Kisah Lain Dewi Siti Hawa bersama ‘Perjalanan Cahaya’ : Wujud Kepedulian Komunitas Biker Purwakarta

Kegiatan akhir pekan dari para biker maupun komunitas (klub) tidak melulu untuk bersenang-senang, dan bersifat individualisme, seperti touring makan-makan dan lain sebagainya, Tapi ada kalanya kegiaan mereka berupa rasa simpati atau kepedulian ke sesama. Mengunjungi wilayah yang belum terjamah oleh modernitas maupun tangan-tangan penolong lain.

Seperti sebuah perjalanan Dewi Siti Hawa (lady biker) bersama Perjalana Cahaya Purwakarta yang dikisahkan kepada saya;

Saat Uang Ada Tapi Bukan Segalanya di
kampung Tegal-Panjang

Minggu,30 Juli 2017: dini hari jam 3 pagi saya mulai gas pelan pelan dari Cirebon menuju Pantura,
seperti biasa sendirian.

Angin bulan Juli yang menerpa kencang membuat ‘kebo besi’ terbawa oleng sana-sini dan debu yang menyapu jalanan hampir menggoyahkan niat saya untuk pergi. Tapi satu kisi hati membisik lebih kuat dari kisi lainnya untuk menabung pahala lebih keras lagi, atau setidaknya 50 50(fifty-fifty)
50 akherat 50 duniawi.

O iya bagi yang belum tau apa itu Perjalanan Cahaya,  baiknya saya jelaskan terlebih dahulu, bahwa Perjalanan Cahaya merupakan perjalanan dengan roda dua menyusuri kampung yang jauh dari perkotaan untuk mengetahui masalah sosial yang terjadi disana terutama masalah penerangan dan membaca.

Buat saya pribadi ‘perjalanan cahaya’ adalah salah satu tujuan saya dalam menjadi manfaat buat orang lain yang ada kaitannya dengan hoby.
Sambil motoran-sambil menabur benih kebaikan dengan pengharapan menuai kebaikan lalu karma-karma baik pun berdatangan.. Amin.
Yang kalau di Cirebon sendiri , ada komunitas wong Cirebon dengan giat bhakti sosialnya.
Sekali sekali keluar dari komunitas sendiri mencari inspirasi untuk kemudian dikembangkan dan diterapkan di kota sendiri.

Kembali ke perjalanan pagi ini di daerah Loh Bener, saya bertemu kemacetan di arah yang berlawanan, saya tidak mencari tau apa yang terjadi tapi memang ada banyak sekali pak Polisi.

Melanjutkan pelan-pelan saja menembus dingin pesisir sepanjang pantura ini membuat saya sedikit menggigil.
Sampai di perbatasan atau lebih tepatnya memasuki gapura kab. Subang ,

Ini lho hiburan menarik buat saya di kilometer ini adalah para bapak-bapak penangkap lembaran uang di sepanjang jembatan di kanan-kiri jalan, lengkap dengan ‘sapu-terbang-nenek sihirnya’ satu orang satu sapu. Sambil lewat sambil melepaskan beberapa lembar rupiah yang dengan sigap ditangkap para pemburu .. SERU!!

Matahari mulai nampak saat saya melaju di kilometer 100 , seperti biasa 120 km ditempuh 2 jam saja pukul 5 pagi saya sudah di Cikampek.
Menunggu dijemput om Rama founder dari Perjalanan Cahaya Purwakarta di gerbang tol Cikopo, sambil memesan segelas kopi dan mie-gelas-instan saya menikmati pemandangan bus yang ngetem menunggu penumpang.
Sebua rutinitas pagi yang mulai hidup.
Eeee…..ternyata saya salah menunggu, karena seharusnya alamat yang saya cari masih jauh di depan sana di gerbang tol berikutnya yakni di  tol Sadang, hadew…..haha…..
“maaf ya om rama jadi nyari nyari saya”
Tiba di rumah om Rama, teman-teman sudah berkumpul dan tidak lama kemudian kami bergegas menuju TKP.

Sebenarnya kampung Tegal Panjang tidak terlalu jauh dari pusat kota Purwakarta, hanya berjarak 30 km saja.
Tapi, akses untuk menuju ke kampung tersebut tidaklah semudah biasanya.

Dari jalan aspal utama kemudian jalan desa, jalan kampung  jalan batu, kemudian setapak, berakhir dengan jalan digalangan sawah sepanjang 1 km. Benar benar desa yang sulit dikunjungi bukan?

2 bulan yang lalu saat team ‘Perjalanan Cahaya’ datang berkunjung dikampung ini, belum masuk listrik dan sebenarnya kedatangan perjalanan cahaya kali ini memang untuk kepentingan ini.
Tetapi ternyata kemudian saat perjalanan cahaya datang kembali ternyata sudah ada pemasangan listrik dari pemerintah, jadilah misi perjalanan cahaya beralih kepada giat sosial yang kali ini kebetulan sekali adalah terlihat sebuah masjid jami’ atau lebih tepatnya mushola yang karena keterbatasan banyak hal, dan juga digunakan untuk ibadah sholat Jum’at yang keadaannya sangat miris sekali.

Mushola Loh Bener Tegal Panjang

Untuk membenahi mushola ini lah perjalanan cahaya datang lagi membawa semua donasi yang dibutuhkan.
Target utamanya mushola, tetapi disamping mushola terdapat balong , dimana balong merupakan sumber air utama penduduk kampung ini digunakan untuk segala keperluan termasuk kebutuhan memasak.

‘Balong’ kampung Tegal Panjang

Saya hampir menangis, jadi keinget dirumah air bersih melimpah ruah bahkan buat cuci bee saja pakai air pam, apalagi saat jamuan makan siang tiba rasanya hati ini sedih sekali mengingat saya itu termasuk rewel soal makan. Kalo tidak suka makanannya memilih untuk tidak dimakan. Tapi dikampung ini says tidak punya pilihan .. Tidak ada jajanan cemilan apalagi ice cream , yang ada cuma nasi-ikan asin & garam, yang penting bisa mengganjal perut dan ada tenaga untuk bekerja di ladang.

Menu siangku

Jajan bakso bisa jadi cuma sekali sekali saja sebab baso cuma ada di desa terdekat jaraknya sama dgn jarak tempuh perjalanan cahaya menuju desa ini. Wew..

Penduduk kampung ini mengaku mereka punya uang tapi tidak tau akan digunakan untuk apa?

Tidak ada ice karena tidak ada yg punya kulkas tidak ada tukang rujak, siomay, mpe-mpek. apalagi k-pop dan sejenisnya.

Rumah saja berhadap hadapan dengan kandang kambing , tidak ada MCK(Mandi Cuci Kakus) permanen ..

Karena untuk mengadakan bahan baku bangunan akses jalan menuju tempat ini tidak memungkinkan.

Tidak ada gadget, tidak ada komputer, tidak tersentuh teknologi peradaban.

Sehari saja disini saya bingung saya sungguh tidak percaya saja dengan apa yang saya lihat.

Akhirnya saya terisak juga saya malu pada diri sendiri yang sering mengeluh yang sering tidak puas diri.

 

Perjalanan ini semoga dapat menjadi inspirasi dan mengetuk hati teman teman semua…..Ternyata bukan cuma langit yang untuknya kita harus mendongak keatas lalu terlupa bahwa dibawah ada bumi yang diatasnya kita berjalan mondar-mandir ……Jadi manusia yang sadar akan dirinya dan tidak lupa untuk selalu bersyukur.

 

Salam adventure..

.

 

‘Bee’ Story : Solo Ridding Road To Bandung-Rancabuaya-Garut

[18-Maret-2017]

Sejak dari pagi, Cirebon sudah diguyur hujan tanpa henti hingga sore menjelang.
Mengingat cuaca seperti ini siapapun pasti akan ‘nge-per’ bila ada agenda keluar rumah, mending rebahan di bed dan tarik selimut. Begitu pula dengan aku, ada rasa ingin mengurungkan niat bepergian, yang tidak suka hujan . Tapi niatku untuk hadir diacara ini [Aniversary 1st D’Raptor Brother Bandung ] lebih kuat dari rasa malas yang mendera.
Jam 18.00 hujan masih tetap tercurah mesti tidak selebat sebelumnya. Gas slow start dari Cirebon jam 18.30..

***

Seperti biasa, 120 km aku tempuh dalam 2 jam 30 menit, meskipun kali ini ditemani hujan tanpa jeda.
Sampai di Buah Batu jam menunjuk angka 21.00 lebih sedikit..
Aku tidak tau jalan ke gunung Putang, hanya berbekal panduan dari pa de bc B.c. Andriyono dan info dari mang Darrel Utama Alex Lexy om Ozzo Thea, om Jamesbon ProRent Brow dan om Kang Avy membuatku yakin saja.
2 kali menghadiri aniv. sebelumnya di Soreang, sudah lumayan hapal tempat ini. Sudah ‘ku duga GPS juga tidak banyak membantu , 2 provider yang aku punya juga tidak ada jaringan sejak dari Cirebon.
Menyerah? No Way.. Dikamus ku kata itu ” tidak ada”
Tekadku untuk semua hal yang aku inginkan , apapun itu jauh lebih kuat dari hal-hal yang mengurungkan nya.
Bukan juga karena sudah terlanjur ijin pada bang djoy selaku pembina CCB dan bunda Inuk Blazer bundanya Lady Bikers Iblbc.
Tapi Draptor Brother adalah club yang sudah lama aku cari, yang didalamnya aku ingin bernaung dan belajar banyak hal. Menjadi bagian dari mereka adalah keinginan yang tidak bisa aku bantah.
Single fighter itu menyenangkan, tapi jauh lebih menyenangkan bersosialisasi dengan orang-orang positif yang punya misi & visi sama.
Sebaliknya, ‘sendiri’ jauh lebih baik dari pada bersama orang orang negatif.

**
Melewati Bojong Soang , Baleendah dan Banjaran dengan mudah, meski melaju pelan-pelan saja karena takut tersesat , beberapa kali bertanya ke orang-orang yang aku temui dijalan hanya untuk memastikan arahku benar.
Didepan ada tanda-panah arah taman Bugenville, kembali aku bertanya pada beberapa tukang ojek diperempatan yang jawabannya membuatku sedikit tercekat.
nanti lurus sampe mentok, jangan balik lagi kalo belum ketemu ujungnya. Sekitar 12 km ” kata mereka.
Eh busyet deh, kata batinku. Ini aja udah jam 22.00 lewat dikit . Daerah pegunungan itu pastilah tidak akan seramai tempat biasa.
Nge-per? Iyaa, sedikit.
Tapi seperti ada dinding dibelakang kita, maka kita tidak punya pilihan selain maju terus.
Singkat cerita akhirnya sampai juga ditujuan jam 23.00 lebih. Selain aku, ternyata ada Amar yang juga terlambat datang, jauh setelah aku tiba.


Sebenarnya tidak ada rencana kalo akhirnya meng-explore Rancabuaya. Ide tersebut tercetus spontan begitu saja ditengah perbincangan dan canda-tawa bersama.

***
Petualangan dimulai disini,
rutenya Gunung Puntang-Situ Cilenca-Cisewu-Rancabuaya-Pamengpek-dst…

***
Setelah berpisah dari teman-teman D’Raptor,  gas selow mengikuti jalan saja. Tidak butuh waktu lama ternyata sudah sampai di Situ Cilenca.


Cukup mengambil beberapa gambar di Situ Cilenca, aku lanjutkan perjalanan sejauh 74 km, begitu dari rambu jalan yang tadi aku lewati bilamana hendak ke tujuan awalku.
74 km itu sama dengan jarak Cirebon-Cibereum, prediksiku sekitar kurang-lebih 2 jam, karena sedikit info tadi katanya jalan berkelok turunan dan tanjakan.
Eh Ternyata jadi molor 3 jam, terpesona pada view yang ada pada desa setelah Situ Cilenca yang mirip sekali dengan view seperti di DOMPU, NUSA TENGGARA.

Lebih jauh setelah puas menikmati desa Cisewu yang ternyata juga adalah tempat wisata kuliner di depan, namun  terjadi longsor.

Kejadian longsor itu sendiri saat aku tiba, sudah penuh kendaraan yang juga sudah ada tindakan untuk membuka jalan.

Dan akhirnya selang 15 menit jalan yang longsor sudah bisa dilalui lagi.

Sempat terjadi insiden kecil disini, karena tanah merah yang diguyur air menjadi begitu licin membuat beberapa yang lewat tergelincir termasuk ‘ Bee ‘ .

‘Bee’ jatuh karena rem belakang yang ku injak membuat ban belakang kehilangan keseimbangan, untunglah jatuh-nya cantik, karena, sebelum bee jatuh, aku sudah melompat duluan.

Lanjut gas .. Perjalanan menjadi membosankan karena biasa saja.

***

Baru setelah masuk Rancabuaya , viewnya cantik sekali, mirip seperti di PACITAN, JAWA TIMUR.

Puas bermain di tiga pantai, Rancabuaya; Santolo dan Sayangheulang, saatnya kembali lanjutkan perjalanan pulang ke Cirebon.

***

Lagi-lagi perjalanan ini menjadi begitu berkesan, view selanjutnya yang aku lalui mirip seperti di kota Wisata BATU, Malang dan juga Dieng. Waah benar benar penuntas dahaga kesegaran.

***

Lanjuut….

Sampai GARUT kota, aku sempatkan diri untuk minum air-putih banyak-banyak sambil mengecek signal, dan ternyata ” ada “. Lumayan bisa bikin status dan membalas beberapa chat.

Sumedang adalah tujuanku berikutnya, tapi ternyata dari beberapa orang yang aku temui menyarankan untuk tidak lewat Wado. Karena pernah dan juga lebih baik nurut dengan yang lebih tahu, aku putuskan untuk lewat Nagrek-Rancaekek, meski lebih jauh, tapi pada prinsipnya ‘nikmati saja’.

Ternyata Rancaekek-nya banjir , ‘kadung‘ sudah terjebak, mau-tidak-mau, ikut arus saja….

Air sudah hampir setinggi knalpot ditambah hujan kembali turun. Takut air masuk ke motor, akhirnya mesin aku matikan. Knalpot dibungkus plastik rapat-rapatdan seorang anak kecil yang membantu mendorong ‘bee’.

Selanjutnya, alhamdulilah pulang lancar dan sampai di Cirebon dengan sehat-selamat jam 23.20

Ucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih -sayang dan welas-asih-NYA, Aiptu Djoy yang selalu memonitor kemanapun pergi, Bunda Inuk, om Suparman Tjangra , abang Lois De Failuku, ko Lingga Sym Kesambi, om Dian Herdiana, om KevinArdyanto, om Ersan Suria Pranoto, om Billy B. Afriansyah, om Gerry J Mirza, om Ferry F Satiri, om Jimmy Aleksandria, om Kang Irvan Soebagdja dan semua nya mohon maaf jika tidak ter-sebut.

Terimakasih banyak

Sampai nanti sampai bertemu lagi.

Salam..

 

Dewi Siti Hawa Sosok ‘Lady Single Fighter’ Dari Cirebon

Dewi Siti Hawa

Dewi Siti Hawa

Jika sampeyan mencari sosok gadis seperti ini pastilah akan amat kesulitan, seakan hanya ada 1000:1 dibumi nusantara ini. Cobalah anda cari dikota anda, satu cewek yang hobi touring berkendara dengan motor ke luar kota, dan sendirian lagi.

Dialah Dewi Siti Hawa, gadis kelahiran kota dengan sebutan kota Udang maupun kota Wali memanglah terlahir dan dibesarkan di kota yang ber-motto Berintan (Bersih Indah Tertib Aman). Jika sampeyan salah satu teman saya di facebook, mungkin telah kenal dengan dirinya, sosok gadis pemberani ini. Apalagi anda salah satu yang tergabung dalam klub motor Yamaha Byson.  Dulunya di facebook ia bernama Bianglala Senja, lalu belum lama ini doi merubah namanya menjadi Dewi Cirebon dan kini gadis yang suka dengan  potongan rambut cepak ini menggunakan nama aslinya.

Kenal dengan si penunggang Yamaha Byson ini di facebook semenjak Juli 2014, semakin ke sini semakin tertarik untuk mengenal lebih jauh tentang dirinya yang gemar akan sebuatan Single Fighter, sebuah sebutan di dunia roda dua yang menyebutkan bahwa seorang pengendara sepedamotor yang sering bepergian/touring keluar kota sendirian.

Dengan seringnya meng-upload foto-fotonya dibeberapa kota, hanya bisa berucap dalam hati, “hebat nih gadis kerjaannya touring melulu,” apalagi mengetahui kalo seringnya touring sendirian, hmmm tambah geleng-geleng kepala, berdecak kagum.

Dewi Siti Hawa- koleksi pribadi

Siapa sih sebenarnya sosok Dewi ini?

Doi merupakan anak bungsu dari 5 bersaudara ini memiliki sifat introvert/cenderung menutup diri dan pendiam pastinya, boleh di bilang asal muasal kecintaan akan berpetualang touring sendirian dimulai semenjak duduk di bangku SMP. Yach disinilah petualangan Dewi dimulai…

Berpisah dengan teman kanak-kanak dan berganti bertemu dengan teman-teman barunya di SMP, ditambah ekstra sekolah Pramuka dan pencak silat. Hingga kelas 3 , dan bertemulah dengan anak-anak yang suka naik gunung/pendaki, mulailah Dewi gemar menikmati alam pegunungan, mendaki menjadi hobi barunya. Dari kelas 3 SMP hingga masuk ke Sekolah selanjutnya (yang kebetulan dia memilih Sekolah kejuruan) ia aktif sebagai pecinta alam. Gunung pertama yang ia daki sudah pasti Gunung Ciremai, gunungnya Cirebon kemudian Merapi Di Jogja, Papandayan-Garut, hingga Tanpomas-Sumedang.

Dalam perjalanan ke luar kota menuju gunung tersebut Dewi beserta rekan-rekannya pastinya naik bus, namun lama-kelamaan bosan juga Dewi yang disetiap perjalanan hanya duduk termangu…,BT

Seiring itu pula Dewi mulai senang naik motor, tidak tanggung tanggung motor laki Suzuki RGR milik ayahnya dan juga Vespa dia lahap tanpa berlatih dulu, hanya dengan melihat dan bertanya saja Dewi mampu mengendarai sepedamotor laki. Awalnya jalanan antar desa ia jelajahi, mulai menjauh dan melebar.

Waktu berlalu hingga Dewi Lulus sekolah menegah atas, ia tidak langsung kuliah tapi bekerja dulu, lalu bekerja sambil kuliah, dengan kemandirian hasil jerih payah ia bekerja akhirnya ia mampu membeli satu unit sepedamotor Yamaha Vega R. Nah dengan motor ini pula petualangan touring mulai meluas. Guci-Tegal, Garut, juga Bandung telah ia sambangi bersama teman-temannya  pecinta alam. Dan Dewi-lah yang selalu menjadi  ridernya/ yang didepan.

Drwi bersama moyor pertamanya Yamaha Vega R

Drwi bersama moyor pertamanya Yamaha Vega R

Tapi namanya juga banyak kepala tentunya banyak ide, yang terkadang berseberangan, hingga sering ribut-ribut akan tujuan, yang mana kebanyakan temannya menginginkan tujuan bepergian hanya digunung saja, beda dengan Dewi yang  ingin juga mengeksplore alam lain semisal pantai, waduk dan yang lainnya.  Dewi undur diri dari teman-temannya. Saat itu grup/komunitas di kotanya sepertinya tidak juga ada yang bisa menampungnya atau tidak sesuai motor yang dimilikinya. Akhirnya ia memutuskan berpetualang sendiri. Pantai-pantai terdekat, wisata air semisal air terjun, danau, waduk dan hutan ia sambangi. Begitu dengar ada destinasi/obyek baru ia  segera mendatanginya. Sampai-sampai hampir semua tempat yang ia ingini telah ia datangi. Hingga wilayah Jawa Tengah bagian barat dan Jawa barat telah banyak ia kunjungi.

Touring benar-benar menjadi kesenangan sejati Dewi, seakan menjadi candu untuk terus eksplore tempat-tempat indah kemanapun dan dimanapun. Dan kota Jepara pun berhasil ia rengkuh ditemani saudarinya yang berhasil dia rayu dan dia kasih tutup mulut hehehe…

Tahun 2009 menjadi saksi Dewi untuk kali pertama menapakkan ban roda-motornya ke pulau Dewata-Bali.

Dewi bersama Yamaha Byson

Dewi bersama Yamaha Byson

Dan akhirnya tahun 2013 awal, Yamaha Byson yang menjadi tunggangan Dewi. Dengan byson lah Dewi lebih mampu melakukan perjalanan yang lebih jauh lagi.

Dara yang bekerja di distributor consumergood Cirebon ini, mulai lebih banyak teman di media sosial facebook masuk ke komunitas/klub motor, dan menjadi anggota club terbina dan dibackup kapolres langsung (club motor di Cirebon yang dibina langsung oleh Kapolres Cirebon kota AKBP EKO, dan penasihat Kasat lantas AKP KURNIA dan di bina oleh AIPTU NGATIDJA yg akrab di sapa BANG DJOY)  juga tentunya akan lebih mengerti akan safety ridding, jadi benar-benar tau akan prosedural touring…aman.

Banyak impian dan cita cita kedepan dari Dewi, yang terdekat adalah ingin riding solo ke wilayah Indonesia Timur , dan impian terbesarnya adalah melakukan petualangan/ backpacker dan juga riding/berkendara ke luar negeri…wow amazing. well kita doakan saja impian dan cita-cita Dewi tersebut tercapai , amin YRA.

to be continued...

Nantikan kisah-kisah menarik solo riding di berbagai kota dari  Dewi Siti Hawa yach…!!!

Dewi Siti Hawa

Dewi Siti Hawa

Dewi saat di kota Subang

Dewi saat di kota Subang

Dewi saat di Semarang

Dewi saat di Semarang

Dewi Siti Hawa

Dewi Siti Hawa

Dewi Siti Hawa

Dewi Siti Hawa

Dewi Siti Hawa

Dewi Siti Hawa

Dewi Siti Hawa

Dewi Siti Hawa

 

 

 

 

Rara Kiara Sang “Primadona” Lady Biker Club Honda CB

Rara Kiara

Rara Kiara

Rara Kiara

Rara Kiara

Rara Kiara

Rara Kiara

Paras ayu(cantik) merupakan anugerah terindah yang membawa nilai plus bagi sang empunya. Itulah yang ada pada diri Rara Kiara, gadis penyuka roda dua klasik sebut saja Honda CB. Disetiap kesempatan dalam foto-fotonya selalu tersungging senyum simpulnya di paras ayunya.

Gadis kelahiran Mojokerto, 18 Januari 1988  seakan menjadi icon/magnet/penyejuk /semangat para CB lover, saat ini gadis asal Pacet-Mojokerjo yang tinggal di Surabaya beraktifitas utamanya bekerja di PT PT Mega Jaya Net ( RJ LONDON ), dan pernah mengenyam pendidikan di Smkn 1 Sooko Kabupaten Mojokerto kota kelahiran tercinta.

Rara Kiara di akun facebooknya memiliki 4.423 teman (dan kemungkinan akan terus bertambah), yang tentunya termasuk saya yang telah menjadi temannya semenjak 1 tahun yang lalu(september 2014), saya mengenalnya hanya lewat facebook, yang jelas cewek yang gemar berfoto di atas jok motor Honda CB klasik ini sering update tulisan di  status fb-nya, dan update tentang fotonya di atas motor CB, dan dengan senyum simpulnya.

Gadis asal Pacet ini sepertinya sudah sering malang melintang di dunia klub, touring kemana-mana, terbukti di banyak foto yang berlatar dengan background landscape beberapa kota, pantai, pegunungan, dan lain sebagainya.

Rara Kiara saat di Jl Malioboro Yogyakarta.

Rara Kiara saat di Jl Malioboro Yogyakarta.

Rara Kiara saat di depan Gedung Sate Bandung

Rara Kiara saat di depan Gedung Sate Bandung

Rara Kiara juga tergabung di twitter sejak Juli 2012, namun sepertinya kurang sering menggunakannya., eksisnya ya di facebook yang hampir setiap saat selalu online tulis status dan upload foto-fotonya, yang pastinya banyak disukai teman-temannya, dan dikomentari.

Dara cantik yang penyuka fotografi ini bekerja di bagian administrasi bag. warehouse PT Mega Jaya Net yang memproduksi cat semprot instan yang berada di bilangan Waru, Sidoarjo. Jauh dari tempat tinggalnya, jauh dari kampung halamannya yang berjarak 85km dari Pacet, Mojokerto. Dengan jarak lumaaya jauh tersebut setiap akhir pekan doi selalu menyempatkan diri untuk pulang ke rumah mengendarai motornya, hmmm… trully Lady Biker.

Rara Kiara sepertinya bener-bener sosok cewek fotogenik yang pandai berolah tubuh saat di foto, dengan mimik selalu terlihat ceria, dan yang pasti senyum simpulnya selalu tersungging di wajah ayunya,… atau jangan-jangan doi memang seorang artis sih ya. Yang pasti senyum simpulnya selalu terjaga, ga percaya? silahkan kunjungi akun faceboonya untuk melihat foto-fotonya…

Bagaimana Rara Kiara menjalani hobinya ‘touring’ sedangkan dia seorang cewek?  Yang mana dunia touring dunia klub selalu identik dengan dunia lelaki, bagaimana Rara Kiara menjaga diri? Setelah melakukan interview by facebook, Oh ternyata setiap doi touring selalu ada yang menjaganya, selalu ada yang melindunginya, karena selalu ngebonceng kakak sepupunya, bagaimana enggak aman, bagaimana ada yang berani ngeganggu,  hehehe…yang mana si kakak sepupu adalah sebagai president dari HCCI (Honda Classic Club Indonesia), pasti kenal dong dengan sebutan mbah mat arphac . Juga ada Pak Nanang selaku sesepuh club yang selalu menjaganya.

Rara Kiara pas lagi nyetting motor 1200 rakitan milik Pak Nanang (sebelah Rara)

Kalo boleh diibaratkan mah saya menyebutnya Rara Kiara itu bagai sebuah ‘oase‘, sebuah telaga di tengah gurun pasir, menjadi penyejuk di lingkungan para biker Honda CB, para kluber Honda CB. Juga bisa menjadi AC maupun kulkas lah yang mampu menjadi pengadem panasnya saat touring bersama anak-anak CB. Yang mana Rara Kiara tercatat sebagai anggota CB Terminal dengan no anggota  #176.

Disamping hobi pada motor Honda CB , anak ke dua dari 4 bersaudara ini memiliki juga kesenangan pada binatang melata semacam ular, masih juga seneng boneka, dan juga suka bernyanyi orkes melayu…hmmmmm bisa-bisa jika hobi menyanyinya diteruskan bakalan nyaingi Ayu Ting-Ting maupun Cita Citata kali ya…

Rara Kiara sedang menghibur rekan rekan club-nya, lagi bersama Mbah Mat Arphac(selaku president hcci )

Dan finally yang menjadi ‘asa’,  yang menjadi harapan yang ternyata memang masih ada adalah Rara Kiara berstatus masih single, seperti yang di tulis pada status terbaru di facebooknya doi berucap ,”Suatu q saat nanti q akan menikah dg orang bener2 menerima q apa adanya…n memberikan q anak2 yg sholeh n sholehah…yg kelak bisa mendoakan q d setiap ibadahnya…Di saat q tiada kelak hanya mereka yg q harap membacakan surat yasin n alfatihah buat aku kelak…
tapi kapan q menikah e…???hmmm grin emotikon jodohnya masih d simpan Allah SWT.

   Ayooo para jomblowan  buruan rebut hati sang ‘Primadona’ Lady Biker “Rara Kiara”….!!!!

Rara Kiara

Rara Kiara

Rara kiara sang primadona Lady Biker

Rara Kiara

Rara Kiara

Rara Kiara

Rara Kiara

Rara Kiara

Rara Kiara