagi anak-anak didik Sekolah Dasar yang mewakili Bantul dalam lomba Dokter Kecil seluruh  Daerah Istimewa Yogyakarta, yang diadakan di  Dinas Dikspora DI. Yogyakarta pada hari Rabu tanggal , 22 April 2015 bertempat di Ruang SidangBesar ( Lantai 2 ) Dinas Dikspora D Jl. Cendana Nomor 9 Yogyakarta, dengan yuri dari Biro Kesra DIY, Dinas Kesehatan DIY, pemerhati UKS Dinas Dikspora DIY dan Persada  DIY.

Sedangkan Lomba diikuti oleh siswa SD/MI  kelas IV dan V dari 5 kabupaten/kota sebanyak 25 siswa, dengan didampingi 2 orang pendamping.

Untuk Kabupaten Bantul didampingi Bapak Supangat SKM dari Dinas Kesehatan dan Ibu Sri Handayani, S.Pd dari Dinas Dikdas Kabupaten Bantul.

Kontingen dari Kabupaten Bantul meraih nilai 87, 01 sehingga menjadi jura I Lomba Dokter Kecil tingkat Daerah Istimewa Yogyakarta dan memperoleh hadiah , piagam dan uang pembinaan.

Adapun kontingen dari Kabupaten Bantul memperoleh Juara I untuk tingkat Daerah Istimewa Yogyakarta : Abla Salsabila dari SD 1 Padokan Kasihan , Rizka Nur Azizah dari SD Karangjati Kasihan, Enola Sholeil Febian dari SD 2 Padokan Kasihan , Indra Fata Adi Perdana dari SD 3 Sedayu dan Novianti Safitri dari SD Wirokerten Banguntapan.

Sehingga Dokter Kecil Bantul berhak maju di tingkat Nasional.

Wah selamat yach buat adik-adik yaang mewakili Bantul dan menjadi Juara, kalian sungguh hebat dan membawa harum nama SD kalian.

Demkian berita gembira yang saya kutip dari facebook pemkab Bantul, semoga bermanfaat.