Suzuki (GSX-150) Bandit telah ‘Landing’ di Bantul Yogyakarta, siap di ‘order’

     
Suzuki Bandit
Kaget saat melihat sosok motor baru sport nangkring diantara GSX-R & GSX-S didealer Suzuki Indojaya Dongkelan, lha dalah wes ono Si Bandit, melipir lah kesana. Begitulah saat melihat sosok motor baru, ibarat jejaka melihat seorang gadis, menggebu euy …. Dan benar ini sosok motor sport naked Suzuki terbaru, Bandit, tepatnya GSX-150 Bandit. Agak kaget juga meskipun (tidak begitu), karena pasalnya motor ini baru akan di launching di Yogyakarta pada tanggal 20an Oktober mendatang, tapi ya begitulah hebatnya dealer yang berada di jl. Bantul ini. Selalu terdepan men display motor keluaran terbaru. Beruntung juga kenal baik salah seorang salesman mereka, jadi pastinya enggak seperti konsumen yang mo beli.😁. Meskipun motor ini telah diperkenalkan secara nasional pada 5 Oktober lalu di taman impian jaya Ancol Jakarta, tapi kalo tidak melihat secara langsung ya gak bakalan bisa menilai. Sepintas masih berdecak kagum mencermati desainnya, bertanya-tanya mmmm kira-kira mengusung konsep apa motor ini? Desain secara keseluruhan tergolong baru, atau mungkin ke apaan saya akan produk Suzuki, sebab begini, menurut saya motor ini (si Bandit) merupakan Pioneer generasi ‘now’ dari Suzuki, generasi Sport naked. Yupz meskipun secara global konon generasi berjuluk Bandit cukup disegani. Tapi sekali lagi saya juga tidak begitu mengenal nya Suzuki Bandit global). Tampang depan mirip Satria Fu, tanki BBM hampir sama dengan GSX-S, belakang saya rasa desain baru, mirip CBR generasi pentama. Ini motor kelas 150 CC, dimensi cukup pas untuk kelas ini. Tidak terlalu besar. Ditopang dengan kaki-kaki atau ban cukup besar, depan 110, belakang 130, membuat tampilan semakin gagah. Sekejap mencoba posisi berkendara juga cukup membuat badan tegak, posisi (pergelangan) tangan sejajar dengan pinggang, gak bakalan pegel buat touring nih. Posisi kaki juga tidak begitu condong ke belakang. Lihat gambar dibawah Well geduwell, demikian saja sedikit review Suzuki bandit, untuk informasi selengkapnya kita tunggu saat launching besok deh,. Oiya untuk harga, khususnya di Bantul dan seluruh Yogyakarta, Suzuki Bandit dibanderol dengan harga Rp 26.000.000,- (26 juta pas, mas). Ini sejajar atau sama harga dengan Suzuki GSX-S 150 Shutter key, kalau GSX-S keyyless selisih (lebih mihil) 500 ribu. Nah bagi teman-teman, bapak-bapak ibu-ibu  yang ingin meminangnya, segera saja kunjungi dealer di Utara Perempatan Dongkelan ini. Loh sama harga dengan GSX-S? Iya, Oiya mau tau perbedaan maupun persamaan antara keduanya? Tunggu artikel selanjutnya yach, insyaallah.
Ergonomi atau posisi berkendara Suzuki GSX-S 150 Bandit
Suzuki GSX-S 150Bandit

Akhirnya Bro Gunadi berhasil kibarkan bendera merah putih di Puncak Himalaya bersama Viar Vortex 250

Setelah bermotor selama kurang lebih  42 hari atau tepat pada  hari Minggu, 7 Oktober 2018 sekitar pukul 12.00 waktu India, akhirnya ‘misi’ Solo Riding Jakarta – Himalaya yang dilakukan Bro Gunadi, salah satu pendiri dan juga Ketua Umum Freeriders Indonesia (FRI) tercapai sudah. ditandai dengan dia mengibarkan Bendera Merah Putih di jalan tertinggi di dunia puncaknya pengunungan Himalaya, yakni Khardung La, India. Kita patut bangga, karena motor yang dikendarai oleh Gunadi merupakan motor buatan dalam negeri, yakni Viar Vortex 250 yang telah dibuktikannya. Mengutip dari situs alanbikers.com, yang menceritakan kisah perjalanan Gunadi dalam solo riding dari awal hingga akhir, berikut kutipan selengkapnya…. Dengan tagline ‘Aksi Keselamatan Jalan, Pelestarian Lingkungan Hidup, Keberhasilan Pembangunan Nasional dan Persahabatan Antar Bangsa’, Bro Gunadi mengawali perjalananya dari Kantor Pusat Kementrian Perhubungan, Jakarta pada tanggal 26 Agustus 2018 dengan mengendarai sepeda motor produksi Indonesia Viar Vortex 250. “Alhamdulilah, dengan mengendarai Viar Vortex 250, motor Indonesia serta didukung Adira Finance, GIVI Indonesia, Relawan Garuda dan support dari seluruh pihak terkait, akhirnya saya bisa selesaikan misi mengibarkan Bendera Merah Putih di Jalan tertinggi dunia, KhardungLa, Himalaya, India, itupun setelah menunggu 3 hari lamanya di Leh Ladakh sejak 4 Oktober lalu,” ujar Bro Gunadi. “Bangga dan haru bercampur jadi satu, saya bicara sendiri di depan plang logo Khardung-La Top itu sambil menahan air mata yang tak terasa menetes karena menahan haru, setelah melewati perjalanan yang panjang dan sangat berat saat memasuki wilayah India,” lanjutnya. Seperti yang diutarakannya, dia mulai merasakan medan jalan yang sangat berat dan penuh tantangan serta kendala saat mulai masuk negara Myanmar, apalagi saat di India yang juga ditambah dengan tipikal masyarakatnya sangat berbeda dengan di Indonesia, mereka kebanyakan bersikap semaunya dan tidak peduli sekitarnya. Setibanya di wilayah Himalaya pun dia harus merasakan cuaca yang sangat dingin atau snowfall mulai dari Srinagar, Dras, Kargil, Leh, Khardungla, Pang, Debring, Rohtang hingga Manali di bawah 0 derajat semua suhunya. “Tantangan yang paling berat adalah saat menemui jalan putus ketika memasuki Manali dan berputar balik cari jalan lain, akibatnya jarak rute yang ditempuh bertambah jadi 1.000 km. Kemudian udaranya sangat dingin, orang India di Himalaya saja tidak kuat, dan terakhir jalannya berubah jadi es semua, jalan jadi licin dan tidak bisa dilewati dengan riding, motor harus dituntun pelan-pelan,” ujarnya. Biasanya seperti beberapa bikers dunia yang pernah tiba di Himalaya dengan sebuah program atau paket terbang dan sewa motor di India mengatakan, mereka tiba di Himalaya saat musim panas/ summer, tidak seperti yang dialami oleh Bro Gunadi kali ini. Seluruh bikers yang datang ke Himalaya saat ini tidak diperbolehkan masuk ke beberapa wilayah oleh pihak Militer India karena musim dingin, mereka pun balik kanan. Hanya beberapa biker yang berani meneruskan perjalanannya, termasuk Bro Gunadi. “Udara di Himalaya terasa sangat dingin, tangan perih dan kepala sakit sekali karena kadar oksigen yang sangat tipis, ditambah dengan snowfall membuat jalan menjadi es jadi sulit untuk dilalui, air membeku akibat salju tebal, namun semua rintangan tersebut berhasil dilalui bersama Viar Vortex 250,” lanjut Bro Gunadi. “Keberhasilan Solo Ride Jakarta to Himalaya adalah keberhasilan Riders Seluruh Indonesia, kita adalah bangsa yang besar, kuat, berani dan disegani oleh negara luar. Saya mengibarkan Bendera Merah Putih melalui jelajah dunia ini demi mengharumkan nama Indonesia di mancanegara,” tegasnya. Saat ini Bro Gunadi telah tiba kembali di Manali, India persiapan untuk kembali ke KBRI di New Delhi. “Tak ada gading yang tak retak, tak ada keberhasilan tanpa dukungan semua pihak. Terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah mendukung misi saya ini,” tutup Bro Gunadi.
Sumber berita & foto : alanbikers.com