kusnantokarasan.com – ” Bukan lautan hanya kolam susu, kail dan jala cukup menghidupimu, tiada badai tiada topan kau temui, ikan dan udang menghampiri dirimu…” Itulah lirik sebagian lagu Kolam Susu-Koesplus penggambaran tentang nelayan di negeri kita.
Dan kini khususnya bagi para nelayan di Yogyakarta akan merasa senang dengan dibantu dengan penggunaan satelit dalam menangkap ikan dan udang di lautan. Ini namanya pemanfaatan teknologi yang tepat guna, berikut lansiran berita dari tribunjogja.com
DIY mempelopori pemanfaatan penginderaan satelit bagi nelayan. Bekerjasama dengan Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (Lapan), Pemda DIY akan petakan spot perairan DIY yang kaya ikan.
“Lokasi mana yang banyak ikannya, nanti bisa dilihat lewat satelit. Jadi sebelum berlayar, nelayan sudah tahu mana lokasi yang ia tuju (untuk penangkapan ikan),” kata Kepala Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer Lapan, Halimurrahman usai penandatangan MoU kerjasama Pemda DIY dan Lapan di Kompleks Kepatihan, Kamis (12/2).
Ia menjelaskan, teknologi yang akan dibangun ialah Desicion Support System (DSS) Maritim atau Sistem Pendukung Keputusan Maritim. Sistem ini akan memberi berbagai informasi pendukung pelayaran dalam wilayah Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) yakni 200 mil laut dari bibir pantai, membentang sepanjang 113 kilometer garis pantai DIY.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (Dislautkan) DIY Andung Prihadi mengatakan, produktivitas perikanan tangkap laut masih minim. Target 6.000 ton pada 2014 hanya terpenuhi 80 persennya, sekitar 5.000 ton.
“Selama ini nelayan modalnya hanya buku pranata mangsa. Kapan musim bawal, kapan musim ikan lainnya. Kadang-kadang tak dapat ikan,” kata Andung.
Ia berharap, penggunaan satelit bisa meningkatkan kuantitas maupun kualitas tangkapan ikan. Sebab, hasil penginderaan satelit ini bisa melihat juga keberadaan phytoplankton, yang mengindikasikan lokasi kaya ikan.
“Plankton ini makanan ikan mahal. Berlayar sekali tapi dapatnya tuna, cakalang, itu lebih mantap daripada berlayar sepuluh kali, dapatnya cuma (ikan) layur,” terangnya.
Selain untuk produktivitas tangkapan ikan, DSS Maritim juga bisa memberi informasi cuaca terbaru di perairan DIY. Informasi cuaca itu diperbaharui tiap satu jam sekali, dengan prakiraan hingga tiga hari ke depan. Informasinya meliputi kondisi awan, hujan, arus dan ketinggian gelombang, angin dan lain sebagainya.
“Potensi bahayanya bisa dideteksi untuk menjamin keselamatan nelayan di laut. Kan sudah beberapa kali kecelakaan,” ucap mantan Kepala Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BPAD) DIY itu.
Kendati demikian, Andung belum bisa memastikan bagaimana teknis penyampaikan informasi satelit itu ke nelayan. Yang paling memungkinkan menggunakan gelombang radio pendek. Bentuknya bisa pesan-pesan singkat soal kondisi cuaca tiap jam.
“Selama ini seadanya, hanya pakai SMS. Tapi (sinyal) hanya bisa ditangkap (maksimal) 2 kilometer dari pantai. Itupun basis datanya masih global dari BMKG. Kalau ini (DSS Maritim) akurasinya 80 persen,” ungkap Andung didampingi peneliti Lapan.
Rencananya, sistem ini mulai dibangun tahun 2015. Sudah tersedia anggaran sekitar Rp 700 juta dari APBD DIY 2015 untuk riset kebutuhan. Pada 2016, barulah infrastrukturnya dibangun. Ada empat stasiun yang dibangun yakni di Kantor Dislautkan DIY, di pelabuhan Tanjung Adikarto Kulonprogo, Pelabuhan Sadeng Gunungkidul serta di pelabuhan laut Pandansimo Bantul.
Jika tak molor, proyek ini mulai diimplementasikan tahun 2017. “Ini akan jadi percontohan nasional,” tandasnya.
Gubermur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X antusias dengan teknologi ini. “Harus sukses. Jangan sampai hanya jadi sekedar MoU. Ini tanggungjawabmu,” tandas Sultan menunjuk Andung.
Mantab, disamping bisa mendeteksi letak ikan, juga bisa mendeteksi cuaca yang bisa meminimalisir kecelakaan di laut karena cuaca yag tidak bersahabat-topan dan badai. Oke kita tunggu saja implementasinya ya, semoga menjadi pencerahan bagi nelayan di Yogyakarta, jika berhasil akan di terapkan ke daerah lain juga.
