Ini Jawaban Versi LIPI Seringnya Mobil Mogok Di Atas Rel Perlintasan Kereta Api

Ilustrasi (manteb.com)

Sering atau banyak mobil mengalami mati mesin/ mogok tepat di atas perlintasan rel kereta api. Ada apa gerangan? Berikut sebuah lipatan dari detikoto.com dengan LIPI mengenai hal ini ,

Menurut Peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mencoba mengurai masalah seringnya sebuah mobil mogok di perlintasan kereta. Yang pasti bukan karena alasan mistis ada penunggu di perlintasan kereta.

Dia menyebut akar masalah itu adalah emisi elektromagnet di palang kereta atau kabel penyalur arus listrik di sepanjang rel kereta yang tidak kompatibel.

“Sehingga, ketika ada kejadian itu (mobil mogok), ada penelitian tentang eletromagnetic compatibility kelistrikan kereta,” papar Kepala Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian LIPI Harry Harjadi saat ditemui di Puspitek, Serpong, Tangerang Selatan, Senin (8/6/2015).

Menurut Harry tidak kompatibelnya emisi elektromagnet listrik sebuah benda yang berbasis kelistrikan menghasilkan emisi di atas ambang batas. Walhasil, paparan emisi tersebut menimbulkan kekacauan sistem kelistrikan benda lain, tak terkecuali perangkat Electronic Control Unit (ECU), yang merupakan otak dari sebuah mobil.

Padahal salah satu fungsi ECU itu adalah mengontrol buka tutup klep dan semburan bahan di injektor mobil.

“Emisi elektromagnetik itu ada yang bersifat konduksi yakni paparannya tersalur melalui benda-benda penghantar arus listrik seperti bahan dari metal atau kabel. Kedua, emisi yang bersifat radiasi, yakni paparan tidak melalui penghantar tetapi gelombang,” jelas Harry.

Akibat, ECU yang terpapar elektromagnetik di atas ambang batas itulah, maka injektor berhenti bekerja. Mobil pun mogok, dan saat kereta melintas berpotensi terjadi kecelakaan

“Jadi seperti itu alasan ilmiahnya. Bukan karena faktor mistis ada penunggu di palang kereta,” ucap Harry disusul tawa.

Dia berharap, baik perusahaan penyedia jasa kereta api melakukan pengujian terhadap kompabilitas elektromagnetik yang dihasilkan proses kerja sistem kelistrikan saat kereta beroperasi.

Begitu pun dengan pabrikan mobil, diharapkan senantiasa melakukan pengujian tingkat kompabilitas sistem kelistrikan semua perangkat terutama yang terkait dengan mesin, untuk mengetahui tingkat imunitas atau kekebalannya terhadap paparan emisi elektromagnetik baik konduksi maupun radiasi dari benda-benda lain termasuk kendaraan lain.

Benarkah hal ini bisa terjadi pada mobil? General Manager Technical Service Division PT Toyota-Astra Motor (TAM) Dadi Hendriadi tak menepisnya alias mengamininya.

“Penjelasannya masuk akal, gelombang elektromagnet bisa mempengaruhi arus-arus di dalam ECU maupun di luar ECU. Kan Fuel Injection system terdiri dari sensor-sensor ECU, dan aktuator-aktuator yang bekerjanya melalui kiriman sinyal-sinyal listrik,” ujarnya.

Pabrikan bukannya menghiraukan fakta ini, pabrikan justru sudah memperhitungkan faktor-faktor emisi elektromagnet dan pengaruhnya terhadap kinerja sistem di mobil. “Tapi kalau terpapar emisi elektromagnet yang besar, bisa aja ada pengaruhnya,” ujar Dadi.

Mengenai risiko tertabrak di pintu kereta, Dadi menyarankan, kalau misalnya kereta akan lewat sebaiknya jangan nekat menerobos perlintasan kereta. “Jadi kalau ada masalah, masih ada waktu untuk mendorong mobil,” saran Dadi.

Tinggalkan komentar