Akhirnya kabar yang kita nanti-nantikan tiba jua, Sore tadi Raja keraton Yogyakarta Sri Sultan HB X memberikan penjelasan terkait polemik yang berkembang beberapa hari terakhir setelah sabdaraja khususnya penggantian Buwono menjadi Bawono dan penyebutan gelar ‘Sri Sultan HB kaping sedoso’ menjadi Sri Sultan HB Kosedoso.
Dihadapan perwakilan masyarakat, di Ndalem Wironegaran, Jumat (08/05/2015) Sultan menjelaskan arti Bawono mempunyai makna yang lebih luas daripada Buwono dengan memberikan pengandaian Buwono sebagai cakupan daerah, maka Bawono adalah cakupan nasional. Sehingga dalam dimensi konsep penggantian Bawono dalam gelar sultan memiliki arti yang lebih luas lagi.
Sementara penyebutan kosedoso yang artinya kesepuluh tidak bisa diartikan sebagai kaping sedoso sebagai bentuk ‘lirgumanti’. Sultan juga menegaskan kraton saat ini memasuki era modern dan menyesuaikan dengan perkembangan jaman. Perjanjian antara Ki Ageng Pemanahan dan Ki Ageng Giring eranya sudah berubah karena termasuk alur historis mataram lama yang berasal dari jaman Ken Arok, Pajang hingga mataram lama. Sementara Mataram baru berawal dari era Panembahan Senopati hingga keturunan raja hingga saat ini dengan keyakinan garis darah keturunan tidak berbelo
Raja keraton Yogyakarta Sri Sultan HB X memberikan penjelasan terkait polemik yang berkembang beberapa hari terakhir setelah sabdaraja khususnya penggantian Buwono menjadi Bawono dan penyebutan gelar ‘Sri Sultan HB kaping sedoso’ menjadi Sri Sultan HB Kosedoso.
Dihadapan perwakilan masyarakat, di Ndalem Wironegaran, Jumat (08/05/2015) Sultan menjelaskan arti Bawono mempunyai makna yang lebih luas daripada Buwono dengan memberikan pengandaian Buwono sebagai cakupan daerah, maka Bawono adalah cakupan nasional. Sehingga dalam dimensi konsep penggantian Bawono dalam gelar sultan memiliki arti yang lebih luas lagi.
Sementara penyebutan kosedoso yang artinya kesepuluh tidak bisa diartikan sebagai kaping sedoso sebagai bentuk ‘lirgumanti’. Sultan juga menegaskan kraton saat ini memasuki era modern dan menyesuaikan dengan perkembangan jaman. Perjanjian antara Ki Ageng Pemanahan dan Ki Ageng Giring eranya sudah berubah karena termasuk alur historis mataram lama yang berasal dari jaman Ken Arok, Pajang hingga mataram lama. Sementara Mataram baru berawal dari era Panembahan Senopati hingga keturunan raja hingga saat ini dengan keyakinan garis darah keturunan tidak berbelok.
Sumber :krjogja.com