Alhamdulillah, akhirnya kesampaian juga ‘nyobain’ motor rasa klasik, bukan cuma icip-icip , tapi berkesempatan dibawa pulang dan bisa sepuasnya mencobanya, ngembaliinnnya, eh cukup 3 hari saja ding.
Yupz…motor yang baru baru ini mendapat award/ penghargaan dari majalah otomotif mingguan yang ‘Otomotif’ yangmana motor ini dinobatkan menjadi motor klasik terbaik ‘The Best sport classic’, ialah Kawasaki W175.
Cukup kaget juga saat sampai rumah, ternyata beberapa rekan terlihat terpikat terpukau terpesona, bukannya mengada-ada, kenyataannya memang begitu, bahkan saat dipakai nganter belanja pun banyak yang melirik, dan tertuju ke padanya…cieee ciee cieee kayak cewek cantik mulus putih sajo….
Iya, banyak para bapak-bapak muda yang melihat , , melirik dan bahkan mengamati motor dengan harga kisaran 30 juta ini (di Jogja, 33 dan 32 juta),
Entah kenapa begitu ya?
Bisa jadi (menurut pendapat saya) , genre motor klasik menjadi sebuah pelepas dahaga diantara hingar bingar motor genre matik, maupun sport (naked, maupun fairing)
Bukti lain, terbukti pula banyak kita lihat orang penyuka motor, seperti pada merk lain, membangun atau membuat / merakit ulang sebuah motor. Berbasis motor setengah baru menjadi sebuah motor bergaya jadul (jaman dulu) atau istilah bekennnya bergaya retro alias klasik.
Dan ternyata, produsen yang sering disebut dengan istilah geng ijo ini, yakni pabrikan Kawasaki (PT KMI) mampu membaca peluang dan mengimplementasikan ke sebuah produk untuk pecinta genre ini, sekaligus untuk konsumen setianya.
Bagi kacamata bisnis, ini merupakan sebuah keuntungan besar, dimana produsen/ pabrikan lain belum mengeluarkan/ memproduksinya, namun Kawasaki sudah memproduksi dan kini telah menjualnya, melenggang sendirian.
Tapi bagi kacamata penikmat sebuah produk (seperti penulis, ataupun rekan juga yang terpesona tadi) melihat sebuah produk genre ini, seakan flashback pada motor jadul, dimana pertama kali model/ desain motor sport/ motor lelaki dibuat, dan itu ada di motor ini.
Gak berlebihan jika penulis/ saya mengatakan dari sudut pandang bentuk/ desain, motor ini (Kawasaki W175) merupakan sebuah produk genre klasik/ retro yang sempurna, yach, kita bisa flashback/ melihat kembali pada produk motor sport/ motor laki jaman dahulu. (boleh lah tertuju pada merk Norton, BMW, BSA, dan lainnnya.)
Menurut ‘kacamata’ awan saya, produk ini saya bilang cakep, ciamik, desainnnya begitu kental kekkasikannya, bentuk tanki bbm nya, speedometer nya, bentuk lampun-lampunya, bentuk mesin nya, jok nya, bentuk rangkanya, knalpotnya, semua klasik Man…!!!
Lalu bagaimana rasanya jika menaikinya?
Baiklah, sedikit cerita dimana siang tadi, saya mencoba mengendarainya, cukup lumayan dimana jika dikalkulasi angka pada speedometer, saya telah berkendara sejauh 127 km dalam durasi 4 jam, dengan kombinasi berkendaara yang tidak stabil, ada kala pelan, sedang, maupun cepat
Melewati jalanan perkotaan Jogja (jl. Magelang, Ringroad, jl Solo, jl. Piyungan) , hingga jalanan pegunungan Gunungkidul (wilayah Patuk Paliyan, Saptosari) , untuk merasakannya.
Saat berkendara motor ini, sepintas saya membayangkan sebuah motor gaya apa tuh, japstyle atau cafe racer, gitulah, iya begitu, tangan mengemudi sedikit ‘mbaplang’ melebar, dengan postur motor flat, sudut kaki, seperti sudut kaki kursi/ angka 4 terbalik, berkendara nyaman nyantai… authentic…
Untuk performa, dengan ditunjang mesin berkubikasi/ volume silinder 177cc, [bisa dibilang kubikasi yang cukup besar untuk motor sport kelas 150cc khan???] kabarnya mampu memuntahkan tenaga sebesar 13 dk, pada putaan mesin 7.500 rpm. Ya emang motor ini sepertinya dibuat bukan untuk mengejar kecepatan (seperti pada motor type sport, ataupun galaknya torsi seperti pada tipe motor kross/ trail.)
Ini motor untuk berkendarai santai, (menurut saya) apakahh karena rasio akhir 2,333 (35/15) , gear belakang gigi jumlah 35, gear depan jumlah gigi 15 ???? Entah lah, teman-teman saya juga mengatakan begitu. Tenaga terasa kalem_halus, gak galak.
Lalu Bagaimana kendali/ handling nya ?
Yach, jalanan kota memberi impresi zig-zag saat salip diantara kendaraan, dan jalanan pegunungan Gunungkidul, dengan begitu maka memberi input ke motor untuk diajak menikung, membeliok dan meliuk-liuk mengikuti alur jalan, plus jalannya naik,-turun, akan memberi kesan akselerasi. Dan motor ini secara handling maupun performa mesin, bisa dibilang cukup mumpuni, terasa cukup nyaman.
Oiya ada beberapa sisi unik nya nih di mitor ini, jadi tunggu cerita selanjutnya yach, dan foto-foto detailnya, InsyaALLAH.