14 Februari 2014, Jogja Hujan Abu Efek Letusan Gunung Kelud Jawa Timur

Seperti iniah gambaran suasana jalanan di Jogja saat hujan abu dari letusan gunung Kelud Blitar- Jawa Timur ( @berandajogja -wongjogja.com)

Seperti inilah gambaran suasana jalanan di Jogja dalam beberapa hari saat hujan abu dari letusan gunung Kelud Blitar- Jawa Timur ( @berandajogja – wongjogja.com)

Mencoba flash back 3 tahun silam, tepatnya 14 Februari 2014…..

Sayup terdengar kabar lewat internet malam hari, waktu itu saat kerja shift malam  Gunung kelud meletus (13 Februari 2014 malam).

****

Pagi itu Saat mau ambil air wudhu di luar gedung pabrik, butiran kecil putih jatuh dari langit gelap, saat mencoba menggapainya, ini bukan air, ini abu…beberapa teman sepakat dengan hal itu, karena telah mendengar kabar jika gunung Kelud yang berada di  Jawa Timur meletus. Waktu berlalu seiring selesai sholat hingga menjelang jam enam pagi (waktunya saya pulang-waktunya ganti shift) beberapa teman lain shift mulai berdatangan, mereka menggunakan mantel hujan, mereka tidak basah kuyub akan air hujan, akan tetapi mereka belepotan seperti tanah halus kering, putih seperti tepung , yang ternyata abu ,abu yang turun dari langit. Campur aduk pertanyaan & perasaan antara penasaran dan benar-tidaknya yang terjadi. Karena didalam pabrik tidak bisa melihat dan merasakan yang terjadi diluar sana.

Akhirnya jam 06.00 tiba, saatnya pulang kerja, begitu keluar bangunan dan jalan menuju parkiran, benar apa yang sedang terjadi, hujan abu, baru kali pertama selama ini merasakan hujan abu sederas ini. Seperti hujan salju di negara eropa yang saya lihat berita maupun film-film di layar kaca televisi.

Saat itu suasana gelap, seperti malam hari padahal jam 6 pagi yang lazimnya jika cuaca cerah sudah terang benderang, lampu-lampu seakan tidak mampu menerangi, begitu juga matahari tidak nampak, yang mungkun saking tebalnya hujan abu. Abu secara  intens turun dari langit mengguyur badan, begitu mau kepala ingin melongok keatas abu langsung menerpa, membuat mata kelilipan, jadi kami semua tertunduk,  berjalan 7 menit dari tempat kerja hingga tempat parkiran kendaraan,  kami berjalan dengan menunduk, dan  sudah berlepot abu diatas kepala , dipakaian.

Begitu tiba di tempat parkiran, kami mengenakan mantel hujan, karena memang sedang dalam musim penghujan, mantel selalu ada di motor. Dan penuh keyakinan ingin segera pulang, seperti hari biasa, Seperti tidak sedang terjadi apa-apa.  Satu persatu motor , sepeda meninggalkan tempat parkiran.

Tidak diduga , dan diluar perkiraan, jalanan keadaan gelap berwarna putih keabu-abuan, hingga jarak pandang, minim sangat minim sekali. Kaca helm harus tetap terpasang , jika tidak terpaan abu bakal langsung menerpa wajah, masuk ke mata. Jarak pandang sangat minim hanya sekitar 5 meter saja, meskipun lampu motor menyala tapi tidak mampu menembus hujan abu dan  menyoroti jalan, aspal  tidak terlihat, aspal yang semestinya berwarna hitam , namun  semuanya putih, putih dalam gelap, saya melaju dengan pelan-pelan saja, konsentrasi penuh antara menembus jalan dan melihat kendaraan lain yang searah maupun berlawanan arah, dibawah guyuran abu, begitupun saat tiba dipersimpangan, was-was, dan takut tertabrak maupun menabrak. Jarak 10 km antara rumah dan perusahaan terasa begitu lama sekali, tidak seperti biasanya, sempat mengalami bingung juga, ditengah perjalanan,  ini sampai mana??? Saking gelapnya, semuaya putih dalam gelap, jadi bingung sampai mana. Baru kali ini mengalami hujan abu sehebat itu.

Dan setelah beberapa saat sepertinya saat itu perjalanan terlama & terberat dalam sejarah antara tempat kerja hingga rumah.

Akhirnya tiba dirumah dengan selamat, Alhamdulillah. Motor dan badan penuh dengan abu. Genteng, halaman, pepohonan juga sarat dengan debu-abu. Dan masih berlangsung hujan abu dan semakin tebal. Anak-anak sekolah pun kami putuskan untuk tidak sekolah, dan benar, pihak sekolahpun memutuskan untuk meliburkan dengan keadaan itu.

Seharian kami diguyur dengan hujan abu, yang sepertinya tidak kami duga sebelum nya, diluar perkiraan. Karena jarak antara Jogja dan gunug Kelud cukup jauh, bagsimana tidak, jarak yang terpaud sekitar 300 km, sedangkan gunung Merapi yang relatif dekat hanya sekitar  65 km saja saat meletus(erupsi) hanya hujan abu tipis saja. Namun ternyata Allah SWT menghendaki lain, hujan abu gunung Kelud sampai ke Jogja juga.

Dan dalam seharian,  kami merasakan hujan abu, kami tidak bisa kemana-mana, meskipun hanya untuk keluar rumah saja, tidak berani, apalagi melewati-melalui jalan raya, abu terlalu pekat, sekuruh kota tertutup abu, bahkan di pusat kota abu mencapai ketebalan beberapa centimeter. Aktifitas hari itu hampir lumpuh. Seingat saya saat itu (atau beberapa waktu setelahnya selang satu hari) bapak Gubernur pun sempat mengeluarkan maklumat darurat bencana, ada beberapa instansi yang diliburkan mengingat riskannya bepergian. Masker wajib dipakai saat itu, kalau tidak, kita  tidak bakalan  kuat menghirup udara yang bercampur debu-abu.

Dan dalam beberapa hari kami bergelut dengan debu, tidak bisa menjemur pakaian di hari itu, jika keluar rumah mesti berpayung, memakai masker, jika melewati jalan raya, ibarat seperti masuk ke gurun yang sedang bercuaca angin, itu karena saat kendaraan semisal mobil lewat, debu-abu berhamburan beterbangan, menutupi kami, dan menghilangkan pandangan. Kami harus berkaca mata dan ber masker, memakai has hujan meskipun tidak hujan agar pakaian tidak kotor akan abu, kami juga  harus ekstra hati-hati saat dijalan raya, saat hujan tiba, abu yangmekekat diaspal jadi licin, banyak yang jatuh tergelincir. Itu kami alami setidaknya dalam beberapa hari.

****

 

Balap MotoGP Perdana Tetap Digelar Meski Hujan

logo MotoGP

logo MotoGP

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa balap motogp perdana atau pertama kali dilangsungkan disetiap tahunnya di gelar di sirkuit Losail Qatar, dan tidak sewajarnya balapan pada umumnya karena dilangsungkan pada malam hari.

Sebelum musim 2017 ini ada kendala cukup berarti jikalau hujan turun, mska balapan akan ditunda, seperti pada musim 2009, balap ditunda hingga senin malam. Hal ini dikarenakan aspal yang basah, dan terkena sinar lampu akan memantulkan cahaya kepada para pembalap, yang mengganggu pandangan mereka yang pastinya akan membahayakan mereka.

Tapi sepertinya hal itu tidak terjadi lagi dimusim ini, seperti saya kutip dari tribunjogja.com yang mengutipnya dari SuperBall.id dari Motorsport, bahwa keputusan untuk tidak akan menunda balapan dibuat setelah dua mantan pebalap Franco Uncini dan Loris Capirossi melakukan tes dengan menjajal sirkuit yang dibuat basah dengan sengaja.

Hasil tes menyimpulkan aspal Sirkuit Losail tidak memantulkan cahaya sehingga tidak berbahaya bagi pebalap.

Balapan perdana musim 2017 akan digelar pada 26 Maret mendatang.

Selamat menantikan yach….!!!!

Akhirnya ‘ The Lost World Castle’ Sleman Tutup

The Lost World Castle Sleman tutup pada Senin(12/2/2017)

The Lost World Castle Sleman tutup pada Senin(12/2/2017) (member icj )

Dengan adanya SP 2 dari pemda setempat, akhirnya obyek wisata ‘The Lost World Castle’ yang mirip tembok Cina, tutup pada Senin (13/02) kemarin.

Berlatar belakang puncak gunung Merapi, memberi kesan eksotisme pada obyek wisata ini, namun sayang pembangunannya melanggar aturan dari pemerintah Sleman seperti yang diutarakan oleh Bupati Sleman bapak Sri Purnomo dalam akun facebook nya :

Selamat sore semua, semoga hari ini kita tetap dalam keadaan sehat wal afiat, Amin YRA. Pada sore kali ini saya ingin menyampaikan kabar untuk masyarakat DIY khususnya SLEMAN.

Terkait ramainya berita di media tentang pembangunan kastil di Dusun Petung, Kepuharjo, Cangkringan beberapa minggu lalu yang mana menimbulkan pro kontra. Saya memastikan akan segera membawa kasus pembangunan The Lost World Castle ke ranah hukum. Sebab bangunan tersebut berada di kawasan rawan bencana (KRB) III itu melanggar aturan.

Perlu diketahui bahwa pembangunan itu melanggar tiga aturan tentang tata ruang. Yakni Undang-undang (UU) nomer 26 tahun 2007 tentang penataan ruang, Perpres 70 2014 tentang tata ruang taman nasional gunung merapi, dan Perda Sleman nomer 12 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Sleman.

Berdasarkan peraturan di atas, Pemkab Sleman sudah melayangkan SP 2 tapi tidak ada itikad baik dari pemilik bangunan untuk mematuhi peraturan, jadi rencananya kita akan segera layangkan SP 3 ke pengelola bangunan tersebut.

Kita tidak boleh membangun seenaknya sendiri terlebih di daerah KRB 3, itu kawasan rawan bencana dan tidak diperuntukkan untuk permukiman masyarakat dan bangunan baru, keamanan dan keselamatan warga adalah nomer satu, tidak bisa ditolerir lagi.

Saya harap masyarakat bisa memahami dan mengerti situasi dan kondisi ini, jangan sampai hanya karena ingin berwisata tapi tidak memperhatikan keselamatan nyawa kita dan jangan sampai karena ingin mencari keuntungan tapi ternyata membahayakan nyawa orang lain, matur nuwun.

 

Dan pada Senin kemarin pintu gerbang masuk ke obyek wisata tersebut tertutup rapat dan ada tulisan “TUTUP”, sepertinya pihak pengelola ada etiked baik menanggapi SP 2 dari pemda Sleman, dengan menutup aktifitas wisatanya. Dan entah bagaimana nasib kedepannnya??

Pintu gerbang The Lost World Castle Sleman

Pintu gerbang The Lost World Castle Sleman (tribunjogja.com)

Pemandangan lain dari The Lost World Castle Sleman

Pemandangan lain dari The Lost World Castle Sleman

 

Mobil Taff Mlorot Di Jalan Cino Mati

Mobil taff yang melorot di jalan cino mati Pleret

Mobil taff yang melorot di jalan cino mati Pleret

Ada beberapa jalan alternatif dari Bantul jika ingin menuju kota Wonosari Gunung Kidul, setidaknya ada tiga, melewati Parangtritis-Panggang, Imogiri-Dlingo, dan Pleret- Dlingo. Kalau jalam utama adalah Piyungan-Pathuk, tapi bagi warga Bantul jalan tersebut dirasa terlalu jauh. Ya kalau dengan bus besar pasti mesti lewat Piyungan-Pathuk, namun jika bus kecil atau mobil bisa lewat ketiga jalan alternatif diatas. Namun begitu ketiga jalan tersebut memiliki tingkat kecuraman tanjakan dan turunan yang cukup curam. Disamping juga jalannya yang sempit.

Seperti halnya yang terjadi pada hari Minggu(12/02) pukul 08.00 WIB kemarin, sebuah mobil Taff ‘melorot’ setelah tidak kuat menanjak di jalan Cino Mati-Wonolelo, Pleret, Bantul, yang dikenal  akan tanjakan curam. Mobil yang dikemudikan oleh Agung Sulistyo (39th) warga Payungan Rt 06, Triharjo, Pandak, Bantul, tidak kuat menanjak dan terperosot mundur. Korban sudah mencoba melakukan pengereman namun rem mengalami masalah. Setelah itu mobil oleng lalu korban banting stir ke kiri sehingga menabrak tebing. Mobil baru dapat terhenti karena membentur tebing dan roda belakangnya masuk ke parit yang berada di sisi jalan. Mobil mengalami rusak berat,tapi beruntunglah tidak ada korban jiwa dalam kecelakaan ini.

Rencananya korban hendak ke Wonosari, Gunungkidul dengan melalui jalan alternatif Cino Mati, namun naas mobilnya tidak kuat menanjak.

Mobil akhirnya dapat dievakuasi dengan mobil derek dibantu FPRB Wonolelo.

 

Anggota Lantas Polsek Pleret Brigpol Untung Iswanto menghimbau kepada pengguna jalan yang belum mengenal medan jalur Cino Mati, agar tidak melalui jalur ini mengingat tanjakan-tanjakannya dikenal sangat curam dan ditambah akses jalan yang sempit. Namun bilamana terpaksa harus melewati jalur ini dihimbau agar selalu gunakan gigi satu agar tidak terjadi hal yang diinginkan.

 

Sumber : tribratanewsbantul.com