
Mengsedih juga ngeliat Monyong_si empus kesayangan kami yang perutnya buncit , bukan karena hamil loh ya karena si doi berkelamin jantan. Sudah sebulan ini perut doi membesar/ membuncit, dan sudah saya periksakan juga ke Puskeswan (pusat kesehatan hewan) Pandak, kapanewon/ kecamatan tetangga, sebanyak dua kali, pertama diperiksa dan disuntik oleh perawat dan setelah di diagnosa oleh Dokter Lala periksa yang kedua ternyata Monyong terserang virus FIP. Tipe basah gitu kara bu dokter Lala, jadi ada semacam cairan didalam tubuhnya bagian perut yang semakin hari semakin membesar.
Oiya, si Monyong merupakan salah satu kucing peranakan ras kampung/Jawa generasi pertama yang kami rawat yang mampu survive dari 3 bersaudara. Saat ini umurnya sekitar setahun. Doi sedari awal si paling menonjol, paling manja dan pemberani. Saudaranya yang lain mati, tidak sakit, tau tau terbujur kaku, yang lain juga dan yang terakhir ‘tiada’ karena flu. Karena raut muka yang menjorok atau maju kedepan maka kami sepakat menamainya Monyong. Menurut saya kucing Ras Jawa atau kampung bulunya kategori pekat tidak mudah rontok. Warna bulunya putih salju yang bersih, lembut, ada beberapa belang dan bentong warna orange, menggemaskan deh.

Seisi rumah begitu menyayangi nya, si anak sulung Daffa, bungsu Naura, wife mami Rina maupun Inaz keponakan, dan sister Wanti, pun juga my mother. Monyong bulunya halus dan bersih, lembut selembut sutera, meskipun jarang di grooming atau di mandiin. Sedari kecil Monyong kami kasih makan pakan kucing buatan pabrik, terkadang dikasih makan nasi dengan lauk ikan, maupun tulang ayam, atau apa saja yang dia suka. Lahap sekali doi makanannya karena dulu banyak saudaranya juga kali ya, jadi saling berebut . Kini doi tinggal berdua, ditemani si Gemoy kucing ras campuran milik tetangga, ngikut dengan kami sedari kecil hingga kini usia 5 bulanan.

Nilai plus dari Monyong bagi kami adalah doi masih sesuai kodratnya yakni acapkali menangkap tikus dirumah…. Jadi sedikit-banyak mengatasi hewan pengerat yang menyebalkan.
Well kembali ke tema, sehabis periksa kedua di Puskeswan tadi, saya dan istri seakan menyerah, dengan diagnosis tersebut, mengingat untuk penanganan kucing dengan virus FIP, tergolong tidak mudah dan biaya mahal. Jadi kami pasrah, kami serahkan ke Illahi.
***
Selang beberapa waktu, Inaz si keponakan dapat info jika ada sebuah klinik hewan yang kemungkinan bisa menanganinya, terlebih kabarnya tempat tersebut melayani dengan cuma cuma alias tidak bayar. Modal dari share lokasi dari inaz diklinik tersebut ternyata di bilangan Karangmalang kota Yogyakarta sana , di area Kampus UGM. Meskipun agak sedikit mikir kq ada nama Kuningan nya, eh ternyata karena berada di sebuah jalan bernama Jalan Kuningan.
Hari yang kami agendakan telah tiba Senin pagi 23 Oktober pukul 6 meluncur kesana, jalanan pun sudah mulai ramai, para berangkat dan antar sekolah, mereka bak para jawara MotoGP, geber gas, saling salip. Menembus jalanan kota Yogyakarta dan sampailah di titik koordinat tujuan sekitar timur Boulevard UGM. Agak bingung juga, karena area kampus, mau tanya siapa juga??? Dan ternyata benar, cek titik lokasi ternyata di dalam sebuah fakultas, fakultas Kedokteran Hewan UGM. Memberanikan diri untuk masuk area kampus/ fakultas tersebut. Selang bebeberapa menit ada juga yang datang diantar ojol sosok ibu menggendong kucing mungil, tambah yakin deh, lokasi juga masih sepi, mungkin juga karena belum waktunya, karena masih pukul 7 pagi. tapi ada bebeberapa semacam keterangan di pintu, dan di balik pintu banyak papan keterangan untuk semacam Klinik hewan.

Selang beberapa menit berdatangan orang-orang (kebanyakan para ibu-ibu) membawa keranjang berisi kucing. Disini sepertinya pelayanan masih manual tidak ada antrian modern, ataupun secara online. Ada keterangan juga jika pendaftaran dimulai pukul 07.30, menunggu sekitar 30 menit.
****
Sembari memperhatikan suasana, ada bebeberapa pengendara motor entah itu itu siapa, tapi terlihat masih pada muda, atau mahasiswa atau apa, berdatangan dan meluncur di belakang gedung.

Tepat pukul 07.30 dimulailah pelayanan, dengan kesadaran para klien mempersilahkan yang datang duluan, termasuk saya yang datang nomor dua untuk mendekat ke tempat pendaftaran. Detail sekali saat ditanya tentang si kucing yang sakit, termasuk nama si kucing, untung juga ya dulu diberi nama, hehe.
Well pendaftaran telah selesai dan diberi kartu pendaftaran. Selang beberapa waktu atau tepat pukul 8 pagi, beberapa orang berpakaian jubah putih selayaknya baju dokter keluar dari ruangan, sembari menenteng berkas, dan memanggil nama nama kucing, termasuk si Monyong. Kami mengikuti mereka (3 dokter), entah mereka itu para mahasiswa atau dokter muda saya tidak tau, kami menuju ruang periksa yang ada banyak lebih kalau lima. Kami(saya dan istri) masuk ke salah satu ruang periksa. Mengikuti mereka Dan mulailah memeriksa si Monyong di atas meja stainless steel ukuran sekitar 1 meter², tingginya juga sekitar 1 meter. Mereka bertiga sibuk memeriksa sembari bertanya-tanya tentang kondisi si Monyong. Bak memeriksa orang yang sakit, teliti, telaten, lama juga, mereka ramah-ramah dan sangat lembut memperlakukan/ memeriksa si Monyong, bahkan bisa dikatakan penuh dengan kasih-sayang. Merekapun ijin untuk konsultasi dulu, kami disuruh nunggu, diruangan itu.
….
Setelah melalui beberapa proses tindakan yang sekitar hampir 3 jam, si Monyong diperbolehkan pulang dan disertakan beberapa obat untuk 5 hari. Dipesan juga jika belum ada perubahan, boleh di periksa kembali setelah obat nya habis dalam 5 hari kedepan. Dan benar untuk pelayanan disini tidak dikenakan biaya sepeserpun, meskipun dengan pelayanan yang prima dan dengan beberapa tindakan medis (injeksi beberapa kali), juga cek darah. Alhamdulillah bagi kami tanpa harus mengeluarkan biaya, kami ucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada tim medis Laboratorium Klinik Hewan Kuningan, panjenengan sedaya luar biasa penuh kepedulian dalam menangani kucing kami.
