Catatan Sawah: ‘Ndaut & Tandur’ Padi Inpari 42 SS

Senin (28/12) lalu kami seharian (8 jam) di sawah, ndaut atau mencabuti benih padi, ini kerjaan yang paling memegelkan (paling membuat punggung pegal maksudnya 😉). Bagaimana tidak, berjam-jam membungkuk, jongkok ; mencabuti satu demi satu dari beribu helai benih. Itu juga di kerjakan bertiga, di bantu istri dan anak. Didaerah kami masih ada beberapa pekerjaan sawah yang masih dikerjakan secara konvensional (dengan tangan) seperti Ndaut ini. Sebenarnya pernah dengar juga, ada trik untuk lebih efisien dan efektif pada proses dalam pengerjaan nya, yakni dengan dilapisi semacam jejaring, atau kain berongga gitu, jadi saat benih sudah siap tanam, kita tinggal menarik kain tersebut, kita tinggal mbenteli atau mengikat nya saja, pasti lebih hemat waktu dan tenaga bukan? , tapi bagi kami masih sebatas angan-angan saja.

Ndaut padi

Prosesnya bagaimana sih?

Well, detail dari Ndaut adalah mencabut helaian benih padi satu persatu, dari persemaian yang berupa bedengan. Dengan media lahan sawah yang pasti basa/ berlumpur, tanah mengandung air, jadi setiap helai benih pasti ada tanah / lumpur yang terbawa, di bagian akarnya, jadi segenggam demi segenggam benih dikopyok dulu, atau dibersihkan dengan air. Setelah bersih, sekitar 5-6 genggam, kemudian dijadikan satu dengan ‘dibentel’ atau diikat.

Sak-bentel atau satu kat benih padi

Satu bentel ini bisa untuk ditanam satu undur ‘blak’, blak merupakan alat untuk tanam padi, biasanya berupa bilah bambu, ada juga sih yang dari kayu dengan panjang sekitar 3 meter yang diberi tanda pada jarak tertentu. Sedangkan satu undur itu sekitar 10 langkah ya sekitar 5 meter-an lah kebelakang. Jadi 1 bentel bisa untuk ditanam sekitar 3×5 meter persegi. Loh koq ke belakang? Iya karena tandur itu langkahnya ke belakang atau mundur.

Tandur pari atau tanam padi

Butuh ketrampilan tersendiri pada dalam menanam padi/ tandur ini, agar tertanam lurus/rapi, meski terampil dan sudah terbiasa. Jadi kami biasanya menyerahkan tugas ini kepada para tukang buruh tandur, baik dari tetangga maupun tetangga kampung. Yang lazimnya mereka dari kalangan ibu-ibu, yang pastinya lebih telaten. Menancapkan benih sesuai tanda, disamping lahan yang tidak tergenang air tentunya menjadi dasar tandur bisa rapi dan lurus.

Untuk biaya tandur sistemnya borongan, ada keunikan tersendiri perhitungannya, yakni dengan luas lahan mininal dikerjakan oleh berapa orang, satu orang dengan upah/ bayarannya sekian. Bisa jadi per daerah beda beda upah tentunya, karena sistem borongan juga kali ya. Seperti didaarah kami, ukuran luas lahan menyebutnya dengan ‘lobang’. Jadi semisal 30 lobang itu dikerjakan oleh dua orang, dengan upah per orang 25 ribu rupiah. Tapi jika dikalkulasikan sih untuk satu lobang biayanya sekitar Rp 1.500-an . (1lobang = 1×10 meter)

Well, kita flashback ke pekerjaan sebelumnya yakni tebar benih atau kami menyebutnya dengan istilah ‘ngurit’. Sesuai empiris, untuk lahan tanam seluas 150 lobang (1500 meter persegi) butuh benih padi sebanyak 7,5 kilogram, (dengan catatan: benih hasil beli bukan turunan hasil tanam sendiri, karena kalau hasil turunan kualitas hidup benih sedikit lebih rendah). Dengan 7,5 kilogram benih membutuhkan luas lahan persemaian sekitar 2×5 meter persegi. Nantinya akan menghasilkan benih sebanyak 55 bentel/ikat.

Mlecuti, Mrekatak, Temungkul : Istilah Jawa Urutan Padi berbuah

Walang sangit menyerang bunga padi

Di Jawa (Yogyakarta) memang banyak sekali istilah untuk menyatakan suatu hal , semisal dalam pertanian contohnya pada saat padi berbuah. Setelah padi berumur 2 bulan atau ⅔ umurnya atau setelah perawatan padi selesai yakni selesai di gosrok, padi mulai hidup berkembang, terlihat menghijau, batangnya mekar tumbuh tinggi dan mekar. Sesaat kemudian tanaman padi akan mulai berbunga, sebatang demi sebatang mulai tumbuh bunga, sedikit menjulang dari yang lainnya inilah yang disebut dengan Mlecuti. Istilah mlecuti menurut opini saya berasal dari kata ‘pecut’ yakni sebuah sarana atau alat untuk menghalau ternak. Batang-batang padi yang berbunga dan sedikit tinggi dan melengkung yang mirip pecut inilah maka orang Jawa menyebutnya ‘Mlecuti‘.

Selanjutnya seluruh tanaman padi akan serempak berbunga, ini yang disebut dengan ‘Mrekatak‘. Entah apa yang diartikan dari kata ini. Kalo saya berasumsi pada mekarnya bunga padi yang bersamaan atau serempak. 

Lalu jika semua tanaman padi yang berbunga tadi akan berisi, awalnya jika bulir padi muda yang berwarna hijau tadi jika dipencet maka akan keluar berupa seperti cairan warna putih susu. Dan lama kelamaan seiring berlalunya waktu akan mengeras, dan berbeban, maka mulailah batang padi bagian atas/biji akan merunduk, inilah yang disebut dengan ‘Temungkul‘.

Nah itulah 3 istilah bahasa Jawa dalam penamaan tanaman padi pada saat berbunga dan berbulir.

Dan masih banyak lagi yang lainnya yakni:

Galengan = gundukan tanah sebagai pembatas sawah(pematang) guludan lemah pinangka watesing sawah

Nembok   = menghimpun pematang dengan lumpur

Nyukoni  = mencangkul sudut-sudut sawah yang tidak terjangkau oleh mesin pengolah tanah

Ngurit   = menebar benih gabah yang sudah berkecambah

Ndhaut   = mencabut benih padi dari persemaian

Mbanjar  = membagi benih dsn telah diuntai ke lahan yang sudah sisp ditanami

Blak     = bilah bambu yang diberi tanda/ digores berjarak untuk pedoman jarak tanam(wajarnya 25-30cm)

Matun    = membersihkan rumput diantara tanaman padi

Gmadhung = tanaman padi terlihat menghijau

Mlecuti  = tanaman padi mulai berbunga satu-dua

Mrekatak = tanaman padi sudah berbunga/ berbulir

Tumungkul= padi mulai merunduk berisi

Ndangak  = ujung tanaman padi yang mendongok tanda padi tidak berisi

Gembrang = bulir padi yang habis dimakan burung pipit atau ayam

Wiwit    = upacara tradisi memetik padi

Ani-ani  = memetik padi dengan alat tradisional tangan

Derep    = buruh memanen padi

Bawon    = upah memetik/memanen padi

Ngiles   = merontokkan bulir padi dengan digilas pakai kaki

 

 

Jenis lahan

Sawah sorodan  = sawah yang dialiri air secara terus-menerus

Sawah tadhahan = Sawah  yang hanya mengandalkan curah hujan (sawah tadah hujan)

Pategalan      = lahan yang ditanami palawija, maupun umbi-umbian

Pakebonan      = tamah/ lahan yang ads disekeliling rumah, yang ditanami umbi-umbian, buah-buahan

Pekarangan     = lahan sekitar rumah yang di tanami tanaman yang berumur pendek, semisal sayuran, atau bunga-bungaan(tanaman hias)

Pagagan        = sawah yang ditanami padi  gaga diawal musim penghujan

Babadan        = lahan yang masih berwujud hutan dan harus di tebang dulu pepohonannya.

Talun          = lahan di pegunungan

Pagajih        = lahan/ sawah di pinggir sungai atau waduk

 

 

Hasil panen

Pala kesimpar  = tanaman yang berjenis menjalar, buahnya diatas/ menempel tanah, contoh: semangka, bligo, waluh, mentimun, jipang, dsb

 

Pala kependhen = tanaman yang buahnya didalam tanah, semisal : singkong dan umbi-umbian dsb

 

Palawija       = tanaman di sawah selain padi, semisal : jagung, kacang, kedelai, dsb

 

Pala kirna     = tanaman yang punya umur panjang (tanaman keras)  : nangka, mangga, kelapa,  duren, dsb

 

Pala gumantung = tanaman yang buahnya menggantung : pisang, pepaya, dsb

 

Sumber pustaka : http://jawadw.blogspot.co.id/2014/01/olah-tetanen.html?m=1

Tanam Padi

Bibit tanaman padi di media persemaian yang sudah siap tanam di lahan sawah

Bibit tanaman padi di media persemaian yang sudah siap tanam di lahan sawah

ukuran bibit padi siap tanam

ukuran bibit padi siap tanam

Mas-mbak sekalian, menanam padi  orang Jawa/Jogja menyebutnya dengan kata “tandur” adalah langkah ketiga dalam bertani. Setelah sebelumnya dua langkah telah di lakukan yaitu; tebar benih dan olah lahan.

Bila benih padi di persemaian telah berumur sekitar 10-15 hari, atau tinggi benih sekitar kurang-lebih sejengkal tangan, Maka benih sudah siap di tanam.

Setelah lahan telah diolah dan sudah  siap, maka benih padi siap di pindah tanam ke lahan sawah. Namun sebelumnya kita perlu  mencabutnya dari media persemaian tadi, dan orang Jogja menyebutnya “Ndaut“. Memanglah kegiatan di sawah masih banyak menggunakan cara tradisional-konvensional mas-mbak. Masih banyak dengan menggunakan tangan. Benih di cabut sampai akar-akarnya, perlunya ke-hati-hatian agar benih tidak putus. Agar lebih mudah, maka pada waktu pencabutan, area persemaian baiknya di rendam air dengan ketinggian air sekitar 3-4 Cm atau setinggi 1/4 batang padi. Setelah benih-benih  di cabut, lalu benih diikat, agar kita mudah membawanya.  satu ikatan seukuran satu genggaman tangan besar. Ikatan-ikatan ini nantinya  di taruh/disebar di area lahan yang akan di tanam, untuk mempermudah penanaman.

Sebelum mulai tanam, agar tanaman bisa lurus, rapi, dan siku, maka perlu adanya acuan. Acuan ini atau di dalam penulisan microsoft excel  dinamai dengan header, maka sama juga dengan  dunia per-sawahan. Di dalam kegiatan tanam padi, acuan tanam padi kami namai juga dengan kepala/ kepolo(bahasa Jogja). Maka sebelum tanam padi, perlunya di pasang kepala.

Pertama-tama, dibentangkan tali panjang yang sekiranya sampai pada ke dua ujung lahan. Ke dua ujung-ujungnya di beri patok/kayu agar bisa  di pancangkan kuat-kuat yang sekiranya jika di tarik akan kuat akan menghasilkan suatu garis lurus.  Tali dipancangkan melintang dan membujur pada dua sisi, sisi panjang dan sisi lebar bagian  tepi lahan sawah. Carilah sudut yang tepat hingga diperoleh/didapat suatu sudut yang siku/ 90 derajat. Simetris dengan pematang tentunya.

Jika tali telah terpancang hingga menghasilkan suatu garis lurus pada kedua ujung tepian lahan. Yaitu satu sisi untuk sisi lebar, dan sisi yang lain untuk sisi panjang. Dan telah didapat sudut yang siku/90 derajat. Lalu kita tempatkan satu alat untuk acuan/pedoman tanam, segaris dengan tali tadi. Alat acuan tanam ini kami menyebutnya dengan nama “blak“. Blak yang kami pakai, lazimnya terbuat dari sebilah bambu (bambu di belah dua), yang telah di beri tanda-tanda sebagai acuan penancapan benih padi di tanah. Blak ini kami beri tanda-tanda sebagai acuan tancap antar benih, sekitar 22-25Cm. Blak mempunyai panjang keseluruhan sekitar 3,5 meter.

Pasang kepala

Blak di tempatkan segaris dengan tali tadi. Dimulai dari satu titik pertemuan antar kedua tali. Tancapkan benih sesuai tanda. Bisa dimulai dari tepi sisi panjang, setelah sampai ujung maka blak di temaptkan di sisi lebar , di ujung blak ditancapkan benih untuk acuan tancap sisi panjang baris ke dua. Selanjutnya menancapkan benih di  sisi tepi lebar, waktu pemasangan sisi lebar, setiap jarak satu blak, maka di beri  tanda nantinya untuk acuan membuat tancapan sisi panjang baris ke dua. Point-nya metode ini mirip seperti pembuatan kolom-kolom  di microsoft excel, header dan footer.

Jadi dengan telah di pasang kepala , penaman padi tinggal menempatkan blak sesuai titik/tancapan pada kepala, dengan cara bergerak/berjalan mundur, hingga baris pertama selesai, lalu baris selanjutnya, dan selanjutnya hingga seluruh lahan tertancap benih padi dengan rapi , lurus dan siku.  Tanam padi memanglah bergerak atau berjalan mundur mas-mbak, maka dari itu orang Jogja menyebut menanam padi dengan  sebutan tandur =tanam mundur. Mengapa berjalan mundur ya??? Karena agar si penanam bisa melihat acuan di depannya dan tanaman tidak terinjak oleh si penanam. Dan jumlah penanam padi  minimal dua orang, lazimnya penanam padi ya ibu-ibu. Loh Mengapa harus ibu-ibu ya??mungkin karena kaum wanita itu lebih telaten dan lebih lembut.

Jumlah penanaman benih, satu tancapan  sekitar kurang lebih 5  batang benih padi.

Itulah mas-mbak tentang cara menanam padi, sepanjang pengetahuan saya. Semoga bermanfaat.