Catatan Sawah: 88 HST Padi Mekongga, berikut timelaps nya

Kali ini mbah-kus mencoba lebih detail memperhatikan pertumbuhan tanaman padi, dengan mengabadikan setidaknya seminggu 3 kali, dalam jepretan foto. Kali ini varietas yang mbah tanam bernama Mekongga. Dari awal planing sebenarnya sih kurang ngeh juga, plus ada yang mengatakan jenis ini banyak gabung/ mandul atau patah leher, so bisa di bilang setengah hati deh.

Disamping itu, pengen juga rasanya meng-explore varietas yang antimainstream lah, biar ada passion lebih gitu, enggak ‘garap’ sawah dengan jenis padi yang itu-itu saja. Tapi, berhubung susah juga mencari benih yang lain dari biasanya, plus minim informasi juga kali ya, yang akhirnya terpilihlah “Mekongga”. Dan ternyata saat sesudah menjadi beras, wujudnya cantik, bersih, putih kearah bening dan utuh-utuh bulir-bulir nya.

Nih beras dari padi Mekongga, putih bersih dan utuh khan, cantik sekali

Dan sekalian saja mbah sertakan rincian biaya sejak dari beli bibit hingga panen, maupun harga pupuk nya.

Perlu diketahui bahwa Lahan yang mbah garap (bukan milik mbah loh ya, sebagian milik ortu, dan sebagian lagi milik orla, jadi mbah hanya sebatas maro saja, artinya hasilnya dibagi dengan pemilik lahan/paroan ) seluas sekitar 1.435m². Lahan ini terbagi menjadi 3 petak, tapi masih dalam satu lokasi/ bulak, masing-masing memiliki karakter tanah yang berbeda. Oiya jika para pembaca sulit ngebayangin dengan ukuran tersebut, bisa lah kita bayangkan setara kira-kira dengan luas 2,5 kali luas lapangan futsal. Kalau didaerah mbah sih, menyebut luas lahan sawah dengan sebutan lobang, jika di konversi kan 1 lobang itu sama dengan 1×10 m lebar 1 meter & panjang 10 meter, jadi luas yang mbah garap sekitar 143 lobang. Ukuran ini nantinya juga untuk menghitung biaya pengolahan lahan, biaya tandur(tanam padi), dan lainnya.

Menurut data empiris atau riwayat kebiasaan, dengan luas lahan 143 lobang atau 1.435 m², almarhum bapak biasanya membutuhkan benih sekitar 7 hingga 10 kilogram. Itu juga seringkali ada kelebihan. Sedangkan untuk harga benih saat ini per-shak isi 5kg adalah 60 ribu rupiah. Benih ini(Mekongga) hasil budidaya produsen benih lokal saja, masih satu kabupaten. Sebelum disebar/ di semai, benih terlebih dulu mbah rendam selama 2 hari (2×24 jam), dieramkan semalam(12kam), kemudian paginya disebar.

Semai padi Mekongga

Setelahnya mbah tutup dengan sejenis plastik terpal/ tenda, biasanya sih mas taburkan abu, tapi berhubung tidak ada ya hanya ditutup dengan terpal tadi. Sembari menunggu benih tumbuh, lahan mulai digarap/dibajak, dengan mesin traktor🚜, untuk biaya nya pengolahan lahan Rp 1.500/lobang. Jadi total mbah membayar 225, eh tapi mbah kasih 250,sedikit tips lah.

Setelah 20 hari setelah semai (HSS), benih/ bibit padi pun siap untuk mbah tanam,

Saatnya tanam usia benih 20 hari setelah semai

Oiiya untuk biaya tandur/ tanam 200 ribu untuk luas lahan tersebut, jadi jika dihitung per-lobang ya kurang dari 1.500 rupiah. Tandur ditempat mbah masih konvensional, tenaga manusia, tenaga ibu-ibu.

Minggu pertama, mbah mulai memberikan pupuk, jenis urea. Dengan luas 143 lobang, pemupukan pertama pada 2 hari setelah tanam, sebanyak 25 kg/1.435m².

Pupuk urea disebar pada 2 HST

Pupuk urea diatas yang ada warna merah muda nya tanda pupuk bersubsidi, mbah dapatkan di penjual terdekat dengan 2.200 per kilogram nya. Mbah habis 55 ribu rupiah. Untuk pupuk jenis lain, seperti pupuk organik 26.000/sak/40kg, ponska 3.000/kg, ponska plus 8.000/kg.

***

Hari-hari selanjutnya mbah nggosrok, atau membersihkan atau tepatnya menggilas rumput di sekitar tanaman padi muda dengan alat konvensional ‘gosrok’.

Nggosrok

Perjalanan padi muda tidaklah semulus yang Anda bayangkan, jika normal memang saatnya nggosrok, tapi satu petak yang ada lumutnya, satu petak lainnya terkena wabah, yakni tanaman memerah dan mati, atau banyak yang menyebutnya asam-asaman.

Kurangnya rata lahan menyebabkan ada bagian lahan yang tergenang air, yang kemudian tumbuh lumut, kalau lumut sih tidak masalah bagi tanaman, tapi lumut ini digemari oleh burung pipit. Jadi tanaman padi muda, yang batangnya masih lemas tidak kuat di hinggapi oleh burung-burung pipit, jadi rusak dan ya bisa mati. Untuk yang terkena wabah memerah, kalau mbah mengatasi nya dengan mengeringkan lahan, ini juga berlaku untuk yang ada lumutnya tadi, lahan dikeringkan, kalau perlu di buat parit-parit, agar air benar-benar bisa menghilang dari lahan.

Selepas nggosrok, sembari merawat tanaman yang sakit, mbah memberikan pupuk ke II pada hari ke 31 HST. kali ini dengan pupuk ponska, masih sama 25kg, jadi total habis 67.500.000.

Pemupukan ke-II , 20 HST

Tanaman yang terkena wabah mulai pulih, meskipun pertumbuhan nya tidak sama dengan yang normal, bisa dibilang selisih seminggu. Tapi mbah tetap memberikan pupuk untuk ke-III pada 25 Mei 2020 atau 31 HST, sembari simbah ‘matun’ menyiangi/membersihkan rumput/ gulma di sekitar tanaman.

Pemupukan ke-III, 31 HST

Selepas pemupukan ke-III ini mbah kus sudah agak santai nih, tinggal sesekali waktu mengaliri air saja. Tinggal nunggu panen lah istilahnya

Tanaman mulai berbunga 53 HST

Pada hari ke 53 HST, tanaman mulai berbunga, semakin hari semakin banyak bunganya, dan penuh hingga hari ke 72 HST seperti foto dibawah ini

72 HST

Dan akhirnya, memasuki hari ke 88 HST, tanaman siap untuk di panen.

Panen 88 HST